Dalam Segala Situasi, Bersekutu Itu Selalu Perlu

Oleh Frida Oktavia Sianturi, Pekanbaru

Sudah dua bulan sejak pandemi menghampiri kota Pekanbaru, aku dan adik KTB-ku (Kelompok Tumbuh Bersama) tidak pernah bertemu untuk PA (Pendalaman Alkitab) bersama. Biasanya aku mengunjungi mereka, tetapi kali ini tidak bisa. Mereka memutuskan pulang kampung saja karena perkuliahan mereka dilaksanakan secara daring.

Berbeda denganku, aku harus tetap berada di Pekanbaru. Aku tidak bisa pulang ke rumahku di kabupaten Rokan Hilir karena tetap harus masuk kerja. Pandemi ini pun belum ada tanda-tanda akan berakhir. Pertanyaan terus menghampiri: Kapan ya ini akan berakhir? Kapan ya aku bisa bertemu lagi dengan adik KTB-ku? KTB teman-temanku yang lain kebanyakan dilakukan via online. Aku pun menawarkan kepada adik-adik KTB-ku untuk KTB online.

Namun, respon mereka membuatku sedih.

“Aku tidak bisa kak, jaringan internet di kampungku susah.”

“aku tidak bisa kak, memori HPku tidak cukup untuk download aplikasi yang baru.”

“aku tidak bisa kak, paket internetanku terbatas. Uang jajan tidak diberikan karena aku saat ini di rumah”

Respons mereka membuatku bergumul di hadapan Tuhan. Apa yang harus aku lakukan, Tuhan? Awalnya, aku memutuskan agar kami saling berbagi pokok doa saja supaya kami bisa tetap saling mendoakan di tempat kami masing-masing sekaligus kami jadi saling mengetahui kondisi satu sama lain.

Namun aku masih gelisah. Aku merenung bagaimana caranya agar adik-adikku juga tetap diperlengkapi oleh Firman Tuhan selama masa-masa karantina ini. Aku berdiskusi dengan teman sekamarku. Dia lalu memberiku saran untuk KTB via telepon saja. Opsi ini baik meskipun aku perlu mengeluarkan uang lebih untuk membeli pulsa. Untuk menelepon empat orang adik dan biasanya kami KTB bisa lebih dari tiga jam, tentu aku harus mengeluarkan uang yang lebih untuk beli pulsa.

Sebenarnya sulit bagiku untuk mengeluarkan uang lebih di tengah kondisi ini. Work From Home membuat kebutuhanku meningkat. Cicilan juga tetap harus dibayar, tetapi kepada Tuhan kuserahkan semua kesulitanku ini.

Akhirnya, aku memutuskan untuk menelepon mereka berempat dan mengajak mereka KTB via telepon. Tak hanya belajar firman, kami saling mengabari kondisi kami, berbagi pokok doa, dan saling menopang. Aku sangat bersyukur bisa kembali KTB bersama mereka meskipun kami tak bisa dekat secara fisik. Aku bersyukur kami bisa belajar firman Tuhan kembali. Dan aku jadi belajar, lewat kondisi ini sebenarnya tidak ada alasan bagi anak-anak Tuhan untuk tidak datang kepada-Nya. Kemajuan teknologi bisa dipakai-Nya sebagai sarana untuk kita tetap bertumbuh.

Aku teringat kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Ketika raja Nebukadnezar meminta mereka untuk menyembah patung emas dan memuja dewa, mereka menolaknya. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tetap memegang teguh kepercayaan mereka kepada Tuhan. Kesetiaan mereka berkenan kepada Tuhan, dan Tuhan meluputkan mereka dari panasnya perapian yang menyala-nyala (Daniel 3).

Kita mungkin tidak menghadapi ancaman seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, namun kita dapat meneladani kesetiaan mereka pada Tuhan. Dengan tetap terhubung bersama saudara seiman, kita dapat dikuatkan dalam menghadapi masa-masa sulit. Ibrani 10:24-25, berkata, “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.

Pandemi ini mungkin tampak mengerikan bagi kita, tapi janganlah kiranya kepercayaan kita kepada Tuhan menjadi padam. Pandemi ini tidak lebih besar dari pada Tuhan kita. Dalam situasi ini, kita hanya butuh hati yang mau taat belajar firman-Nya. Apa pun persoalan yang saat ini kita hadapi, biar kiranya kita melakukannya di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada kita.

Jika kita kesulitan mengakses persekutuan secara online, tetaplah bangun persekutuan pribadi kita melalui doa dan saat teduh. Atau, jika kita memiliki materi-materi lain seperti buku rohani, kita bisa membacanya sebab itu pun baik untuk pertumbuhan iman kita.

Baca Juga:

Berkat di Balik Pilihan yang Tampaknya Salah

Ketika pilihan yang kita ambil mengantar kita pada kegagalan, cobalah untuk melihat dari sudut pandang Allah. Segala hal dapat dipakai-Nya untuk membawa kebaikan bagi kita, selama kita bersedia untuk percaya.

Bagikan Konten Ini
3 replies
  1. Ledy
    Ledy says:

    pengalaman kak Frida sangat mengingatkan aku akan apa yg kami alami dikelompok kecil kami :'(. terimakasih atas sharing nya kak. Tuhan Yesus Memberkati kita semua:-)

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *