Menang Mengatasi Kesepian

Oleh Riski Winner Lorenzo, Jakarta

Aku bersyukur Tuhan membawaku menikmati kampus yang dipakai-Nya untuk menolongku bertumbuh dan aku percaya tidak ada satu pun yang kebetulan di muka bumi ini. Aku bersyukur Tuhan memberikan anggota tubuh Kristus yang giat menjangkau, bahkan menjangkauku sejak SMA. Aku bertemu dengan komunitas yang sangat menolongku. Aku dikelilingi oleh kakak-kakak rohani yang membimbingku agar setiap harinya aku berjuang untuk hidup kudus dan menjadi bagian dalam anggota tubuh Kristus yang menolong dan menguatkan satu dengan yang lain.

Namun, sesuatu yang berbeda terjadi ketika aku menapaki kehidupan perkuliahanku. Aku bertemu dengan banyak wajah baru dari berbagai latar belakang dan ideologi yang berbeda. Awalnya, aku merasa asyik karena lingkungan baru yang beragam ini memperkaya cara pandangku akan orang-orang di sekelilingku. Namun lama kelamaan, semua terasa asing dan mereka mulai menawariku untuk memiliki cara hidup yang melupakan Tuhan dan meninggalkan kekudusan. Tawaran tersebut semakin kuat, sehingga aku merasa ada di garis yang membatasi kedua pilihan yang kualami saat itu. Tawaran-tawaran yang membuatku harus menghancurkan keimananku seperti merokok, minum-minum, dan lainnya.

Aku ketakutan dan dilema sejadi-jadinya. Aku sangat membutuhkan anggota tubuh Kristus lain untuk menolongku di saat-saat ini, seperti yang mereka telah lakukan untukku di masa-masa sebelumnya. Aku membutuhkan saudara-saudara rohaniku yang lain yang selalu bersamaku di saat aku merasa terpuruk dan bergumul atas kehidupanku, tapi mereka semua menghilang. Dunia kampus membuat kami melupakan satu dengan yang lainnya sepertinya. Mereka memiliki kesibukan sendiri dan aku merasa tidak enak untuk menghubungi mereka duluan. Aku merasa pergumulanku terlalu remeh di hadapan mereka.

Semua perasaan berkumpul jadi satu: keinginan untuk ditolong namun aku ketakutan untuk meminta tolong. Keseharianku saat itu dipenuhi perasaan tertekan karena aku merasa tidak memiliki seorang pun yang bersama denganku. Aku menjadi sangat takut dan perasaan campur aduk ini membuatku semakin terjatuh pada kecemasan akan hal-hal yang seharusnya tidak perlu aku khawatirkan. Aku sangat kesepian bahkan sekalipun aku tahu aku memiliki keluarga, tetapi kedengarannya mereka bahkan tidak bisa mengerti aku.

Tetapi karena kasih karunia Tuhan yang berlimpah-limpah, pada hari Minggu saat aku bergereja, Tuhan menjawab semuanya. Ada satu lagu yang Tuhan pakai untuk menyentuhku yang berjudul ‘Yesus Kekuatan’. Di dalam lagu tersebut sepenggal liriknya menyatakan, “Kau yang pedulikan seluruh hidupku, walau lewati lembah aku tak ditinggalkan, Yesus kekuatan di hidupku.”

Aku menangis sejadi-jadinya saat menyanyikan lagu ini. Bahkan saat tidak ada seorang pun bersama denganku, aku lupa kalau aku punya Yesus, Sahabat yang sejati. Aku bahkan diingatkan, bukankah Yesus Kristus bahkan mengalami kesepian yang lebih parah jika dibandingkan dengan apa yang aku alami? Bukankah Dia bahkan ditinggalkan oleh murid-murid-Nya sepanjang jalan salib-Nya? Bukankah Kristus adalah Gembala yang sejati yang selalu besertaku sekalipun aku berada di lembah kekelaman (Mazmur 23:4)? Bagaimana bisa aku lupa akan hal ini? Tuhan menjawab segalanya tepat pada waktu-Nya dan aku tahu Tuhan bahkan memakai tetesan air mata untuk mengajariku memandang kepada-Nya.

Aku belajar bahwa Yesus Kristus bukan hanya selalu ada buatku dan mengerti kondisiku, namun Yesus Kristus bahkan sudah mengalahkan sesuatu yang kita sebut sebagai ‘kesepian’ lewat karya-Nya di kayu salib. Dia memberikan diri-Nya untuk menanggung dosa-dosa kita sehingga kita tidak mengalami ‘kesepian’ kekal. Bukankah hal ini, keindahan Kristus ini yang seharusnya kuingat? Kenapa aku bisa lupa?

Aku sangat belajar kalau relasiku tidak akan pernah membuatku puas, hanya Kristus yang sanggup. Sebaik apapun orang lain berusaha untuk mengerti aku, tidak akan ada yang seperti Yesus. Di saat aku berada pada titik hidup yang paling rendah, di saat semua orang meninggalkanku, hanya satu yang menetap yaitu Yesus Kristus.

Tuhan benar-benar menolongku mengatasi perasaanku. Lewat setiap firman-Nya yang hidup, Dia hadir menjawab pergumulanku. Bahkan lewat lagu, Dia juga berbicara. Dia menunjukkan betapa rapuhnya aku dan hanya Dia yang selalu ada di sana.

Sekarang aku terus menerus belajar untuk memandang pada Kristus. Terkadang perasaan kesepian itu bisa saja muncul, tapi Kristus selalu menang atas setiap kesepian yang datang kepadaku itu. Aku sadar saudara-saudara seimanku adalah orang-orang yang terbatas dan tidak bisa selalu bersama denganku, namun Kristus tidak terbatas dan Dia selalu ada di sana. Bahkan dari pergumulan ini, aku juga belajar untuk menceritakannya pada saudara seiman lain. Aku belajar untuk terbuka dan membuka diri untuk ditolong. Aku juga belajar untuk memberikan diriku dengan mengusahakan segala cara agar bisa menolong anggota tubuh Kristus lain yang saat ini mungkin sedang mengalami pergumulan. Aku belajar untuk mendengarkan mereka dan berdoa dengan mereka. Ini semua hanya karena Allah, yang mengambil rupa manusia, menjadi Sahabat untuk kita.

“Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” (Mazmur 23:1-4 TB).

Baca Juga:

Mengupas Mitos Femininitas

Sebagai wanita, dari kecil kita akrab dengan teguran “Anak perempuan nggak boleh…” lalu beranjak remaja, “Eh kamu sudah gadis, nggak boleh….” Kita hidup dalam sebuah konstruksi realitas, apapun gender dan jenis kelamin kita

Bagikan Konten Ini
9 replies
  1. Egi
    Egi says:

    amin , Ya benar Yesus selalu ada menjadi sahabat di setiap kesepian kita dan takan pernah sedetik pun tinggalkan kita , dengan darahnya yang mahal sudah tebus dosa dan diri kita yang hina di kayu salib , sehingga kita berharga dan mahal di hadapan Tuhan Yesus 😇

  2. AleBako
    AleBako says:

    Kau yang pedulikan seluruh hidupku, walau lewati lembah aku tak ditinggalkan, Yesus kekuatan di hidupku.”
    ini judul lagunya apa ya?

  3. Maria Olga Agustin
    Maria Olga Agustin says:

    Shalom… haleluya bg…tetap semangat terus…yaw…Segala perkara dapat ditanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan..Tetap memberi hidup untuk melayani Tuhan…saat beban Tuhan kita ambil, beban kita Tuhan yang tanggung

  4. Meista Yuki Crisinta
    Meista Yuki Crisinta says:

    such a blessed story, thank you! jujur cerita ini yg aku alami pas lulus kuliah. sama persis, beda fase saja. rasanya teman2 persekutuan di kampus makin jauh, berasa harus struggling sendiri. tapi bener banget, pas menyadari bahwa relasi dgn manusia gak bakal memuaskan kita, cuma relasi dengan Yesus yg bener2 bisa bikin kita puas. dan kalo udah sadar sama hal ini, kita bisa sebebas itu bahkan utk minta pada-Nya supaya ada orang lain utk menolong kita (sampai pada tahap rasa gak enak minta tolong itu bisa lenyap hehehe–aku jg tipe yg gak enakan utk minta tolong, jadi can relate banget :”))

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *