3 Tips Mencari Kehendak Tuhan dalam Berpacaran

Oleh Jenni, Cimahi

Kita tentu ingin segala sesuatu yang kita lakukan itu selaras dengan kehendak Tuhan. Namun, bagaimana mengetahuinya? Dan, bagaimana pula meyakininya jika kita telah menemukan “kehendak” itu?

Aku pernah mengalami fase itu, terkhusus dalam penantianku akan sosok pacar yang kelak kuharap bisa jadi pasangan hidup. Sekarang, setelah aku berpacaran, pertanyaan akan apa kehendak Tuhan dalam hidup dan relasiku ini tidaklah hilang. Aku terus mencari dan menggumulinya. Jika kamu mengalami yang sama sepertiku, inilah tiga hal yang kulakukan untuk mengenal kehendak Tuhan dalam relasiku.

1. Berusahalah untuk mengenal Dia

Sewaktu aku SD dulu, ada tren menulis biodata di binder teman. Biasanya masing-masing murid punya satu binder dengan kertas-kertas yang unik, beda dari yang lain. Binder ini akan diedarkan ke teman-teman untuk diisi biodata. Dari biodata itu aku jadi tahu hal-hal tentang temanku yang mungkin sebelumnya tidak terpikir olehku untuk menanyakannya.

Jika mengenal teman pun butuh usaha, demikian juga jika kita ingin kenal dan akrab dengan Tuhan. Saat ingin mengetahui kehendak-Nya, kita perlu mengenal pribadi-Nya. Tuhan berbicara lewat firman-Nya di Alkitab. Saat kita membaca firman-Nya dengan pertolongan Roh Kudus, kita dimampukan untuk semakin mengenali karakter-Nya. Kita bisa mengerti apa saja yang menyenangkan-Nya, mendukakan-Nya, dan kehendak-Nya bagi kita.

Saat awal berpacaran, aku agak keteteran mengatur waktu. Kadang ditambah dengan kesibukan, aku melewatkan waktu pribadi bersama Tuhan. Untungnya, ada Roh Kudus yang setia mengingatkan. Seperti tertulis dalam Yeremia 29:13, “apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati.”

Tuhan mengasihi kita. Ia berjanji apabila kita berusaha mencari dan mengenal-Nya dengan sungguh-sungguh, maka kita akan menemukan-Nya. Mari kita sediakan waktu pribadi bersama-Nya.

2. Selaraskan relasi kita dengan firman Tuhan

Rasa-rasanya sekarang aku agak paham mengapa dulu orang-orang yang lebih tua menyarankan untuk berpacaran kalau sudah bekerja atau setidaknya lulus sekolah. Pacaran atau menjalin relasi bukan hanya tentang happy-happy. Perlu pribadi yang dewasa, dan dewasa itu identik dengan tidak egois. Kita juga perlu belajar mengasihi tapi tetap punya batasan yang jelas.

Rasa cinta adalah sesuatu yang bisa dibangun. Semakin lama berelasi, ada kecenderungan untuk makin besar cintanya. Saking sayangnya, ingin rasanya selalu mengikuti yang si doi mau, yang tanpa kita sadari membuat hati kita telah melekat padanya. Kemelekatan kita pada apa pun dan siapa pun selain Kristus berpotensi untuk menghancurkan dan mengecewakan kita, sebab Tuhan sendiri berfirman bahwa kita harus melekat pada pokok yang benar. Di luar Dia, kita tidak dapat berbuah (Yohanes 15:1-8).

Aku pun menyadari salah satu tantangan pacaran adalah tetap bisa mengasihi tanpa kehilangan diri sendiri, atau menjadi bucin. Bucin bisa mengaburkan batasan-batasan dalam berpacaran dan hal ini bisa membuat relasi menjadi tidak sehat. Firman Tuhan dan kekuatan dari-Nya memampukan kita untuk bisa menjalani hubungan yang sehat. Maka karena itu, yuk kita selaraskan relasi kita dengan firman Tuhan.

3. Bawa dan letakkan hubunganmu pada Tuhan

Tujuan pacaran adalah saling mengenal sebelum memantapkan hati untuk menikah. Dua pribadi yang berbeda berusaha menyatukan visi, mencita-citakan hal yang sama. Kadang pikiran melanglang buana, lupa yang di depan mata. Dalam doa pun mendikte Tuhan mau begini mau begitu, padahal pengertian-Nya jauh di atasku. Aku lupa menyediakan ruang bagi Tuhan dalam hubungan kami.

Dalam Keluaran 13:17 dituliskan saat bangsa Israel pertama kali keluar dari Mesir, Tuhan sengaja menuntun ke jalan memutar karena saat itu bangsa Israel belum siap untuk berperang. Saat ini aku paham karena aku membaca pertimbangan Tuhan di Alkitab. Akan tetapi, kalau aku ada di posisi bangsa Israel, belum tentu aku mengerti. Mungkin sekali aku akan mengeluh, kenapa harus repot-repot memutar, padahal ada jalan yang lebih dekat? Tetapi, Tuhan adalah pencipta dunia beserta isinya. Akan ada banyak hal yang tidak akan bisa aku pahami dengan pikiranku yang terbatas.

Seperti yang tertulis dalam Roma 11:33-36, mustahil menyelami pikiran dan jalan Tuhan. Dan segalanya adalah dari, oleh dan kepada Dia. Satu yang pasti, seperti karya penebusan-Nya, Dia mengasihi kita. Dia tahu apa yang terbaik untuk kita. Mari kita berusaha memberikan Tuhan ruang di hubungan kita. Percayalah pada-Nya.

Sampai di titik ini aku melihat bahwa ternyata cara untuk mengenal kehendak Tuhan adalah dengan mengenal pribadi-Nya. Dengan menyediakan waktu pribadi dan berusaha melakukan ajaran-ajaran-Nya, kita bisa memisahkan mana kehendak-Nya dan mana yang bukan.

Semoga sharing ini bisa bermanfaat untuk teman-teman semuanya!

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
7 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *