Rasa Bersalah Seorang Kristen yang Mengalami Depresi

Oleh Gabriella

Aku sudah menjadi orang Kristen selama 15 tahun. Aku rajin melayani di gereja, melakukan disiplin rohani, tapi ternyata aku masih mengalami depresi. Secara sederhana, kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan depresi sebagai gangguan pada jiwa yang ditandai dengan perasaan yang merosot. Seorang yang depresi sering mengalami muram, sedih, dan tertekan yang luar biasa.

Waktu aku menyadari bahwa aku masih tetap saja bergumul dengan depresi, hal ini terasa salah buatku. Berderet pertanyaan menggantung di pikiranku: kalau aku percaya pada Yesus Kristus, kalau aku tahu betapa besar Tuhan mengasihiku, dan pengharapan kekal yang Ia berikan, kenapa aku masih merasa hidupku sia-sia dan aku lebih baik mati? Apakah imanku terlalu lemah? Apakah keselamatan dari-Nya hanyalah sebuah pengetahuan di otakku yang tidak meresap dalam hati dan mentransformasikan hidupku? Pikiran-pikiran ini membuatku merasa bersalah, tidak berguna, dan gagal.

Aku tahu apa yang biasa orang katakan saat mendengar ada orang Kristen yang mengalami depresi: “Tidak apa-apa, lihat saja para tokoh iman di Alkitab, mereka pun mengalami depresi. Lihat saja ratapan Daud, Ayub, dan Yeremia!” Sekalipun aku tahu kebenaran dari kalimat ini, rasa bersalah tetap menggerogoti jiwaku dan tidak mau pergi dariku.

Di suatu Sabtu pagi, saat aku sedang membaca renungan dari Our Daily Bread (Calling Out to God, 20 Januari 2024), Tuhan mengubah persepsiku. Aku merasa seperti Tuhan sedang menyuruhku untuk melihat situasi ini dari arah yang berbeda. Aku selalu bertanya-tanya bagaimana rasanya menjadi orang Kristen yang tidak perlu berjuang melawan depresi, tapi pernahkah aku membayangkan bagaimana rasanya berjuang melawan depresi tanpa imanku sebagai orang Kristen? Saat membayangkannya, aku tertegun. Aku sadar bahwa seandainya aku tidak memiliki imanku saat ini, pengharapan dalam Kristus, keselamatan yang Ia berikan, dan penebusan-Nya atas seluruh dunia, aku ragu aku masih hidup dan menulis renungan ini saat ini. Aku rasa aku pasti sudah menyerah melawan pikiran jahat yang menyuruhku untuk mengakhiri hidup sejak lama.

Begitu sering aku berdoa dan menangis kepada Tuhan, dan dalam doa itu damai sejahtera yang melampaui akalku (Filipi 4:7), menenangkan hatiku hingga aku terlelap. Begitu sering aku merasa tidak dicintai, tidak diinginkan, tidak berguna, tapi kenyataan yang kuterima adalah Allah pencipta alam semesta mengasihi kita, bahkan ketika kita masih berdosa (Roma 5:8). Aku sangat suka membaca buku fiksi karena aku tahu apapun yang terjadi dalam buku itu, pada akhirnya karakter-karakter itu akan mendapatkan akhir yang bahagia. Bukankah hal ini juga berlaku untukku?

Apapun yang terjadi dalam hidup ini, aku tahu bahwa akhir yang bahagia menungguku di sisi lain kehidupan (Wahyu 21:4). Inilah yang menguatkanku untuk menjalani hari-hari, bahkan jika aku tidak cukup kuat untuk berjalan dan harus merangkak sedikit demi sedikit.

Kadang, aku berharap depresi ini bisa menghilang secara ajaib. Aku tidak habis pikir kenapa semua penyertaan dan peneguhan dari Tuhan ini tidak cukup untuk membuatku “normal”. Namun, aku sadar bahwa aku tidak akan mengalami perjumpaan dengan Tuhan yang sedemikian intens dan personal tanpa kegundahanku yang tidak ada habisnya. Mungkin, seharusnya aku tidak malu karena aku masih mengalami depresi sebagai anak yang dikasihi Tuhan. Seharusnya aku bangga, karena justru sebagai anak yang dikasihi Tuhan, aku mengalami depresi dan tetap berusaha untuk menyelesaikan pertandingan dengan baik seperti yang Paulus lakukan (2 Timotius 4:7), bukannya menyerah dan mundur dari pertandingan kehidupan ini.

Apabila ada di antara kamu yang bergumul sepertiku, kiranya penyertaan Tuhan selalu memampukanmu untuk hidup dan bertumbuh bagi-Nya. 

Tuhan Yesus memberkati.

Kamu diberkati oleh artikel ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
4 replies
  1. Nita
    Nita says:

    Depresi bisa terjadi kepda siapa sj. Mendekatkan diri dan berobat adalah jalan terbaik. Bisa ke psikiater. Atau coba konseling di Konselor. Ada yg gratis dan berbbayar bisa cek ke Instagram : selaluadaharapan. Semangat!

  2. Tiara Ginting
    Tiara Ginting says:

    KEREN! memandang ketakutan dan depresi dari sisi positif, intinya jadikan itu sbg jalannya Tuhan untuk kita terus berjuang dan bertumbuh bagi Tuhan 😇

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *