Aku sempat merasakan kekosongan di masa-masa menjelang Natal beberapa tahun terakhir ini. Aku terlibat di berbagai acara gereja, tetapi yang kurasa bukan sukacita. Aku bosan menjadi panitia, pemusik, mengiringi paduan suara dan segudang aktivitas lainnya. Momen Natal yang seharusnya menjadi saat-saat reflektif malah jadi terasa hambar.
Pernahkah kamu mendengar nama Joe Biden, Xi Jinping, Camilla Rothe, Jennifer Hudson, dan Sundar Pichai? Mereka ialah segelintir dari 100 orang terpopuler di tahun 2020 versi majalah Time. Figur-figur ini dianggap memberi pengaruh besar pada masyarakat di generasi mereka. Contohnya, Camila Rothe.
Natal sudah berlalu, namun beberapa waktu belakangan, tema Natal “Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang” terus terngiang-ngiang di benakku. Tema itu terdengar baik, tapi sekaligus juga seperti utopis bagiku.
Hari Natal, 25 Desember, baru saja selesai. Semua kemeriahan, dekorasi, dan pernak-pernik sebentar lagi akan diturunkan. Bukan hanya di mal, tapi di gereja dan di rumah juga, secantik apa pun segala hiasan itu, semuanya akan disimpan kembali.
Jika hari Natal adalah hari yang dipenuhi syukur dan sukacita, pernah ada satu masa bagiku di mana Natal menjadi hari yang menakutkan, hari yang menentukan lulus atau tidaknya aku.
Hujan yang baru saja datang, memaksaku kembali duduk lesehan di teras gereja. Desember, bulan di penghujung tahun yang sering basah. Bulan sibuk bagi umat Kristiani menyambut Natal dengan beragam kegiatan yang sering jadi boomerang bagiku, kamu, dan dia yang kebersamaannya dengan orang–orang dekat tersita karena kegiatan bertumpuk–tumpuk yang mungkin (sengaja) diborong.
Aku tidak tahu bagaimana kamu memandang Natal, namun bagiku sendiri, aku sering memandang Natal dari dekorasi yang meriah, lampu-lampu yang berkelap-kelip, toko-toko yang dibanjiri pengunjung dan membayangkan bagaimana aku bisa ikut serta dalam segala kemeriahan itu.
Tidak terasa, hari Natal di tanggal 25 Desember tinggal sebentar lagi. Persiapan apa sajakah yang sudah kamu lakukan untuk menyambut hari Natal tersebut?
Gambar meme “Namaku Jeff” yang menyembul di antara tumpukan kado seolah-olah memang diletakkan demikian untuk menarik perhatianku. Di komisi remaja, kami memang sedang mengadakan pertukaran kado untuk merayakan Natal, tapi tidak kusangka pemberi kadoku memutuskan untuk mengemas hadiahnya sejelas itu.