Posts

Menikmati Bumi Pemberian Allah Bersama Makhluk Lain

Oleh Ari Setiawan

Ayat bacaan: Kejadian 7:1-9

Beberapa waktu lalu media sosial dihebohkan dengan perilaku seseorang yang dengan sengaja menabrak seekor anjing dikarenakan dianggap najis oleh kepercayaan yang dianutnya. Aku sebagai pecinta anjing tidak setuju. Anjing jenis apa pun tidak seharusnya bisa seenaknya ditabrak, dicelakai, atau dibunuh.

Aku memelihara anjing jenis Pomeranian. Menurutku, anjing adalah hewan yang dapat menunjukkan ekspresi hampir seperti manusia, dan inilah yang membuatku menjadi pecinta anjing. Tapi, sikapku mungkin akan berbeda jika bertemu hewan lain. Semisal aku bertemu dengan hewan “liar” dalam jarak dekat, seperti ular, kecoak, kaki seribu, dll, aku cenderung takut atau jijik dan tentunya tidak akan merawat jenis-jenis ini, walaupun hewan tersebut belum tentu berniat melukaiku. Teman-teman bisa cek artikel lama berjudul “Takut? Jangan!” di mana aku sangat takut kepada ular.

Di Hari Bumi yang diperingati pada 22 April ini, kita perlu menyadari kembali bahwa penduduk yang hidup di bumi bukan hanya manusia, pun pemilik bumi juga bukan manusia. Tetapi kenyataannya, sebagian manusia suka “mendadak lupa” atau justru sengaja mengabaikan keberadaan penduduk bumi lainnya, baik yang tampak kasat mata, seperti hewan dan tumbuhan; maupun yang tidak kasat mata, kualitas udara, air, cahaya dan atmosfer bumi.

Kita bisa lihat pada Indonesia di tahun 2020. Menurut Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK) Alue Dohong, jumlah timbunan sampah nasional pada 2020 mencapai 67,8 juta ton. Masker yang kita pakai untuk melindungi diri dari virus, ketika dibuang secara sembarangan atau tidak diolah dengan baik, juga mengancam habitat hewani. Tetapi, ada juga kebiasaan baik yang muncul di kala pandemi ini, yaitu berkebun di pekarangan rumah dan menggunakan sepeda untuk beraktivitas maupun berolahraga. Tentu hal tersebut dapat kita kategorikan baik, karena kita mengurangi asap kendaraan bermotor dan juga menambah volume oksigen. Semoga kita juga salah satu yang mengerjakan kebiasaan baik tersebut, bukan karena mengikuti trend saja.

Lantas bagaimana sudut pandang Kristen, melalui Alkitab, dalam hal memelihara kehidupan di bumi? Apakah TUHAN sendiri juga merawat dan memelihara ciptaan-Nya?

Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah pernah menghukum seluruh ciptaan dengan menurunkan air bah. Dalam Kejadian 6:5-7, tertulis:

Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.”

TUHAN menghukum segala ciptaan disebabkan satu hal yang jelas, yaitu karena perbuatan manusia yang penuh cela, bukan karena ketidaksukaannya kepada ciptaan lainnya. Tetapi TUHAN masih menunjukkan kasih karunia-Nya melalui nabi Nuh, yang hidup benar di mata Tuhan, untuk tetap lewat dari hukuman air bah serta menjaga keberadaan dari setiap ciptaan lainnya.Dengan jelas TUHAN berfirman dalam Kejadian 7:1-4.

Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: “Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya; juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpelihara hidup keturunannya di seluruh bumi. Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu.”

Dalam penghukuman-Nya kepada manusia, TUHAN masih memikirkan keberadaan ciptaan lainnya. TUHAN tetap memelihara, baik binatang yang haram maupun yang tidak, agar keberlangsungan hidup mereka tetap terjaga. Setelah air bah surut (pasal 8), Allah juga berfirman kepada Nuh agar keluarganya maupun binatang-binatang yang besertanya dapat berkembang biak dan bertambah banyak di bumi.

Melihat kisah yang disampaikan Alkitab TUHAN memberikan sebuah contoh kasih-Nya yang nyata kepada bumi dan seluruh isinya. Andaikata jika terkadang terjadi bencana banjir, tanah longsor, maupun beberapa jenis penyakit yang timbul, mungkin kita juga perlu mengoreksi diri, adakah andil kesalahan dan dosa manusia di dalamnya? Apakah berbagai program pembangunan sudah mempertimbangkan aspek lingkungan? Seberapa besar kita memberi atensi kepada pengelolaan alam?

Mari teman-teman, kita mulai dan lanjutkan langkah-langkah baik dalam menjaga keseimbangan bumi dan segala isinya. Kebiasaan berkebun maupun mengurangi penggunaan kendaraan bermotor adalah langkah awal mula yang baik. Seiring semakin sadarnya kita akan kelestarian alam, maka langkah-langkah tersebut perlu dikembangkan lebih lagi, seperti pembuatan kebijakan di perusahaan agar ramah lingkungan, mengajarkan generasi muda untuk mengelola sampah dan lingkungan, mengkritisi kebijakan yang cenderung mengabaikan keseimbangan alam.

“Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam” (Amsal 12:10).

Baca Juga:

Dipandang Lemah, Tetapi Punya Peran yang Besar

Dunia ini tidaklah lengkap tanpa kehadiran wanita, sosok yang kerap dipandang lemah tetapi sejatinya punya peran besar.

Menikmati Keindahan

Sabtu, 27 April 2019

Menikmati Keindahan

Baca: Pengkhotbah 3:9-13

3:9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?

3:10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.

3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

3:12 Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.

3:13 Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. —Pengkhotbah 3:11

Menikmati Keindahan

Lukisan yang dipajang di lorong sebuah rumah sakit di pusat kota itu langsung menarik perhatian saya. Sapuan warna-warna pastel dan sosok-sosok dari suku asli Amerika Navajo dalam lukisan itu begitu memikat hati hingga saya berhenti berjalan dan memperhatikannya. “Coba lihat,” kata saya kepada Dan, suami saya.

Saat itu suami saya berjalan terus, tetapi saya tidak. Di antara lukisan-lukisan lain di lorong itu, saya berhenti untuk menatap lukisan yang satu ini. “Indahnya,” bisik saya.

Banyak hal dalam kehidupan ini memang indah. Lukisan mahakarya. Pemandangan indah. Kerajinan tangan yang kreatif. Begitu pula senyum seorang anak. Sapaan hangat sahabat. Telur biru burung robin. Lekukan pada kulit kerang. Untuk meringankan beban dalam hidup ini, “[Allah] membuat segala sesuatu indah pada waktunya”(pkh. 3:11). Dalam keindahan seperti itu, para ahli Alkitab menjelaskan, kita melihat sekilas kesempurnaan ciptaan Allah—termasuk kemuliaan dari kekuasaan sempurna-Nya yang akan datang.

Karena kita hanya bisa membayangkan kesempurnaan itu, Allah memberi kita kesempatan mencicipinya terlebih dahulu melalui keindahan hidup. Dalam hal itulah, Allah “memberikan kekekalan dalam hati mereka” (ay.11). Terkadang hari-hari kita terlihat suram dan tak berarti. Namun, Allah bermurah hati menyediakan momen-momen indah untuk direnungkan.

Seniman dari lukisan yang saya kagumi itu, Gerard Curtis Delano, mengerti hal itu. “Allah [memberi] saya talenta untuk menciptakan keindahan,” katanya, “dan itulah yang Dia ingin saya lakukan.”

Melihat keindahan seperti itu, apa respons kita? Kita dapat bersyukur kepada Allah untuk kekekalan yang akan datang sambil menikmati kemuliaan yang sudah kita saksikan. —Patricia Raybon

WAWASAN

Kitab Pengkhotbah tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai waktu penulisannya, tetapi sang penulis yang menyebut dirinya “Pengkhotbah” secara umum diyakini adalah Salomo, “anak Daud, raja di Yerusalem” (Pengkhotbah 1:1). Namun, ada juga yang percaya bahwa penulis kitab ini adalah seorang penyunting dan penulis yang mencatat pelajaran-pelajaran dari kehidupan Salomo dalam sebuah tradisi hikmat. Apakah tujuan kitab ini? Michael Eaton dalam buku tafsiran kitab Pengkhotbah menyatakan, “Kitab ini membela kehidupan iman kepada Allah pemurah dengan menunjukkan betapa suramnya pilihan-pilihan di luar iman.” Ia menyimpulkan bahwa tujuan sang Pengkhotbah adalah “untuk membawa kita melihat bahwa Allah itu ada, Dia baik dan pemurah, dan hanya dengan cara pandang inilah hidup lebih dapat dimengerti dan memberikan kepuasan.”—Alyson Kieda

Bagaimana Anda menanggapi keindahan yang telah Allah tempatkan di dunia ini? Bagaimana keindahan dunia ini mencerminkan diri-Nya?

Bapa, tolonglah aku hari ini melihat dan menikmati keindahan yang Engkau hadirkan dalam hidupku sembari aku menantikan kekekalan yang mulia.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 1–2; Lukas 19:28-48

Handlettering oleh Robby Kurniawan

Merayakan Kreativitas

Selasa, 16 April 2019

Merayakan Kreativitas

Baca: Kejadian 1:1-21

1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.

1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

1:3 Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.

1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.

1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

1:6 Berfirmanlah Allah: “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.”

1:7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.

1:8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.

1:9 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian.

1:10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

1:11 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian.

1:12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

1:13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.

1:14 Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,

1:15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.” Dan jadilah demikian.

1:16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.

1:17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,

1:18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

1:19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.

1:20 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.”

1:21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Berfirmanlah Allah, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup.” —Kejadian 1:20

Merayakan Kreativitas

Seekor ubur-ubur langka berenang mengikuti arus di kedalaman 1.200 meter di lautan dekat Baja, California. Badannya mengeluarkan cahaya berkilauan berwarna biru, ungu, dan merah muda, kontras dengan latar belakang air yang hitam. Tentakel-tentakelnya yang elegan melambai dengan indahnya seiring dengan tiap denyutan bagian payungnya yang berbentuk lonceng. Saat menonton video National Geographic tentang ubur-ubur Halitrephes maasi, saya membayangkan bagaimana Allah memilih dengan khusus bentuk yang unik bagi makhluk licin kenyal yang indah ini. Allah juga merancang secara khusus ubur-ubur jenis lain yang menurut para ahli sampai Oktober 2017 telah mencapai 2.000 jenis banyaknya.

Meskipun kita menyadari Allah adalah Sang Pencipta Agung, pernahkah kita berhenti sejenak dari kesibukan kita untuk benar-benar memikirkan kebenaran luar biasa yang diungkapkan dalam Kejadian pasal pertama? Allah kita yang luar biasa menghadirkan terang dan kehidupan ke dalam keragaman dunia yang diciptakan-Nya dengan penuh kreativitas melalui kuasa firman-Nya. Dia merancang “binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air” (Kej. 1:21). Bahkan sampai saat ini, para ilmuwan baru menemukan sebagian kecil saja dari banyaknya makhluk hidup menakjubkan yang diciptakan Tuhan sejak permulaan zaman.

Allah juga secara khusus membentuk setiap pribadi di dunia ini dan memberi makna dalam setiap hari hidup kita, bahkan sejak sebelum kita dilahirkan (Mzm. 139:13-16). Sembari merayakan kreativitas Allah, kita dapat bersukacita pula atas banyaknya cara yang dipakai-Nya untuk menolong kita berimajinasi dan berkreasi bersama Dia serta untuk kemuliaan-Nya. —Xochitl Dixon

WAWASAN

Kitab Kejadian menggambarkan karya penciptaan Allah: pertama langit, bumi, dan lautan; diikuti oleh segala bentuk kehidupan—burung, ikan, binatang darat, dan manusia (Kejadian 1:1-27). Para ilmuwan memperkirakan ada dua sampai lima puluh juta jenis hewan pada masa kini, dan hanya kurang dari dua juta yang sudah diberi nama. Jumlah ini sangat luar biasa dan menjadi bukti dari Allah kita yang kreatif dan penuh kuasa. —K.T. Sim

Karunia kreatif apa yang Allah berikan kepada Anda? Bagaimana Anda dapat memakainya untuk kemuliaan-Nya?

Allah Pencipta, terima kasih Kau mengajak kami menghargai kreativitas-Mu yang luar biasa dan menikmati segala yang telah Kau berikan kepada kami.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 30–31; Lukas 13:23-35

Handlettering oleh Robby Kurniawan

Pencipta dan Penopang

Sabtu, 30 Maret 2019

Pencipta dan Penopang

Baca: Ibrani 1:1-4

1:1 Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,

1:2 maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,

1:4 jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.

Ia adalah cahaya kemuliaan Allah . . . dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. —Ibrani 1:3

Daily Quotes ODB

Dengan bantuan kaca pembesar dan pinset, seorang pembuat jam dari Swiss bernama Phillipe dengan cermat menjelaskan kepada saya bagaimana ia membongkar, membersihkan, dan memasang kembali bagian-bagian kecil dari arloji mekanis yang dirancang khusus. Di antara semua bagian arloji yang kecil-kecil, ada satu komponen terpenting, yaitu pegas utama. Pegas utama merupakan komponen yang menggerakkan semua roda gigi yang memungkinkan jam tangan menunjukkan waktu dengan tepat. Tanpa hal itu, jam tangan rancangan seseorang yang paling ahli sekalipun tidak akan dapat berfungsi.

Dalam Perjanjian Baru, ada bagian indah dari kitab Ibrani yang dengan terang-terangan memuji Yesus sebagai Pribadi yang melalui-Nya Allah menciptakan langit dan bumi. Seperti kerumitan arloji yang dirancang khusus, setiap detail alam semesta kita diciptakan oleh Tuhan Yesus (Ibr. 1:2). Dari luasnya tata surya sampai keunikan sidik jari kita, semua hal itu diciptakan oleh-Nya.

Namun, Yesus bukan saja Pencipta, tetapi bagaikan pegas utama arloji, kehadiran-Nya teramat penting bagi keberlangsungan dan perkembangan ciptaan-Nya. Dia senantiasa “menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (ay.3), memelihara semua yang telah diciptakan-Nya agar bekerja sama dengan baik dalam segala kerumitannya yang luar biasa.

Jika kamu memiliki kesempatan untuk mengalami keindahan alam ciptaan Allah hari ini, ingatlah bahwa “segala sesuatu ada di dalam Dia” (Kol. 1:17). Semoga kesadaran akan peran utama Yesus dalam penciptaan dan keberlangsungan alam semesta ini mendorong kita untuk terus bersyukur dan memuji pemeliharaan-Nya atas hidup kita. —Lisa Samra

Apa saja karya ciptaan Allah yang mendorongmu untuk menyembah Dia, dan apa alasannya?

Tuhan Yesus, terima kasih atas cara-Mu memelihara dan menopang ciptaan-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 9-10; Lukas 5:17-39

Bertanyalah kepada Binatang

Minggu, 14 Oktober 2018

Bertanyalah kepada Binatang

Baca: Ayub 12:7-10

12:7 Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan.

12:8 Atau bertuturlah kepada bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita kepadamu.

12:9 Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu;

12:10 bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia?

Bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan. —Ayub 12:7

Bertanyalah kepada Binatang

Dengan takjub, cucu-cucu kami melihat dari dekat seekor burung elang botak yang berhasil diselamatkan. Mereka bahkan diizinkan untuk membelainya. Ketika seorang pemandu kebun binatang menceritakan kehebatan burung yang bertengger pada lengannya itu, saya tercengang saat mengetahui bahwa lebar rentang sayap burung itu sekitar 2 m, tetapi karena tulang-tulangnya berongga, beratnya hanya sekitar 3,6 KG.

Makhluk itu mengingatkan saya pada seekor elang anggun yang pernah saya lihat melayang di atas danau, siap menukik dan mencengkeram mangsa dengan cakarnya. Saya juga membayangkan burung besar lainnya, yaitu bangau biru berkaki kurus yang diam berdiri di tepi danau dan sedang bersiap untuk menghunjamkan paruh panjangnya ke dalam air. Burung-burung itu hanyalah dua dari hampir 10.000 spesies burung yang dapat membawa kita merenungkan tentang Allah, Pencipta kita.

Di kitab Ayub, teman-teman Ayub sedang memperdebatkan alasan dari kesengsaraan yang dialami Ayub. Mereka bertanya, “Dapatkah engkau memahami hakekat Allah?” (lihat 11:5-9). Ayub menanggapi dengan menyatakan, “Bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan” (Ayb.12:7). Binatang menyatakan kebenaran bahwa Allah memang merancang, mempedulikan, dan mengendalikan ciptaan-Nya: “Di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia” (ay.10).

Karena Allah mempedulikan burung-burung (Mat. 6:26; 10:29), kita dapat yakin bahwa Dia mengasihi dan mempedulikanmu dan saya, bahkan di saat kita tidak memahami keadaan yang menimpa kita. Lihatlah sekelilingmu dan belajarlah tentang diri-Nya. —Alyson Kieda

Dunia milik Allah ini mengajarkan banyak hal tentang diri-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 43-44; 1 Tesalonika 2

Melampaui Bintang-Bintang

Selasa, 4 September 2018

Melampaui Bintang-Bintang

Baca: Mazmur 8:1-10

8:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud.8:2 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.

8:3 Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.

8:4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:

8:5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

8:6 Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.

8:7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:

8:8 kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang;

8:9 burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.

8:10 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!

Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. —Mazmur 8:2

Melampaui Bintang-Bintang

Pada tahun 2011, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat yang biasa dikenal dengan NASA merayakan 30 tahun perjalanan penelitian antariksa yang dilakukannya. Dalam tiga dekade itu, pesawat demi pesawat ulang-alik telah membawa lebih dari 355 orang ke luar angkasa dan membantu pembangunan Stasiun Luar Angkasa Internasional. Setelah berhenti mengoperasionalkan lima pesawat ulang-aliknya, NASA kini mengalihkan fokusnya pada eksplorasi luar angkasa jarak jauh.

Manusia telah menginvestasikan sejumlah besar waktu dan uang, dan beberapa astronot bahkan mengorbankan hidup mereka, untuk mempelajari luasnya lingkup alam semesta. Meski demikian, bukti keagungan Tuhan terbentang jauh lebih luas, melampaui apa yang sanggup diperhitungkan oleh manusia.

Ketika mengingat Allah, Perancang dan Penopang alam semesta yang mengetahui nama setiap bintang (Yes. 40:26), kita dapat mengerti alasan pemazmur Daud memuji kebesaran Allah (Mzm. 8:2). Sidik jari Tuhan ada pada “bulan dan bintang-bintang yang [Dia] tempatkan” (ay.4). Sang Pencipta langit dan bumi memang berkuasa atas segalanya, tetapi Dia tetap dekat dengan anak-anak yang dikasihi-Nya. Dia mengingat dan memperhatikan mereka masing-masing dari dekat (ay.5). Dalam kasih-Nya, Allah memberi kita kuasa, tanggung jawab, dan hak yang istimewa untuk memelihara dan mengeksplorasi bumi yang telah dipercayakan-Nya kepada kita (ay.6-9).

Sewaktu kita memperhatikan langit malam yang bertabur bintang, Sang Pencipta mengundang kita untuk mencari-Nya dengan tekun dan dengan segenap hati. Dia mendengar setiap doa dan nyanyian pujian yang keluar dari hati dan bibir kita. —Xochitl Dixon

Ya Pencipta alam semesta yang penuh kasih, terima kasih karena Engkau selalu mengingat kami.

Kebesaran Allah terbukti dalam kedahsyatan-Nya yang mengagumkan dan kedekatan-Nya yang meneduhkan.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 143-145; 1 Korintus 14:21-40

Artikel Terkait:

Bukan di Mulut Saja

Pencipta yang Menakjubkan

Minggu, 19 Agustus 2018

Pencipta yang Menakjubkan

Baca: Mazmur 104:24-34

104:24 Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu.

104:25 Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar.

104:26 Di situ kapal-kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya.

104:27 Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya.

104:28 Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang oleh kebaikan.

104:29 Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu.

104:30 Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.

104:31 Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama-lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya!

104:32 Dia yang memandang bumi sehingga bergentar, yang menyentuh gunung-gunung sehingga berasap.

104:33 Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.

104:34 Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN.

Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu. —Mazmur 104:24

Pencipta yang Menakjubkan

Sebagai fotografer amatir, saya suka sekali memotret potongan-potongan dari alam ciptaan Allah dengan kamera saya. Saya bisa melihat karya tangan-Nya pada kelopak bunga yang indah, pada pancaran sinar matahari yang terbit dan terbenam, serta pada kanvas langit yang dilukis oleh awan dan bintang yang bertebaran.

Fitur zoom (memperbesar) pada kamera saya membuat saya dapat memotret makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya. Saya pernah memotret seekor tupai yang mencicit di pohon ceri yang sedang mekar, kupu-kupu berwarna-warni yang berpindah dari satu bunga mekar ke bunga mekar lainnya, dan kura-kura laut yang berjemur di pantai berbatu. Setiap potret yang unik itu mendorong saya untuk memuji Allah, Pencipta saya yang menakjubkan.

Saya bukanlah orang pertama dari umat Allah yang memuji-Nya sembari mengagumi karya ciptaan-Nya yang unik. Penulis Mazmur 104 bernyanyi tentang banyaknya karya seni Allah di alam (ay.24). Dia melihat “laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar” (ay.25) dan bersukacita dalam Allah yang memelihara secara teratur dan sempurna setiap karya agung-Nya (ay.27-31). Ketika melihat sekelilingnya dan memperhatikan keagungan dari makhluk-mahkluk yang dihidupkan oleh Allah, hati pemazmur meluap dengan pujian, “Aku hendak menyanyi bagi Tuhan selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada” (ay.33).

Ketika merenungkan ajaib dan luasnya karya Tuhan, kita dapat melihat jelas rancangan-Nya yang kreatif dan perhatian-Nya pada hal-hal terkecil. Seperti pemazmur, kita dapat memuji Pencipta kita dengan nyanyian syukur atas kedahsyatan-Nya, keagungan-Nya, dan kasih-Nya yang tak pernah berubah. Haleluya! —Xochitl Dixon

Karya Allah sangat menakjubkan, demikian pula diri-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 103-104; 1 Korintus 2

Tuhan Penguasa Kedalaman Laut

Selasa, 10 Juli 2018

Tuhan Penguasa Kedalaman Laut

Baca: Ayub 41:3-25

41:3 Aku tidak akan berdiam diri tentang anggota-anggota badannya, tentang keperkasaannya dan perawakannya yang tampan.

41:4 Siapakah dapat menyingkapkan pakaian luarnya? Baju zirahnya yang berlapis dua, siapakah dapat menembusnya?

41:5 Siapa dapat membuka pintu moncongnya? Di sekeliling giginya ada kengerian.

41:6 Punggungnya adalah perisai-perisai yang bersusun, terlekat rapat seperti meterai.

41:7 Rapat hubungannya yang satu dengan yang lain, sehingga angin tidak dapat masuk;

41:8 yang satu melekat pada yang lain, bertautan tak terceraikan lagi.

41:9 Bersinnya menyinarkan cahaya, matanya laksana merekahnya fajar.

41:10 Dari dalam mulutnya keluar suluh, dan berpancaran bunga api.

41:11 Dari dalam lubang hidungnya mengepul uap bagaikan dari dalam belanga yang mendidih dan menggelegak isinya.

41:12 Nafasnya menyalakan bara, dan nyala api keluar dari dalam mulutnya.

41:13 Di dalam tengkuknya ada kekuatan; ketakutan berlompatan di hadapannya.

41:14 Daging gelambirnya berlekatan, melekat padanya, tidak tergerak.

41:15 Hatinya keras seperti batu, keras seperti batu kilangan bawah.

41:16 Bila ia bangkit, maka semua yang berkuasa menjadi gentar, menjadi bingung karena ketakutan.

41:17 Bila ia diserang dengan pedang, ia tidak mempan, demikian juga dengan tombak, seligi atau lembing.

41:18 Besi dirasanya seperti jerami, tembaga seperti kayu lapuk.

41:19 Anak panah tidak dapat menghalau dia, batu umban seolah-olah berubah padanya menjadi jerami.

41:20 Gada dianggapnya jerami dan ia menertawakan desingan lembing.

41:21 Pada bagian bawahnya ada tembikar yang runcing; ia membujur di atas lumpur seperti pengeretan pengirik.

41:22 Lubuk dibuatnya berbual-bual seperti periuk, laut dijadikannya tempat memasak campuran rempah-rempah.

41:23 Ia meninggalkan jejak yang bercahaya, sehingga samudera raya disangka orang rambut putih.

41:24 Tidak ada taranya di atas bumi; itulah makhluk yang tidak mengenal takut.

41:25 Segala yang tinggi takut kepadanya; ia adalah raja atas segala binatang yang ganas.”

Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, . . . dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya. —Mazmur 104:25-26

Tuhan Penguasa Kedalaman Laut

“Ketika kita menyelam hingga ke lautan yang dalam dan mengambil sampel, kita pasti akan menemukan spesies yang baru,” ujar seorang ahli biologi laut, Ward Appeltans. Dalam satu tahun terakhir, para ilmuwan telah mengidentifikasi 1.451 jenis kehidupan baru di bawah laut. Sejauh ini kita bahkan belum mengenali setengah dari seluruh kehidupan yang ada di dalam sana.

Dalam Ayub 38-40, Allah memberikan tinjauan terhadap karya ciptaan-Nya demi kebaikan Ayub. Di tiga pasal yang sangat puitis, Allah menyoroti keajaiban cuaca, kebesaran alam semesta, dan beragamnya makhluk yang hidup dalam habitat mereka masing-masing. Itu semua adalah hal-hal yang dapat manusia lihat. Namun, Allah kemudian menyebut tentang makhluk misterius bernama Lewiatan dalam satu bagian yang panjang. Lewiatan adalah makhluk yang sama sekali berbeda dari makhluk-makhluk lain, dengan kulit yang sangat tebal (Ayb. 40:26; 41:4), kuat (41:3), dan gigi-gigi yang dahsyat (41:5). “Dari dalam mulutnya . . . berpancaran bunga api. Dari dalam lubang hidungnya mengepul uap” (41:10-11). “Tidak ada taranya di atas bumi” (41:24).

Allah membahas tentang makhluk raksasa yang tak pernah kita lihat. Namun, apakah itu maksud dari Ayub 41?

Bukan! Ayub 41 memperluas pengertian kita akan sifat Allah yang mengejutkan. Pemazmur mengembangkan pemikiran tersebut dengan menulis, “Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, . . . dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya” (Mzm. 104:25-26). Setelah membaca deskripsi yang mengerikan dalam kitab Ayub, kita mengetahui bahwa Allah menciptakan tempat bermain untuk makhluk paling mengerikan yang pernah ada. Lewiatan bermain-main di dalam laut!

Kita memiliki masa sekarang untuk menyelidiki isi lautan. Kelak, kita memiliki waktu selama-lamanya untuk menyelidiki keajaiban Allah kita yang agung, misterius, dan menyenangkan. —Tim GustafSon

Menyelidiki alam ciptaan membuat kita belajar tentang Sang Pencipta.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 41-42; Kisah Para Rasul 16:22-40

Artikel Terkait:

Apakah Kamu Orang Percaya?

Ciptaan Allah yang Agung

Kamis, 5 Juli 2018

Ciptaan Allah yang Agung

Baca: Mazmur 104:1-6, 10-23

104:1 Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak,

104:2 yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda,

104:3 yang mendirikan kamar-kamar loteng-Mu di air, yang menjadikan awan-awan sebagai kendaraan-Mu, yang bergerak di atas sayap angin,

104:4 yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu,

104:5 yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya.

104:6 Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya; air telah naik melampaui gunung-gunung.

104:10 Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung,

104:11 memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan;

104:12 di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan.

104:13 Engkau yang memberi minum gunung-gunung dari kamar-kamar loteng-Mu, bumi kenyang dari buah pekerjaan-Mu.

104:14 Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah

104:15 dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia.

104:16 Kenyang pohon-pohon TUHAN, pohon-pohon aras di Libanon yang ditanam-Nya,

104:17 di mana burung-burung bersarang, burung ranggung yang rumahnya di pohon-pohon sanobar;

104:18 gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk.

104:19 Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya.

104:20 Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan.

104:21 Singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah.

104:22 Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya;

104:23 manusiapun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang.

Di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan. —Mazmur 104:12

Ciptaan Allah yang Agung

Baru-baru ini, saat cucu-cucu kami berkunjung ke rumah, kami menonton tayangan di Internet dari kamera web yang menyoroti kehidupan sebuah keluarga rajawali di Florida. Setiap hari kami membuka tayangan itu dan menyaksikan bagaimana induk betina, induk jantan, dan bayi rajawali melakukan rutinitas sehari-hari dalam sarang mereka di ketinggian. Hari demi hari, kedua induk burung tersebut terus-menerus menjaga bayi mereka dan menyuapkan ikan yang diperoleh dari sungai di dekat sana untuk mendukung perkembangan si bayi.

Kehidupan keluarga rajawali tersebut memberi kita satu gambaran yang diberikan oleh pemazmur dalam Mazmur 104 tentang karya ciptaan Allah yang mengagumkan. Ia melukiskan serangkaian gambaran alam dan pemandangan dari karya ciptaan tangan Allah yang kreatif.

Kita melihat keagungan alam semesta ciptaan Allah (ay.2-4).

Kita menikmati bumi yang dijadikan-Nya—samudera raya, gunung, dan lembahnya (ay.5-9).

Kita mengecap pemberian Allah yang indah berupa aneka binatang, burung-burung, dan tumbuh-tumbuhan (ay.10-18).

Kita mengagumi siklus yang Allah ciptakan bagi dunia ini—pagi berganti malam, gelap berganti terang, bekerja dan beristirahat (ay.19-23).

Alangkah indahnya dunia yang telah dirancang Allah dengan tangan-Nya untuk kita nikmati—dan untuk kemuliaan-Nya! “Pujilah Tuhan, hai jiwaku!” (ay.1). Setiap dari kita dapat mengucapkan terima kasih kepada Allah atas segala sesuatu yang telah diberikan-Nya untuk kita hargai dan nikmati. —Dave Branon

Puji Allah! Terpujilah Engkau, Tuhan, untuk bumi ciptaan-Mu yang penuh keajaiban.

Keindahan alam ciptaan merefleksikan keindahan Penciptanya.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 30-31; Kisah Para Rasul 13:26-52