Hati yang Rela Memberi

Jumat, 29 September 2023

Baca: Amsal 11:15-25

11:15 Sangat malanglah orang yang menanggung orang lain, tetapi siapa membenci pertanggungan, amanlah ia.

11:16 Perempuan yang baik hati beroleh hormat; sedangkan seorang penindas beroleh kekayaan.

11:17 Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri.

11:18 Orang fasik membuat laba yang sia-sia, tetapi siapa menabur kebenaran, mendapat pahala yang tetap.

11:19 Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, tetapi siapa mengejar kejahatan, menuju kematian.

11:20 Orang yang serong hatinya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang tak bercela, jalannya dikenan-Nya.

11:21 Sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman, tetapi keturunan orang benar akan diselamatkan.

11:22 Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik yang tidak susila.

11:23 Keinginan orang benar mendatangkan bahagia semata-mata, harapan orang fasik mendatangkan murka.

11:24 Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.

11:25 Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.

Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. —Amsal 11:25

Pada hari terakhir kami di Wisconsin, seorang teman mengajak Kinslee, anaknya yang berusia 4 tahun, untuk mengucapkan salam perpisahan. “Aku tidak mau tante pindah,” ucap Kinslee. Saya memeluknya dan memberinya hadiah sebuah kipas berbahan kanvas yang dilukis dengan tangan. “Kalau kamu kangen dengan tante, pakai saja kipas ini dan ingatlah tante selalu menyayangimu.” Kinslee bertanya apakah ia boleh mendapatkan kipas kertas di dalam tas saya saja. “Sayang, kipas itu sudah rusak,” ujar saya. “Tante ingin memberimu kipasku yang paling bagus.” Saya tidak menyesal telah memberi Kinslee kipas favorit saya. Melihatnya tersenyum sudah membuat saya bahagia. Beberapa waktu kemudian, Kinslee memberi tahu ibunya bahwa ia sedih karena saya menyimpan kipas yang rusak. Akhirnya mereka pun mengirimi saya kipas baru yang indah berwarna ungu. Pemberian yang tulus ini membuat Kinslee kembali bersukacita. Saya pun turut bersukacita.

Dalam dunia yang mendorong orang mencari kepuasan dan kenyamanan diri, kita bisa tergoda untuk memperkaya diri sendiri daripada hidup dengan kerelaan memberi. Namun, Alkitab berkata bahwa “yang menyebar harta . . . bertambah kaya” (Ams. 11:24). Budaya kita mendefinisikan kemakmuran sebagai memiliki lebih banyak dan banyak lagi, tetapi Alkitab berkata, “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan” dan “siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum” (ay.25).

Kasih dan kemurahan Allah yang tak terbatas dan tak bersyarat terus-menerus menguatkan kita. Setiap dari kita dapat memiliki hati yang rela memberi sehingga tercipta siklus kemurahan hati yang tak pernah berhenti. Itu karena kita sadar bahwa Allah—Sang Pemberi segala yang baik—tak jemu-jemu memberikan berkat-Nya dengan berlimpah. —Xochitl Dixon

WAWASAN
Amsal 10–22 adalah kumpulan peribahasa hikmat pribadi yang dikumpulkan oleh Salomo. Dalam Amsal 10–15, kebanyakan amsal muncul dalam bentuk kontras, yaitu ketika sebuah pilihan bijak dinasihatkan lalu dibandingkan dengan hasil yang buruk dari suatu perilaku bodoh. Tidak mudah untuk mengenali benang merah dalam amsal-amsal ini, tetapi dalam bagian kedua dari pasal 11, kita bisa melihat jelas tema kekayaan dan pemakaiannya yang pantas. Di ayat 15 kita diperingatkan agar tidak menggunakan kekayaan kita untuk menanggung orang asing, dan diingatkan bahwa bersikap waspada dalam membuat komitmen adalah tindakan yang bijak. Di ayat 16, kekayaan dibandingkan dengan kehormatan, dengan kekayaan dipandang sangat rendah. Ayat 18 memperingatkan bahaya “laba yang sia-sia” dan sebaliknya menjunjung “pahala yang tetap.” Kemudian di ayat 24, seorang yang murah hati “bertambah kaya”, sedangkan yang kikir “selalu berkekurangan.” –—Tim Gustafson

Hati yang Rela Memberi

Bagaimana kemurahan hati orang lain telah menolong kamu semakin mengenal Yesus? Bagaimana kamu dapat mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan kamu minggu ini?

Ya Allah, tolonglah aku agar dapat berbagi dengan murah hati sebagaimana Engkau telah memberkatiku dengan kemurahan-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 7-8; Efesus 2

Rawatlah Kebun Anda

Kamis, 28 September 2023

Baca: Kidung Agung 2:8-17

2:8 Dengarlah! Kekasihku! Lihatlah, ia datang, melompat-lompat di atas gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit.

2:9 Kekasihku serupa kijang, atau anak rusa. Lihatlah, ia berdiri di balik dinding kita, sambil menengok-nengok melalui tingkap-tingkap dan melihat dari kisi-kisi.

2:10 Kekasihku mulai berbicara kepadaku: “Bangunlah manisku, jelitaku, marilah!

2:11 Karena lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu.

2:12 Di ladang telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas; bunyi tekukur terdengar di tanah kita.

2:13 Pohon ara mulai berbuah, dan bunga pohon anggur semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah!

2:14 Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu!”

2:15 Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!

2:16 Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung.

2:17 Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, kembalilah, kekasihku, berlakulah seperti kijang, atau seperti anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah!

Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu . . . yang merusak kebun-kebun anggur. —Kidung Agung 2:15

Saya sangat bersemangat menanami kebun belakang rumah kami dengan buah-buahan dan sayur-mayur. Lalu saya melihat ada lubang-lubang kecil di tanah. Sebelum sempat panen, mendadak buah pertama kami hilang secara misterius. Pada suatu hari saya sangat kecewa ketika menemukan tanaman stroberi kami yang terbesar sudah tercabut hingga ke akar-akarnya dan kering terpanggang sinar matahari akibat ulah kelinci yang bersarang di bawahnya. Andai saja saya lebih memperhatikan tanda-tanda peringatannya!

Sajak cinta yang indah dalam Kitab Kidung Agung mencatat percakapan antara sepasang kekasih. Ketika memanggil kekasihnya, sang pria dengan tegas memperingatkannya tentang hewan-hewan yang dapat merusak kebun mereka, lambang dari hubungan mereka. “Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu . . . yang merusak kebun-kebun anggur,” ujarnya (Kid. 2:15). Mungkin ia sudah melihat tanda-tanda adanya “rubah-rubah” yang dapat merusak hubungan mereka, seperti perasaan cemburu, amarah, ketidakjujuran, atau sikap tidak peduli. Karena bersukacita atas keelokan sang mempelai (ay.14), sang pria tidak menginginkan kehadiran sosok lain yang dapat merusaknya. Kekasihnya sungguh berharga baginya, bagai “bunga bakung di antara duri-duri” (ay.2). Itulah sebabnya ia rela berjerih lelah demi menjaga hubungan mereka.

Keluarga dan sahabat merupakan anugerah terindah dari Allah untuk kita, sekalipun relasi-relasi tersebut tidak selalu mudah untuk dipelihara. Dengan kesabaran, perhatian, dan perlindungan dari “rubah-rubah yang kecil”, kita yakin bahwa Allah akan menumbuhkan buah yang indah nantinya. —Karen Pimpo

WAWASAN
Ada sejumlah pertanyaan yang sering dikemukakan mengenai Kidung Agung (yang juga dikenal sebagai Kidung Salomo). Siapa penulisnya? Sebagian ahli Alkitab percaya bahwa Kidung Agung ditulis oleh Salomo; tetapi yang lain menyimpulkan bahwa Kidung Agung mungkin ditulis untuk atau mengenai Salomo. Bagaimana seharusnya kitab ini ditafsirkan, apakah secara harfiah, sebagai fiksi, atau sebagai alegori (menggambarkan “kasih” sebagai kasih Allah bagi umat-Nya atau sebagai kasih Kristus bagi jemaat-Nya)? Belakangan, para ahli Alkitab memandang kitab itu sebagai Sastra Hikmat yang menjunjung kasih manusiawi yang indah dan penuh berkat dalam konteks pernikahan. Douglas Sean O’Donnell adalah salah satu di antaranya. Dalam tafsirannya The Song of Solomon: An Invitation to Intimacy, ia menyimpulkan bahwa kitab tersebut adalah sebuah kidung mengenai kasih manusia yang ditulis untuk memberi kita hikmat. –—Arthur Jackson

Rawatlah Kebun Anda

Dalam hal apa kamu telah lalai dalam menjaga hubungan kamu dengan seseorang? “Rubah” apa saja yang selama ini kamu biarkan berkeliaran?

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau mengasihiku dengan begitu sempurna.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 5-6; Efesus 1

Allah Memanggil Nama Anda

Rabu, 27 September 2023

Baca: Kejadian 16:1-9,16

16:1 Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.

16:2 Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.

16:3 Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, –yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan–,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.

16:4 Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.

16:5 Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.”

16:6 Kata Abram kepada Sarai: “Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.

16:7 Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur.

16:8 Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.”

16:9 Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.”

16:16 Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.

Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” —Kejadian 16:8

Natalia pergi ke negara lain dengan memegang janji bahwa ia akan disekolahkan. Namun, di sana, Natalia mengalami pelecehan fisik dan seksual dari si ayah di keluarga yang ditumpanginya. Ia dipaksa mengurus rumah dan anak-anaknya tanpa dibayar. Ia tidak diizinkan keluar rumah ataupun menggunakan telepon. Natalia pun dijadikan budak orang itu.

Hagar adalah seorang budak Mesir dari Abram dan Sarai. Kedua tuannya itu tidak memanggil Hagar dengan namanya. Mereka memanggilnya dengan sebutan “hambaku” atau “hambamu” (Kej. 16:2,5-6). Mereka hanya ingin memanfaatkan Hagar untuk mendapatkan keturunan.

Namun, Allah sungguh jauh berbeda! Malaikat Tuhan muncul pertama kalinya dalam Kitab Suci ketika Dia berbicara kepada Hagar yang sedang mengandung di tengah gurun pasir. Malaikat tersebut adalah utusan Allah atau bahkan Allah sendiri. Hagar percaya malaikat itu adalah Allah, sebab katanya, “Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?” (ay.13). Apabila malaikat itu adalah Allah, bisa jadi Dia adalah sang Putra—Pribadi yang menyatakan Allah kepada kita—yang menampakkan diri sebelum inkarnasi. Dia menyebut namanya, “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” (ay.8).

Allah melihat Natalia dan mendatangkan orang-orang yang peduli ke dalam hidupnya untuk menyelamatkannya. Kini ia sedang menimba ilmu di sekolah perawat. Allah melihat Hagar dan memanggilnya dengan namanya. Allah juga melihat kamu. Mungkin kamu telah diabaikan atau bahkan dilecehkan. Yesus memanggil nama kamu. Datang dan berlarilah kepada-Nya. —Mike Wittmer

WAWASAN
Nama-nama dalam Alkitab memiliki arti penting karena memberi makna bagi peristiwa-peristiwa yang menyertai penamaannya. Dalam Kejadian 16, dua nama menyatakan lebih jauh kepada kita mengenai diri Allah. Ketika memberi nama Ismael (ay. 11) kepada anak laki-laki Hagar, Allah menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang mendengar doa-doa kita, karena Ismael berarti “Allah mendengar”. Sebagai tanggapannya, Hagar menyebut Allah sebagai “Dia yang telah melihat aku” (ay. 13) atau El-Roi. Alkitab versi AYT menerjemahkannya demikian: “Hagar memanggil nama TUHAN yang berbicara kepadanya itu dengan sebutan, ‘Engkaulah El-Roi!’ sebab katanya, ‘Sungguhkah di sini aku telah melihat Dia yang telah melihat aku?’” Yahweh adalah Allah yang Mahamendengar dan Mahamelihat. –—K.T. Sim

Allah Memanggil Nama Anda

Yesus mengenal nama kamu. Apa artinya itu bagi kamu secara pribadi? Bagaimana kamu dapat menguatkan orang lain dengan mengingat dan mengenal nama mereka?

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau mengenal namaku. Aku bersandar pada kasih-Mu bagiku.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 3-4; Galatia 6

Seruan yang Berbeda

Selasa, 26 September 2023

Baca: Yesaya 30:19-26

30:19 Sungguh, hai bangsa di Sion yang diam di Yerusalem, engkau tidak akan terus menangis. Tentulah Tuhan akan mengasihani engkau, apabila engkau berseru-seru; pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab.

30:20 Dan walaupun Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia,

30:21 dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,” entah kamu menganan atau mengiri.

30:22 Engkau akan menganggap najis patung-patungmu yang disalut dengan perak atau yang dilapis dengan emas; engkau akan membuangnya seperti kain cemar sambil berkata kepadanya: “Keluar!”

30:23 Lalu TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru kamu taburkan di ladangmu, dan dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah. Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang rumput yang luas;

30:24 sapi-sapi dan keledai-keledai yang mengerjakan tanah akan memakan makanan campuran yang sedap, yang sudah ditampi dan diayak.

30:25 Dari setiap gunung yang tinggi dan dari setiap bukit yang menjulang akan memancar sungai-sungai pada hari pembunuhan yang besar, apabila menara-menara runtuh.

30:26 Maka terang bulan purnama akan seperti terang matahari terik dan terang matahari terik akan tujuh kali ganda, yaitu seperti terangnya tujuh hari, pada waktu TUHAN membalut luka umat-Nya dan menyembuhkan bekas pukulan.

Tuhan akan mengasihani engkau, apabila engkau berseru-seru! —Yesaya 30:19

Ketika seorang bayi menangis, itu tandanya ia lelah atau lapar, bukan? Menurut para dokter di Brown University, perbedaan tipis dalam tangisan bayi yang baru lahir juga dapat menjadi petunjuk penting dari adanya masalah-masalah lain. Para dokter telah merancang sebuah program komputer yang bisa mengukur faktor-faktor tangisan seperti nada, volume, dan tingkat kejernihan suara tangisan untuk menentukan apakah ada yang salah dengan sistem saraf pusat si bayi.

Nabi Yesaya bernubuat bahwa Allah akan mendengar setiap seruan umat-Nya, mengetahui kondisi hati mereka, dan kemudian menanggapi dengan belas kasihan. Namun, alih-alih mencari petunjuk Allah, bangsa Yehuda mengabaikan nabi-Nya dan mencari pertolongan dengan bersekutu dengan Mesir (Yes. 30:1-7). Allah memberi tahu mereka bahwa apabila mereka memilih untuk terus memberontak, Dia akan mendatangkan kekalahan dan penghinaan. Meski demikian, Allah juga sangat rindu “menunjukkan belas kasihan-Nya kepada [mereka] . . . siap sedia untuk mengasihani [mereka]” (ay.18). Penyelamatan akan tiba, tetapi hanya melalui seruan penyesalan dan iman yang mereka nyatakan. Apabila umat Allah berseru kepada-Nya, Dia akan mengampuni dosa-dosa mereka dan memperbarui kekuatan serta daya hidup rohani mereka (ay.8-26).

Hal ini juga berlaku untuk orang percaya hari ini. Ketika seruan penyesalan dan iman kita didengar oleh Bapa di surga, Dia akan memperhatikannya, mengampuni kita, dan kemudian memperbarui sukacita dan pengharapan kita di dalam Dia.

—Marvin Williams

WAWASAN
Yesaya 30:19-26 menggambarkan suatu masa depan ketika umat Allah akan kembali dibimbing oleh pengajaran yang benar (ay. 20-22) dan tanahnya menghasilkan “berlimpah-limpah” makanan (ay. 23). Tak ada lagi alasan bagi umat untuk “terus menangis” (ay. 19). Mereka akan kembali hidup dan berkembang di Yerusalem (ay. 19). 

Janji bahwa Allah akan menghapus semua air mata digaungkan juga di bagian lain Kitab Yesaya (25:8; 61:3). Janji masa depan ini memang digenapi sebagian ketika umat-Nya kembali dari pembuangan, tetapi akan digenapi sepenuhnya saat Kristus datang kembali (Wahyu 7:17). –—Monica La Rose

Seruan yang Berbeda

Apa yang membuat kamu tergoda untuk memberontak terhadap Allah dan mencari pertolongan di luar Dia? Bagaimana pertobatan kita di hadapan-Nya mendatangkan rekonsiliasi dan menghidupkan kita?

Allah terkasih, ampunilah aku karena berusaha mencari perlindungan, keselamatan, dan keamanan di luar Engkau. Pulihkanlah kasihku kepada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 1-2; Galatia 5

Ketika dalam Ketakutan

Senin, 25 September 2023

Baca: Mazmur 118:1-7

118:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

118:2 Biarlah Israel berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”

118:3 Biarlah kaum Harun berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”

118:4 Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”

118:5 Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.

118:6 TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?

118:7 TUHAN di pihakku, menolong aku; aku akan memandang rendah mereka yang membenci aku.

Tuhan di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? —Mazmur 118:6

Ketika saya masih kecil, lapangan sekolah adalah tempat para perundung beraksi dan anak-anak seperti saya pasrah menerimanya tanpa banyak protes. Ketika meringkuk ketakutan di hadapan para penyiksa itu, kami mengalami hal lain yang lebih buruk, yaitu ejekan-ejekan yang mereka lontarkan. “Kamu takut, kan? Kamu takut padaku, kan? Tidak ada siapa pun yang akan melindungimu di sini.”

Sejujurnya, saya benar-benar merasa ketakutan dalam situasi-situasi tersebut, dan sudah sewajarnya. Karena pernah ditinju, saya tahu saya tidak ingin mengalaminya lagi. Jadi, apa yang bisa saya lakukan dan siapa yang dapat saya percayai ketika rasa takut menyergap? Sangat wajar jika seorang anak berusia delapan tahun merasa takut ketika ia dirisak oleh anak lain yang lebih tua, lebih besar, dan lebih kuat.

Ketika diserang, sang pemazmur tidak menanggapinya dengan takut, melainkan dengan percaya diri, karena ia tahu ia tidak menghadapi ancaman-ancaman itu seorang diri. Ia menulis, “Tuhan di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Mzm. 118:6). Sebagai seorang anak, rasanya saya tidak dapat memahami tingkat kepercayaan diri seperti yang dimiliki sang pemazmur. Namun, sebagai orang dewasa, saya telah belajar dari perjalanan iman bersama Kristus selama bertahun-tahun, bahwa Dia jauh lebih besar daripada semua ancaman yang menimbulkan ketakutan.

Ancaman-ancaman yang kita hadapi dalam kehidupan ini memang nyata. Namun, kita tidak perlu takut. Sang Pencipta alam semesta selalu menyertai kita, dan Dia lebih dari cukup. —Bill Crowder

WAWASAN
Mazmur 118 adalah mazmur terakhir dari rangkaian enam mazmur (Mazmur 113–118) yang dikenal sebagai “Hallel Mesir”. Bangsa Israel memakai kumpulan mazmur ini dalam perayaan Paskah. “Mesir” mengacu kepada “Pada waktu Israel keluar dari Mesir” (114:1; lihat Keluaran 6:5-6), dan Hallel berarti pujian. Mazmur 113–114 dinyanyikan sebelum jamuan Paskah dan Mazmur 115–118 sesudahnya. 

Mazmur 118 adalah mazmur nomor dua yang paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru (Mazmur 110 adalah yang pertama). Ketika Yesus memasuki Yerusalem pada Minggu Palem, orang banyak menyerukan perkataan dari Mazmur 118:26, menyerukan Yesus sebagai raja yang akan memerdekakan mereka dari perbudakan Romawi (Matius 21:9; Markus 11:9; Lukas 19:38; Yohanes 12:13). Kristus mengutip Mazmur 118:22-23 di dalam perumpamaan tukang bangunan (Matius 21:42; Markus 12:10-11; Lukas 20:17). Petrus mengutip ayat-ayat yang sama dalam Kisah Para Rasul 4:11 dan 1 Petrus 2:7, serta Paulus menyinggungnya secara implisit dalam Efesus 2:20-21. Ibrani 13:6 mengutip dari Mazmur 118:6. –—K.T. Sim

Ketika dalam Ketakutan

Apa yang sedang kamu khawatirkan hari ini? Mintalah Allah untuk hadir, menghibur, dan melindungi kamu dalam pergumulan apa pun yang kamu hadapi.

Ya Bapa, terima kasih karena Engkau selalu menyertaiku, dan aku dapat mempercayai-Mu untuk melewati masa-masa yang sulit dengan kasih karunia-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 6-8; Galatia 4

Belas Kasihan dalam Tindakan Nyata

Minggu, 24 September 2023

Baca: Kolose 3:12-14

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Kenakanlah belas kasihan. —Kolose 3:12

Sebenarnya, pekerjaan James Warren bukanlah membuat bangku. Namun, ia mulai membuatnya ketika melihat seorang wanita di Denver duduk di atas tanah saat menunggu bus. “Sungguh tidak manusiawi,” pikir Warren yang prihatin. Jadi, konsultan tenaga kerja berusia dua puluh delapan tahun itu pun mencari beberapa potong kayu, membuat bangku, dan menaruhnya di halte bus tadi. Bangku itu sungguh berguna. Ketika menyadari bahwa sebagian besar dari sembilan ribu halte bus di kotanya tidak menyediakan tempat duduk, ia pun membuat bangku-bangku berikutnya, dan mengukir tulisan “Mari Peduli” pada setiap bangku buatannya. Tujuannya? “Supaya hidup orang lain sedikit lebih baik, dengan cara yang bisa saya lakukan,” kata Warren.

Kita dapat menyebut perbuatan baik semacam itu sebagai belas kasihan. Seperti yang diteladankan Yesus, belas kasihan adalah suatu perasaan yang begitu kuat mendesak kita untuk mengambil tindakan nyata guna memenuhi kebutuhan orang lain. Ketika orang banyak mengejar Yesus, “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala” (Mrk. 6:34). Dia mengubah belas kasihan itu menjadi tindakan nyata dengan menyembuhkan mereka yang sakit (Mat. 14:14).

Kita juga harus “[mengenakan] belas kasihan,” desak Paulus (Kol. 3:12). Apa manfaatnya? Seperti yang dikatakan Warren, “Saya merasa terharu. Memberi semangat bagi saya untuk terus maju.”

Di sekeliling kita ada banyak kebutuhan, dan Allah akan menunjukkannya kepada kita. Kebutuhan-kebutuhan itu dapat memotivasi kita untuk menunjukkan belas kasihan kita dalam tindakan nyata, dan hal itu akan menguatkan orang lain lewat kasih Kristus yang kita tunjukkan kepada mereka. —PATRICIA RAYBON

WAWASAN
Kata yang diterjemahkan sebagai “belas kasihan” dalam Kolose 3:12 menggabungkan dua kata Yunani, yaitu splanchnon (isi perut) dan oiktirmos (belas kasihan). Secara harfiah, kata-kata itu mengacu kepada isi perut, usus, atau organ dalam (jantung, paru-paru, hati, dsb). Secara kiasan, kata-kata itu mengacu kepada emosi lembut yang menimbulkan tanggapan yang baik, murah hati, dan berbelas kasihan. Sebagai duta Kristus (ay. 17), orang percaya didorong untuk mengenakan “belas kasihan” (ay. 12), dan karakter-karakter Kristus lainnya (ay. 12-14). Bentuk kata kerja (splanchnizomai) hanya digunakan dalam kitab-kitab Injil untuk menggambarkan tindakan ilahi (oleh Allah [atau sosok yang mewakili-Nya] dan Kristus). “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (Matius 9:36). Di Lukas 15:20, sang ayah melambangkan Allah: “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” –—Arthur Jackson

Belas Kasihan dalam Tindakan Nyata

Pernahkah kamu membantu mengatasi kepedihan seseorang atau menjawab kebutuhan orang lain lewat tindakan yang didasari belas kasihan? Apa yang kamu rasakan saat melakukannya?

Allah Mahakasih, saat aku melihat adanya penderitaan dan kebutuhan yang membutuhkan pertolongan, lembutkanlah hatiku agar aku dapat bertindak dengan penuh belas kasihan seperti Kristus.

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 4-5; Galatia 3

Semua Jawaban

Sabtu, 23 September 2023

Baca: Yohanes 14:15-26

14:15 “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

14:16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,

14:17 yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.

14:18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.

14:19 Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup.

14:20 Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.

14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”

14:22 Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?”

14:23 Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.

14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.

14:25 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;

14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu. —Yohanes 14:26

Dale Earnhardt Jr. menggambarkan momen mengerikan ketika ia menyadari ayahnya telah meninggal dunia. Legenda balap mobil Dale Earnhardt Sr. baru saja tewas dalam kecelakaan fatal di penghujung Daytona 500—perlombaan yang juga diikuti sendiri oleh Dale Jr. “Saya mengeluarkan suara yang takkan bisa saya ulangi lagi,” kata Earnhardt muda. “[Suatu] jeritan tanda syok dan duka—juga kengerian.” Lalu timbullah kenyataan yang memilukan: “Sekarang saya harus melakukan ini sendirian.”

“Bersama Ayah, saya merasa seperti memiliki lembar contekan,” jelas Earnhardt Jr. “Bersama Ayah, saya seperti mengetahui semua jawaban.”

Murid-murid Yesus telah belajar untuk mencari semua jawaban dari-Nya. Kini, pada malam menjelang penyaliban-Nya, Dia meyakinkan mereka bahwa Dia tidak akan meninggalkan mereka seorang diri. “Aku akan minta kepada Bapa,” kata Yesus, “dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran” (Yoh. 14:16-17).

Yesus juga memperluas penghiburan tersebut kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku” kata-Nya, “dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (ay.23).

Mereka yang memilih untuk mengikut Yesus akan memiliki Roh Kudus di dalam diri mereka. Roh itulah yang akan mengajarkan “segala sesuatu” kepada mereka dan mengingatkan mereka pada semua hal yang telah Yesus ajarkan (ay.26). Kita memang tidak mengetahui semua jawaban, tetapi kita mempunyai Roh Kudus dari Allah yang mengetahui segalanya. —TIM GUSTAFSON

WAWASAN
Ayat sebelum Yohanes 14:15-26 sering disalahartikan. Yesus berkata, “Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya" (ay. 14). Hal “meminta” tersebut harus dipahami dengan benar. Kristus berjanji bahwa Roh Kudus akan “menyertai kamu selama-lamanya” (ay. 16) dan “akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu” (ay. 26). Rasul Paulus berkata, “[Roh], sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Roma 8:27). Ketika kita berdoa di dalam Roh Kudus, kita tidak memohon untuk memuaskan keegoisan kita, melainkan “sesuai dengan kehendak Allah”. –—Tim Gustafson

Semua Jawaban

Pertanyaan-pertanyaan besar apa yang mengusik kamu? Bagaimana kamu merasakan Roh Kudus sebagai Roh kebenaran membimbing kamu kepada jawaban yang kamu butuhkan?

Bapa Surgawi, tolonglah aku mencari-Mu untuk mendapatkan jawaban yang kubutuhkan. Tolonglah aku untuk mempercayai-Mu sepenuhnya dan menemukan kedamaian sejati di dalam-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 1-3; Galatia 2

Pemulihan yang Indah

Jumat, 22 September 2023

Baca: Yesaya 65:16-22

65:16 sehingga orang yang hendak mendapat berkat di negeri akan memohon berkat demi Allah yang setia, dan orang yang hendak bersumpah di negeri akan bersumpah demi Allah yang setia, sebab kesesakan-kesesakan yang dahulu sudah terlupa, dan sudah tersembunyi dari mata-Ku.”

65:17 “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.

65:18 Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan.

65:19 Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erangpun tidak.

65:20 Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hanya hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk, sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena kutuk.

65:21 Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga.

65:22 Mereka tidak akan mendirikan sesuatu, supaya orang lain mendiaminya, dan mereka tidak akan menanam sesuatu, supaya orang lain memakan buahnya; sebab umur umat-Ku akan sepanjang umur pohon, dan orang-orang pilihan-Ku akan menikmati pekerjaan tangan mereka.

Kesesakan-kesesakan yang dahulu sudah terlupa . . . Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru. —Yesaya 65:16-17

Dalam bukunya yang luar biasa, Art + Faith: A Theology of Making, seniman terkenal Makoto Fujimura menjelaskan tentang seni Jepang kuno yang disebut Kintsugi. Sang seniman mengambil tembikar yang telah pecah (awalnya adalah cawan teh) dan menyatukan kembali pecahan-pecahannya dengan pernis yang dicampur bubuk emas, sehingga terbentuk ulir-ulir keemasan pada bagian-bagian yang disatukan. Fujimura menjelaskan, “Kintsugi bukan hanya ‘memperbaiki’ tembikar yang pecah, melainkan juga menjadikannya lebih indah daripada aslinya.” Kintsugi pertama kali digunakan berabad-abad lalu ketika cawan favorit seorang panglima perang pecah lalu diperbaiki dengan sangat indah. Sejak itu Kintsugi menjadi seni yang sangat dihargai dan dikagumi.

Nabi Yesaya menggambarkan bagaimana Allah dengan piawai melakukan pemulihan semacam itu terhadap dunia. Meski kita telah dirusak oleh pemberontakan kita dan hancur oleh keegoisan kita, Allah berjanji akan “menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru” (Yes. 65:17). Allah tidak berencana hanya memperbaiki dunia yang lama tetapi justru menjadikannya benar-benar baru, mengambil apa yang telah hancur dan kemudian merancang dunia yang berkilauan dengan keindahan yang baru. Ciptaan baru ini sangat menakjubkan sehingga “kesesakan-kesesakan yang dahulu sudah terlupa” dan “hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi” (ay.16-17). Dengan ciptaan baru ini, Allah tidak akan menutupi kesalahan-kesalahan kita, melainkan akan melepaskan kuasa kreatif-Nya—kuasa yang mengubahkan hal-hal buruk menjadi indah dan segala sesuatu yang telah mati bernapas kembali.

Ketika memandang hidup kita yang telah hancur, kita tidak perlu putus asa. Allah sedang mengerjakan pemulihan-Nya yang indah. —WINN COLLIER

WAWASAN
Dalam Kitab Wahyu, kitab terakhir dalam Alkitab, Rasul Yohanes menulis tentang kepastian dari “apa yang harus segera terjadi” (Wahyu 1:1; lihat 22:6). Di penghujung sejarah umat manusia, dan menjelang masa kekekalan, Allah akan berkata, "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" (21:5) dan akan mengaruniakan kepada kita “langit yang baru dan bumi yang baru” (21:1). Penciptaan langit yang baru dan bumi yang baru tidak hanya diungkapkan kepada Yohanes. Tujuh ratus tahun sebelum kelahiran Kristus, Allah, melalui Nabi Yesaya, telah berfirman, “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru” (Yesaya 65:17), suatu dunia yang “tinggal tetap” (66:22) “di mana terdapat kebenaran” (2 Petrus 3:13). –—K.T. Sim

Pemulihan yang Indah

Bagian apa dalam hidup kamu yang membutuhkan pemulihan yang indah? Bagaimana gambaran tentang “ciptaan baru” ini membangkitkan harapan dalam diri kamu?

Ya Allah, pulihkanlah aku dan perbaruilah duniaku.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 10-12; Galatia 1

Allah Menghapus Dosa Kita

Kamis, 21 September 2023

Baca: Yohanes 8:1-11

8:1 tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.

8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.

8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.

8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.

8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”

8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.

8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”

8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.

8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.

8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?”

8:11 Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” —Yohanes 8:11

Pada tahun 1950-an, ada seorang ibu tunggal yang harus mencari nafkah dengan bekerja sebagai juru ketik. Namun, ia bukan juru ketik yang baik dan ada saja kesalahan yang dibuatnya. Ia berupaya mencari cara untuk menutupi kesalahannya dan akhirnya menciptakan cairan putih yang digunakan untuk menutupi kesalahan ketik, yang dikenal luas di sini sebagai Tipp-Ex. Setelah cairan itu mengering, orang dapat mengetik lagi di atasnya, seolah-olah tidak ada kesalahan.

Yesus memberikan cara yang jauh lebih ampuh dan berarti untuk mengatasi dosa-dosa kita—bukan ditutup-tutupi melainkan diampuni sepenuhnya. Kita menemukan contoh yang baik tentang hal ini pada awal Yohanes 8, dalam kisah seorang perempuan yang didapati berbuat zina (ay.3-4). Para ahli hukum Taurat menghendaki Yesus berbuat sesuatu terhadap perempuan itu dan dosa-dosanya. Berdasarkan hukum, perempuan itu harus dirajam, tetapi Kristus tidak menghiraukan soal tuntutan hukum tersebut. Dia hanya mengingatkan bahwa semua orang telah berbuat dosa (lih. Rm. 3:23) dan menyuruh siapa saja yang tidak berdosa untuk “melemparkan batu kepada perempuan itu” (Yoh. 8:7). Ternyata, tidak satu batu pun yang dilemparkan.

Yesus menawarkan perempuan itu suatu awal yang baru. Dia tidak menghukumnya, melainkan memerintahkannya, “jangan berbuat dosa lagi” (ay.11). Yesus memberinya solusi bagi pengampunan dosanya dan menuliskan cara hidup baru yang berbeda dari masa lalunya. Tawaran yang sama juga tersedia bagi kita semua melalui kasih karunia-Nya. —Katara Patton

WAWASAN
Dalam Yohanes 7, kita mengetahui bahwa Yesus sedang mengajar dan menyembuhkan banyak orang di Galilea dan “tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya” (ay. 1). Entah karena rasa takut, iri hati, atau apa pun juga, mereka menghendaki kematian-Nya. Namun, menjelang Hari Raya Pondok Daun, Yesus pergi ke Yerusalem di Yudea untuk mengikuti perayaan yang berlangsung seminggu penuh. Selama Hari Raya tersebut, para pemimpin Yahudi mencoba menangkap Yesus (ay. 30, 43-44). Alih-alih pulang setelah perayaan itu, Yesus tinggal di Yudea (7:53–8:1). Dia pergi ke Bait Allah untuk mengajar, dan di sana para ahli Taurat serta orang Farisi membawa seorang perempuan yang kedapatan berzina (8:3-8). Meski demikian, upaya mereka untuk menjebak Yesus gagal (ay. 9). –—Alyson Kieda

Allah Menghapus Dosa Kita

Bagaimana Tuhan Yesus dan pengampunan dosa yang disediakan-Nya telah menuliskan kisah baru dalam hidup kamu? Bagaimana kebenaran tersebut menolong kamu dalam memperlakukan seseorang yang jatuh dalam dosa?

Tuhan Yesus, terima kasih, Engkau telah membersihkanku dari dosa-dosaku. Mampukanlah aku untuk menjalani kehidupan yang telah diperbarui di dalam-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 7-9; 2 Korintus 13