Dipandang Lemah, Tetapi Punya Peran yang Besar

Oleh Novita Sari Hutasoit, Tangerang

Pagi ini aku menikmati saat teduhku yang membahas tentang Timotius. Sosok ini mungkin tidak asing di telinga kita. Nama Timotius tersemat dalam dua surat yang ditulis Paulus. Namun, siapakah sebenarnya Timotius dan teladan apakah yang bisa kita raih dari kisahnya?

Timotius dikenal bertumbuh sebagai pribadi yang mengasihi Allah. Awalnya, kupikir karakter baik ini pastilah ada dalam diri Timotius karena pengaruh dari Paulus, tapi setelah kubaca lagi bagian-bagian dari suratnya, rupanya ada orang lain lagi yang turut memberi andil dalam perjalanan iman Timotius.

Alkitab tidak banyak mencatat tentang masa kecil Timotius. Dia tumbuh besar di kota Listra sebagai anak dari perempuan Yahudi bernama Eunike, yang telah percaya pada Yesus. Sedangkan ayahnya diyakini berkebangsaan Yunani (Kisah Para Rasul 16:1). Minimnya penyebutan tentang ayah Timotius menunjukkan besar kemungkinan apabila Timotius diasuh hanya oleh ibunya seorang. Tetapi, dalam 2 Timotius 1:5, tertulis nama Lois, nenek dari Timotius yang rupanya turut merawat Timotius. Menjadi orang tua tunggal bukanlah perkara yang mudah, terlebih pada zaman Timotius. Ada kemungkinan mereka mendapatkan stigma, apalagi status Eunike dan Lois sebagai orang percaya yang merupakan kaum marjinal pada masyarakat kekaisaran Romawi abad pertama. Tetapi, teladan dari merekalah yang akhirnya membawa Timotius pada keselamatan.

Saat teduh pagi ini pun mengusikku. Apakah aku bisa menjadi seperti Lois dan Eunike yang mampu memberi teladan baik bagi orang lain?

Lois dan Eunike membuktikan bahwa wanita yang kerap dipandang sebagai kaum yang lemah rupanya punya peran yang besar. Alkitab kita mencatat ada banyak tokoh wanita lain yang juga dipakai Allah untuk mewujudkan rencana-Nya. Ada Sarah yang melahirkan Ishak sebagai penggenapan janji Allah atas Abraham, juga Maria yang dipakai Allah untuk melahirkan sang Juruselamat.

Dalam kisah penciptaan, wanita adalah makhluk yang diciptakan terakhir. Ketika air dipisahkan dari daratan, wanita belum ada. Ketika binatang dan tumbuh-tumbuhan bermunculan, wanita masih tetap belum ada. Hingga akhirnya Allah menciptakan wanita (Hawa) dari rusuk pria (Adam). Allah melihat bahwa dunia dan manusia yang sudah diciptakan-Nya tidak akan lengkap tanpa ciptaan-Nya yang terakhir ini. Wanita menjadi “puncak” dari seluruh penciptaan dan melalui ini Allah ingin menyampaikan bahwa wanita diperlukan dan sangat penting.

Wanita disebut penolong yang sepadan. Wanita diciptakan untuk kemampuan-kemampuan yang bisa menolong pria dan ciptaan lainnya.

Aku jadi teringat dengan salah satu film yang berjudul, War Room. Seorang wanita tua, Ny. Clara yang setia berdoa. Dia memiliki satu ruangan khusus yang menjadi tempatnya untuk berdoa. Ruangan itu disebutnya sebagai tempatnya untuk berperang. Berperang untuk berdoa melawan segala kedagingannya, berdoa untuk orang-orang di sekelilingnya bahkan berdoa agar semakin banyak orang yang percaya kepada Kristus.

Singkat cerita, suatu hari dia dipertemukan dengan seorang wanita muda, Elizabeth Jordan yang banyak bergumul dengan hidupnya. Wanita yang mengaku Kristen tetapi belum mengenal lebih sungguh siapa Allah. Lewat perjumpaan rutinnya dengan Ny. Clara, Elizabeth ditolong untuk mengenal siapa Allah. Mereka tekun untuk berdoa bersama hingga Elizabeth akhirnya memutuskan menjadikan lemarinya sebagai ruangan khusus buatnya untuk berdoa. Elizabeth beserta keluarga pada akhirnya mengenal siapa Allah melalui Ny. Clara.

Aku sendiri sadar, banyak orang yang ada di sekitarku. Tetapi aku sering lalai untuk memperhatikan mereka karena kesibukan-kesibukanku.

Terkadang berpikir bahwa waktu yang aku gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, studi dan hal-hal lainnya masih kurang, bagaimana aku harus memikirkan mereka.

Mungkin di saat aku sedang menyelesaikan tugasku, ada orang tua yang merindukan telepon dariku.

Mungkin di saat aku sedang sibuk dengan pekerjaanku, ada rekan di sebelahku yang ingin bercerita menyampaikan pergumulannya akan pekerjaan.

Mungkin di saat aku sedang menulis ini pun, ada teman kosku yang sedang menantiku untuk keluar dan bercerita sejenak.

Kadang, aku berpikir bahwa momen-momen tersebut hanya akan menghabiskan waktuku padahal sebenarnya momen-momen itulah yang bisa menolongku untuk menyatakan Kristus dalam kehidupan mereka.

Allah menciptakan perempuan sama mulianya dengan laki-laki. Perempuan juga punya andil dalam menorehkan kisah sejarah umat manusia, sebagaimana teladan Lois dan Eunike serta bagaimana pemikiran Kartini yang akhirnya menata kembali tatanan feodalisme Jawa abad 20.

Selamat menyatakan Kristus di tengah kehidupan kita!

Baca Juga:

3 Hal yang Hilang Jika Kita Menikah dengan Pasangan Tidak Seiman

Semua manusia mencari kenyamanan. Ketika manusia telah menemukannya maka sangat sulit bagi mereka untuk meninggalkannya dan pergi menghadapi risiko-risiko baru. Begitu juga halnya dengan memilih pasangan hidup.

Bagikan Konten Ini
7 replies
  1. Iyo
    Iyo says:

    Mendapatkan insight baru dari penulis mengenai sosok perempuan yang diciptakan bagi Allah. Sungguh memberkati 🙂

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *