Posts

Allah Melihat Setiap Detail

Minggu, 22 April 2018

Allah Melihat Setiap Detail

Baca: Matius 10:29-31

10:29 Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.

10:30 Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.

10:31 Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.

Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. —Mazmur 145:9

Allah Melihat Setiap Detail

Saat anak anjing Labrador saya yang berwarna cokelat berumur tiga bulan, saya membawanya ke dokter hewan untuk diperiksa kesehatannya dan divaksin. Ketika dokter hewan kami memeriksa tubuh anak anjing itu dengan saksama, ia memperhatikan sebuah bercak kecil berwarna putih di telapak kaki kiri belakang anjing itu. Dokter itu tersenyum dan berkata kepada si anjing, “Di sinilah Allah memegangmu saat Dia mencelupkanmu ke dalam pewarna cokelat.”

Saya tidak dapat menahan tawa. Namun, dokter itu tanpa sadar telah menegaskan satu hal yang penting tentang perhatian Allah yang mendalam dan personal pada ciptaan-Nya.

Dalam Matius 10:30, Yesus mengatakan, “Rambut kepalamupun terhitung semuanya.” Begitu agung dan luar biasanya Allah hingga Dia sanggup memperhatikan setiap bagian dari hidup kita secara tak terhingga, bahkan sampai detail terkecil dalam hidup kita. Tidak ada yang begitu kecil hingga lolos dari perhatian Allah, dan tidak ada masalah yang terlalu sepele untuk dibawa ke hadapan-Nya. Demikian mendalamnya perhatian-Nya atas kita.

Allah tidak hanya menciptakan kita, tetapi juga menopang dan memelihara kita setiap saat. Alangkah baiknya ketika kita memahami bahwa Allah memperhatikan setiap detail dari kehidupan kita, bahkan terhadap hal-hal yang biasanya luput dari perhatian kita. Kita sungguh terhibur saat mengetahui bahwa Bapa Surgawi kita yang Mahabijaksana dan penuh perhatian menopang kita—bersama semua karya ciptaan lainnya—dengan tangan kasih-Nya yang perkasa. —James Banks

Tuhan yang penuh kasih, aku memuji-Mu karena keajaiban ciptaan-Mu. Tolong aku untuk memancarkan belas kasihan-Mu dengan memelihara apa yang telah Engkau ciptakan.

Allah memperhatikan setiap kebutuhan kita.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 14-15; Lukas 17:1-19

Keindahan Allah yang Terpancar

Kamis, 31 Agustus 2017

Keindahan Allah yang Terpancar

Baca: Roma 1:18-25

1:18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.

1:19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.

1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.

1:21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.

1:22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.

1:23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.

1:24 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.

1:25 Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.

Semenjak Allah menciptakan dunia, sifat-sifat Allah yang tidak kelihatan, yaitu keadaan-Nya sebagai Allah dan kuasa-Nya yang abadi, sudah dapat difahami oleh manusia melalui semua yang telah diciptakan. —Roma 1:20 BIS

Keindahan Allah yang Terpancar

Pulau Lord Howe adalah surga kecil di lepas pantai timur Australia dengan pantai yang berpasir putih dan airnya sebening kristal. Ketika berkunjung ke sana beberapa tahun yang lalu, saya terpana oleh keindahannya. Di sana, orang dapat berenang dengan kura-kura dan gerombolan ikan yang memancarkan warna-warni neon saat sinar bulan menerpa. Di laguna, saya menemukan terumbu karang yang dipenuhi ikan berwarna jingga cerah dan ikan bergaris-garis kuning yang bergegas mencium tangan saya. Terkagum oleh keindahan semacam itu, saya hanya bisa menyembah Allah.

Rasul Paulus memberikan alasan untuk tanggapan saya itu. Tujuan utama ciptaan adalah mengungkapkan sesuatu dari sifat Allah (Rm. 1:20). Keajaiban Pulau Lord Howe membuka mata saya untuk melihat sekilas kuasa dan keindahan-Nya.

Ketika Nabi Yehezkiel bertemu Allah, kepadanya ditunjukkan sesuatu yang kelihatan seperti rupa manusia di takhta yang kelihatannya seperti permata lazurit dan sinar yang mengelilinginya (Yeh. 1:25-28). Rasul Yohanes melihat sesuatu yang serupa: Seorang yang nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis (Why. 4:2-3). Ketika Allah menyatakan diri-Nya, Dia tidak hanya baik dan berkuasa, tetapi juga indah. Ciptaan mencerminkan keindahan itu, sama seperti karya seni merefleksikan senimannya.

Seringkali, alam ciptaan lebih disembah daripada Allah (Rm. 1:25). Alangkah malangnya. Namun, kiranya laut yang sebening kristal dan makhluk-makhluk laut yang berkilauan dapat mengarahkan kita kepada Pribadi di balik semua ciptaan itu, Allah yang lebih berkuasa dan indah daripada segala sesuatu di dunia ini. —Sheridan Voysey

Keindahan ciptaan mencerminkan keindahan Pencipta kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 132-134 dan 1 Korintus 11:17-34

Artikel Terkait:

Allah di Balik Kabut Asap

Orisinal

Jumat, 18 Agustus 2017

Orisinal

Baca: Mazmur 100

100:1 Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!

100:2 Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!

100:3 Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.

100:4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!

100:5 Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.

Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita. —Mazmur 100:3

Orisinal

Setiap dari kita adalah karya orisinal Allah. Tidak ada laki-laki atau perempuan yang menciptakan diri mereka sendiri. Tidak ada orang yang dengan sendirinya memiliki bakat, ketenaran, atau kepintaran. Allah menciptakan sendiri setiap dari kita. Dia merancang kita dan membentuk kita dari kasih-Nya yang tak terucapkan.

Allah menciptakan tubuh, pikiran, dan jiwa kamu. Dan Dia belum selesai denganmu; Dia masih terus membentukmu. Tujuan utama-Nya adalah kedewasaan kita: “Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Flp. 1:6). Allah membuat kamu lebih berani, lebih kuat, lebih murni, lebih mencintai damai, lebih mengasihi, lebih mementingkan sesama—menjadi pribadi yang selama ini kamu dambakan.

“Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun” (Mzm. 100:5). Allah selalu mengasihimu (“selama-lamanya” berlaku dua arah), dan Dia akan setia kepada kamu sampai akhir.

Kamu telah diberi kasih yang kekal selamanya dan Allah yang senantiasa mendukungmu. Itulah alasan yang baik untuk memiliki sukacita dan “datang kepada-Nya dengan sorak-sorai!” (100:2).

Jika kamu tidak dapat menyanyi, kamu dapat berseru kepada-Nya: “Bersorak-soraklah bagi Tuhan” (ay.1). —David Roper

Bapa, aku bersyukur karena Engkau bekerja di dalamku. Sulit bagiku untuk berubah dan kadang aku berpikir bagaimana dan kapan aku bisa berubah. Aku tahu Engkau bekerja di dalamku, dan saat melihat ke belakang aku akan melihat pertumbuhan yang Engkau berikan. Terima kasih, Tuhan!

Pertumbuhan rohani terjadi ketika iman dipelihara.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 100-102 dan 1 Korintus 1

Diciptakan untuk Berelasi

Sebagai manusia, kita perlu untuk menjalin relasi dengan sesama, berbagi suka dan duka. Tuhan menciptakan kebutuhan untuk berelasi di dalam diri setiap kita.

1. Relasi memungkinkan kita untuk membagikan pengalaman kita.

diciptakan-untuk-berelasi-01

Kita semua mungkin pernah mendengarnya—bukan ke mana kamu pergi yang penting, tapi dengan siapa kamu pergi. Kita berbagi dengan orang-orang yang kita kasihi tentang kesukaan kita, target yang ingin kita capai, pengalaman-pengalaman kita, pemikiran-pemikiran kita, dan bahkan pergumulan-pergumulan kita. Bagaimana kamu telah menguatkan atau dikuatkan oleh seseorang hari ini?

2. Relasi memberi kita kesempatan untuk mengasihi dan dikasihi.

diciptakan-untuk-berelasi-02

Cinta adalah sebuah pilihan, bukan sebuah perasaan. Apa artinya mengasihi sesamamu dan apa yang perlu kita korbankan untuk mengasihi seseorang? Kepada siapa kamu akan menunjukkan kasihmu, bahkan ketika itu adalah sebuah hal yang sulit? Bagaimanapun, kita mengasihi karena Dia telah terlebih dahulu mengasihi kita (1 Yohanes 4:19).

3. Relasi memungkinkan kita untuk menemani sesama di masa-masa yang sulit.

diciptakan-untuk-berelasi-03

Tidak setiap hari adalah hari yang indah bagi kita. Namun bahkan di tengah kesulitan hidup paling besar yang kita hadapi, Tuhan memberikan orang-orang di dalam hidup kita untuk berjalan bersama kita dalam masa-masa sulit tersebut. Bagaimana kamu telah menguatkan orang-orang terdekatmu dalam masa-masa tersulit dalam hidup mereka? Kita dipanggil untuk bertolong-tolongan menanggung beban sesama kita (Galatia 6:2).

4. Relasi menumbuhkan rasa tanggung jawab.

diciptakan-untuk-berelasi-04

Apakah aku seharusnya melakukan ini? Atau seharusnya tidak? Teman-teman yang takut akan Tuhan akan menolong kita untuk melihat sisi baik dan buruk dari pilihan-pilihan hidup yang ada di hadapan kita dan menunjukkan kita jalan yang terbaik. Bagaimana seorang teman telah menolongmu untuk tetap berjalan di jalan yang benar? Apakah kita saling menajamkan satu sama lain? (Amsal 27:17).

5. Relasi mendorong kita untuk bertumbuh—secara individu atau di dalam komunitas.

diciptakan-untuk-berelasi-05

Manusia diciptakan bukan untuk sendirian. Relasi diciptakan untuk sebuah tujuan. Apakah relasi yang kamu miliki dengan sesamamu telah membuat karaktermu semakin bertumbuh dan semakin dewasa? Bagaimana kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik? (Ibrani 10:24).

6. Relasi memungkinkan kita untuk bersaksi dan menunjukkan kasih Kristus.

diciptakan-untuk-berelasi-06

Cara terbaik untuk bersaksi tentang Kristus adalah melalui hidup kita. Seringkali, hidup kitalah yang membuat orang-orang ingin mengenal Kristus. Apakah sesama kita melihat Kristus di dalam kita? Ataukah kita meletakkan pelita kita di bawah gantang? (Matius 5:14-16). Marilah kita memuliakan Dia dalam segala hal yang kita lakukan.

Desert Solitaire

Rabu, 19 Oktober 2016

<em>Desert Solitaire</em>

Baca: Mazmur 136:1-9

136:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:2 Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:3 Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:4 Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:5 Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:6 Kepada Dia yang menghamparkan bumi di atas air! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:7 Kepada Dia yang menjadikan benda-benda penerang yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:8 Matahari untuk menguasai siang; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:9 Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

 

Allah melihat bahwa semuanya itu baik. —Kejadian 1:12

<em>Desert Solitaire</em>

Desert Solitaire (Gurun Sunyi) adalah buku karya Edward Abbey yang menceritakan pengalamannya selama bertugas sebagai polisi taman yang menjaga Taman Nasional Arches di Utah. Buku tersebut layak dibaca karena gaya cerita Abbey yang cerdas dan penggambarannya yang hidup tentang wilayah Barat Daya Amerika. Namun Abbey adalah seorang ateis yang tidak bisa melihat lebih jauh daripada keindahan yang dikaguminya di permukaan. Sungguh menyedihkan! Ia menjalani seluruh hidupnya dengan mengagumi keindahan karya ciptaan yang dilihatnya, tetapi kehilangan makna sejati dari itu semua.

Kebanyakan bangsa kuno memiliki teori asal-usul yang dikemas dalam legenda, mitos, atau lagu. Namun kisah penciptaan yang dimiliki Israel sungguh unik: Kisah itu bercerita tentang Allah yang menciptakan keindahan untuk dinikmati dan disukai manusia. Allah merancang alam semesta, lalu menciptakannya dengan firman-Nya, dan menyebut hasil ciptaan-Nya itu “indah”. (Bahasa Ibrani untuk kata baik juga berarti indah). Kemudian, setelah menciptakan alam yang indah itu, di dalam kasih-Nya, Allah berfirman menciptakan manusia, menempatkannya di Taman Eden, dan berkata kepada mereka, “Nikmatilah!”

Sejumlah orang melihat dan menikmati keindahan dari segala karya Sang Pencipta yang baik di sekitar mereka, tetapi mereka “tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap” (Rm. 1:21).

Sementara yang lain melihat keindahan karya ciptaan Allah, lalu berkata “Terima kasih, Tuhan,” dan hati mereka pun diterangi untuk semakin mengenal-Nya. —David Roper

Bapa yang penuh kasih, kami memuji-Mu sebab Engkau baik. Terima kasih karena ciptaan-Mu begitu indah dan bermanfaat, dan karena Engkau menempatkan kami di bumi ini agar kami menikmatinya dengan mengenal-Mu. Kasih setia-Mu kekal selama-lamanya!

Seluruh karya ciptaan mencerminkan keindahan Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 56-58; 2 Tesalonika 2

Artikel Terkait:

Bukan di Mulut Saja

Berbicara tentang peduli lingkungan jauh lebih mudah daripada melakukannya. Semua orang tentu menginginkan lingkungan yang bersih dan sehat, tapi tak banyak yang sungguh-sungguh mengusahakannya terwujud. Sebagai anak muda Kristen, inisiatif apa yang bisa kita ambil di tengah komunitas kita?

Merasa Tidak Berarti?

Selasa, 2 Juni 2015

Merasa Tidak Berarti?

Baca: Mazmur 139:7-16

139:7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?

139:8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.

139:9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,

139:10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.

139:11 Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,”

139:12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.

139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.

139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;

139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib. —Mazmur 139:14

Merasa Tidak Berarti?

Kita berada di antara tujuh milyar orang yang hidup bersama di atas sebuah planet mungil yang merupakan bagian kecil dari tata surya kita yang tidak terlalu berarti. Memang pada kenyataannya, bumi kita hanyalah satu titik biru yang kecil di antara jutaan benda-benda angkasa yang diciptakan Allah. Di alam semesta yang luar biasa luasnya itu, bumi kita yang indah dan megah terlihat seperti setitik kecil debu.

Kenyataan itu dapat membuat kita merasa sangat tidak berharga dan tidak berarti. Akan tetapi, firman Allah justru mengatakan yang sebaliknya. Allah kita yang Mahabesar, yang “menakar air laut dengan lekuk tangan-[Nya]” (Yes. 40:12), telah menempatkan setiap orang di planet bumi ini sebagai pribadi yang amat berharga, karena kita diciptakan menurut gambar-Nya.

Misalnya, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk kita nikmati (1Tim. 6:17). Selain itu, bagi semua orang yang telah mempercayai Yesus sebagai Juruselamat, Allah telah menetapkan tujuan hidupnya (Ef. 2:10). Kemudian juga hal ini: Walaupun dunia ini begitu luas, Allah tetap memperhatikan dengan dekat manusia satu demi satu. Mazmur 139 menyatakan bahwa Allah tahu apa yang akan kita ucapkan dan yang sedang kita pikirkan. Kita tidak dapat lari dari hadapan-Nya, dan Dia telah merancang keberadaan kita di bumi jauh sebelum kita lahir.

Janganlah kita merasa tidak berarti, karena Allah yang empunya alam semesta begitu memperhatikan kita! —Dave Branon

Tuhan, aku telah memandang luasnya angkasa, dan kulihat kebesaran dari kuasa-Mu yang tak terbatas. Namun, Engkau memandangku dari surga sebagai pribadi yang Engkau kenal, kasihi, dan perhatikan. Terima kasih Tuhan karena telah menganggapku berharga.

Allah yang menciptakan alam semesta adalah Allah yang mengasihimu.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 17–18; Yohanes 13:1-20

Dunia Allah

Minggu, 19 April 2015

Dunia Allah

Baca: Mazmur 24

24:1 Mazmur Daud. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.

24:2 Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.

24:3 "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?"

24:4 "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.

24:5 Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.

24:6 Itulah angkatan orang-orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub." Sela

24:7 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!

24:8 "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!"

24:9 Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!

24:10 "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" Sela

Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. —Mazmur 24:1

Dunia Allah

Saya tahu putra saya akan senang menerima gambar peta dunia untuk kado ulang tahunnya. Setelah melihat-lihat di toko, saya menemukan selembar peta dunia berwarna-warni yang dilengkapi dengan ilustrasi dari setiap daerah. Ada kupu-kupu cantik melayang di atas Papua Nugini. Ada rangkaian gunung di Chili. Ada berlian yang menghiasi Afrika Selatan. Saya sangat senang melihat peta itu, tetapi saya merasa ragu saat membaca label di bagian bawah peta itu yang bertuliskan: Dunia Kita.

Di satu sisi, bumi adalah dunia kita karena kita hidup di dalamnya. Kita diizinkan untuk minum airnya, menambang emasnya, memancing di lautnya—tetapi itu semata-mata karena Allah sudah memberikan izin-Nya (Kej. 1:28-30). Sesungguhnya, ini adalah Dunia Allah. “TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mzm. 24:1). Saya sangat terpesona saat mengingat bahwa Allah sudah mempercayakan karya ciptaan-Nya yang luar biasa kepada manusia biasa. Dia tahu bahwa ada dari kita yang akan menyalahgunakannya, menyangkal bahwa Dialah penciptanya, dan mengakuinya sebagai milik kita. Tetap saja Dia mengizinkan kita untuk menghuni bumi ini dan menjaga kelangsungannya melalui Anak-Nya (KOL. 1:16-17).

Hari ini, sediakanlah waktu untuk menikmati hidup di dalam dunia Allah. Kecaplah rasa beberapa jenis buah. Dengarkanlah kicauan burung dan nyanyiannya. Nikmatilah suasana matahari tenggelam. Izinkanlah dunia yang kamu huni ini mengilhamimu untuk menyembah Allah yang empunya bumi. —Jennifer Benson Schuldt

Tolong aku, Tuhan, untuk sesekali berhenti. Untuk melihat, mendengar, mencicipi, memikirkan tentang berkat yang Engkau berikan untuk kami nikmati. Terima kasih untuk ungkapan kreativitas dan kasih-Mu kepadaku hari ini.

Keindahan karya ciptaan memberi kita alasan untuk memuji Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 6-8; Lukas 15:1-10

Pinjam Teropongnya!

Kamis, 12 Maret 2015

KomikStrip-WarungSaTeKaMu-20150312-Pekerjaan-Tangan-Nya

Baca: Mazmur 19:2-7

19:2 Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;

19:3 hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.

19:4 Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar;

19:5 tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,

19:6 yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.

19:7 Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya.

Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya. —Mazmur 19:2

Pinjam Teropongnya!

Waktu saya masih di sekolah dasar, saya dan teman saya, Kent, sering memandangi langit di malam hari dengan sebuah teropong buatan Jerman. Kami sangat kagum melihat bintang-bintang di langit dan gunung-gunung di bulan. Sepanjang malam kami bergantian berkata, “Pinjam teropongnya!”

Berabad-abad sebelumnya, seorang gembala muda Ibrani juga merasa kagum saat melihat langit di malam hari. Ia tidak memiliki teropong atau teleskop sebagai alat bantu, tetapi ia memiliki sesuatu yang jauh lebih penting, yaitu hubungan pribadi dengan Allah yang hidup. Saya membayangkan Daud memandang ke langit, dengan latar belakang embikan domba yang terdengar sayup-sayup. Lalu Daud menuliskan kalimat yang diilhami oleh Allah: “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam” (Mzm. 19:2-3).

Di tengah hari-hari kita yang sibuk, kita dapat dengan mudahnya lupa untuk mengagumi keindahan langit yang telah diciptakan Allah untuk kita nikmati dan untuk kemuliaan-Nya. Bila kita menyediakan waktu untuk memandangi langit di malam hari dan mengagumi segala isinya yang indah, kita akan semakin mengenal Allah dan kuasa serta kemuliaan-Nya yang kekal. —Dennis Fisher

Kami percaya bahwa dunia ini milik-Mu, ya Tuhan. Saat melihat langit dan dunia di sekitar kami, kami kagum akan Engkau dan daya cipta-Mu. Engkau, dan karya ciptaan-Mu benar-benar luar biasa! Kami kagum dan hormat kepada-Mu.

Melalui keajaiban dari karya ciptaan Allah, kita dapat melihat keagungan dan karakter-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 17-19; Markus 13:1-20

Kelahiran Baru

Selasa, 13 Mei 2014

Kelahiran Baru

Baca: Mazmur 139:7-16

139:7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?

139:8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.

139:9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,

139:10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.

139:11 Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,”

139:12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.

139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.

139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;

139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku; menenun aku dalam kandungan ibuku. —Mazmur 139:13

Kelahiran Baru

Apakah yang dimiliki para bayi sehingga mereka dapat membuat kita tersenyum? Banyak orang akan rela berhenti melakukan sesuatu ketika mereka melihat atau mendengar suara seorang bayi, lalu berkerumun untuk memandangi makhluk mungil itu. Saya pun menyadari hal itu saat mengunjungi ayah di sebuah panti wreda. Walaupun hampir seluruh penghuni panti itu duduk di kursi roda dan menderita pikun, tetapi ketika ada satu keluarga yang membawa bayi datang berkunjung, mereka terlihat begitu bersukacita—walaupun pada awalnya ragu, tetapi pada akhirnya senyum pun menghiasi wajah mereka. Saya begitu takjub menyaksikan pemandangan indah tersebut.

Mengapa seorang bayi dapat membangkitkan senyuman kita? Mungkin karena kita merasa takjub pada sebuah kehidupan baru—begitu berharga, mungil, dan penuh dengan harapan. Memandang seorang bayi dapat mengingatkan kita akan keagungan Allah dan kasih-Nya yang teramat besar bagi kita. Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia memberi kita hidup dan membentuk kita dalam rahim ibu kita. “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,” ujar sang pemazmur, “menenun aku dalam kandungan ibuku” (Mzm. 139:13).

Allah tidak hanya memberi kita kehidupan jasmani, tetapi Dia juga menawarkan kepada kita kelahiran kembali secara rohani melalui Yesus (Yoh. 3:3-8). Allah menjanjikan kepada orang percaya bahwa mereka akan mempunyai tubuh yang baru dan kehidupan kekal ketika Yesus datang kembali (1Kor. 15:50-52).

Kehidupan jasmani dan kelahiran kembali secara rohani—keduanya anugerah Bapa kita yang patut disyukuri. —Alyson Kieda, staf editor RBC

Menurut gambar-Nya Allah menciptakan manusia,
Dia membentuk tubuh manusia itu dari debu tanah;
Namun lebih dari itu, bagi semua yang di dalam Kristus
Dia memberi kehidupan kekal melalui kelahiran baru. —Hess

Aku bersyukur kepada-Mu . . . ; ajaib apa yang Kaubuat. —Mazmur 139:14