Bahan renungan yang bisa menemani saat teduhmu dan menolongmu dalam membaca firman Tuhan.

Ketika dalam Ketakutan

Senin, 25 September 2023

Baca: Mazmur 118:1-7

118:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

118:2 Biarlah Israel berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”

118:3 Biarlah kaum Harun berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”

118:4 Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”

118:5 Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.

118:6 TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?

118:7 TUHAN di pihakku, menolong aku; aku akan memandang rendah mereka yang membenci aku.

Tuhan di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? —Mazmur 118:6

Ketika saya masih kecil, lapangan sekolah adalah tempat para perundung beraksi dan anak-anak seperti saya pasrah menerimanya tanpa banyak protes. Ketika meringkuk ketakutan di hadapan para penyiksa itu, kami mengalami hal lain yang lebih buruk, yaitu ejekan-ejekan yang mereka lontarkan. “Kamu takut, kan? Kamu takut padaku, kan? Tidak ada siapa pun yang akan melindungimu di sini.”

Sejujurnya, saya benar-benar merasa ketakutan dalam situasi-situasi tersebut, dan sudah sewajarnya. Karena pernah ditinju, saya tahu saya tidak ingin mengalaminya lagi. Jadi, apa yang bisa saya lakukan dan siapa yang dapat saya percayai ketika rasa takut menyergap? Sangat wajar jika seorang anak berusia delapan tahun merasa takut ketika ia dirisak oleh anak lain yang lebih tua, lebih besar, dan lebih kuat.

Ketika diserang, sang pemazmur tidak menanggapinya dengan takut, melainkan dengan percaya diri, karena ia tahu ia tidak menghadapi ancaman-ancaman itu seorang diri. Ia menulis, “Tuhan di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Mzm. 118:6). Sebagai seorang anak, rasanya saya tidak dapat memahami tingkat kepercayaan diri seperti yang dimiliki sang pemazmur. Namun, sebagai orang dewasa, saya telah belajar dari perjalanan iman bersama Kristus selama bertahun-tahun, bahwa Dia jauh lebih besar daripada semua ancaman yang menimbulkan ketakutan.

Ancaman-ancaman yang kita hadapi dalam kehidupan ini memang nyata. Namun, kita tidak perlu takut. Sang Pencipta alam semesta selalu menyertai kita, dan Dia lebih dari cukup. —Bill Crowder

WAWASAN
Mazmur 118 adalah mazmur terakhir dari rangkaian enam mazmur (Mazmur 113–118) yang dikenal sebagai “Hallel Mesir”. Bangsa Israel memakai kumpulan mazmur ini dalam perayaan Paskah. “Mesir” mengacu kepada “Pada waktu Israel keluar dari Mesir” (114:1; lihat Keluaran 6:5-6), dan Hallel berarti pujian. Mazmur 113–114 dinyanyikan sebelum jamuan Paskah dan Mazmur 115–118 sesudahnya. 

Mazmur 118 adalah mazmur nomor dua yang paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru (Mazmur 110 adalah yang pertama). Ketika Yesus memasuki Yerusalem pada Minggu Palem, orang banyak menyerukan perkataan dari Mazmur 118:26, menyerukan Yesus sebagai raja yang akan memerdekakan mereka dari perbudakan Romawi (Matius 21:9; Markus 11:9; Lukas 19:38; Yohanes 12:13). Kristus mengutip Mazmur 118:22-23 di dalam perumpamaan tukang bangunan (Matius 21:42; Markus 12:10-11; Lukas 20:17). Petrus mengutip ayat-ayat yang sama dalam Kisah Para Rasul 4:11 dan 1 Petrus 2:7, serta Paulus menyinggungnya secara implisit dalam Efesus 2:20-21. Ibrani 13:6 mengutip dari Mazmur 118:6. –—K.T. Sim

Ketika dalam Ketakutan

Apa yang sedang kamu khawatirkan hari ini? Mintalah Allah untuk hadir, menghibur, dan melindungi kamu dalam pergumulan apa pun yang kamu hadapi.

Ya Bapa, terima kasih karena Engkau selalu menyertaiku, dan aku dapat mempercayai-Mu untuk melewati masa-masa yang sulit dengan kasih karunia-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 6-8; Galatia 4

Belas Kasihan dalam Tindakan Nyata

Minggu, 24 September 2023

Baca: Kolose 3:12-14

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Kenakanlah belas kasihan. —Kolose 3:12

Sebenarnya, pekerjaan James Warren bukanlah membuat bangku. Namun, ia mulai membuatnya ketika melihat seorang wanita di Denver duduk di atas tanah saat menunggu bus. “Sungguh tidak manusiawi,” pikir Warren yang prihatin. Jadi, konsultan tenaga kerja berusia dua puluh delapan tahun itu pun mencari beberapa potong kayu, membuat bangku, dan menaruhnya di halte bus tadi. Bangku itu sungguh berguna. Ketika menyadari bahwa sebagian besar dari sembilan ribu halte bus di kotanya tidak menyediakan tempat duduk, ia pun membuat bangku-bangku berikutnya, dan mengukir tulisan “Mari Peduli” pada setiap bangku buatannya. Tujuannya? “Supaya hidup orang lain sedikit lebih baik, dengan cara yang bisa saya lakukan,” kata Warren.

Kita dapat menyebut perbuatan baik semacam itu sebagai belas kasihan. Seperti yang diteladankan Yesus, belas kasihan adalah suatu perasaan yang begitu kuat mendesak kita untuk mengambil tindakan nyata guna memenuhi kebutuhan orang lain. Ketika orang banyak mengejar Yesus, “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala” (Mrk. 6:34). Dia mengubah belas kasihan itu menjadi tindakan nyata dengan menyembuhkan mereka yang sakit (Mat. 14:14).

Kita juga harus “[mengenakan] belas kasihan,” desak Paulus (Kol. 3:12). Apa manfaatnya? Seperti yang dikatakan Warren, “Saya merasa terharu. Memberi semangat bagi saya untuk terus maju.”

Di sekeliling kita ada banyak kebutuhan, dan Allah akan menunjukkannya kepada kita. Kebutuhan-kebutuhan itu dapat memotivasi kita untuk menunjukkan belas kasihan kita dalam tindakan nyata, dan hal itu akan menguatkan orang lain lewat kasih Kristus yang kita tunjukkan kepada mereka. —PATRICIA RAYBON

WAWASAN
Kata yang diterjemahkan sebagai “belas kasihan” dalam Kolose 3:12 menggabungkan dua kata Yunani, yaitu splanchnon (isi perut) dan oiktirmos (belas kasihan). Secara harfiah, kata-kata itu mengacu kepada isi perut, usus, atau organ dalam (jantung, paru-paru, hati, dsb). Secara kiasan, kata-kata itu mengacu kepada emosi lembut yang menimbulkan tanggapan yang baik, murah hati, dan berbelas kasihan. Sebagai duta Kristus (ay. 17), orang percaya didorong untuk mengenakan “belas kasihan” (ay. 12), dan karakter-karakter Kristus lainnya (ay. 12-14). Bentuk kata kerja (splanchnizomai) hanya digunakan dalam kitab-kitab Injil untuk menggambarkan tindakan ilahi (oleh Allah [atau sosok yang mewakili-Nya] dan Kristus). “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (Matius 9:36). Di Lukas 15:20, sang ayah melambangkan Allah: “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” –—Arthur Jackson

Belas Kasihan dalam Tindakan Nyata

Pernahkah kamu membantu mengatasi kepedihan seseorang atau menjawab kebutuhan orang lain lewat tindakan yang didasari belas kasihan? Apa yang kamu rasakan saat melakukannya?

Allah Mahakasih, saat aku melihat adanya penderitaan dan kebutuhan yang membutuhkan pertolongan, lembutkanlah hatiku agar aku dapat bertindak dengan penuh belas kasihan seperti Kristus.

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 4-5; Galatia 3

Semua Jawaban

Sabtu, 23 September 2023

Baca: Yohanes 14:15-26

14:15 “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

14:16 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,

14:17 yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.

14:18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.

14:19 Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup.

14:20 Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.

14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”

14:22 Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?”

14:23 Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.

14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.

14:25 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;

14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu. —Yohanes 14:26

Dale Earnhardt Jr. menggambarkan momen mengerikan ketika ia menyadari ayahnya telah meninggal dunia. Legenda balap mobil Dale Earnhardt Sr. baru saja tewas dalam kecelakaan fatal di penghujung Daytona 500—perlombaan yang juga diikuti sendiri oleh Dale Jr. “Saya mengeluarkan suara yang takkan bisa saya ulangi lagi,” kata Earnhardt muda. “[Suatu] jeritan tanda syok dan duka—juga kengerian.” Lalu timbullah kenyataan yang memilukan: “Sekarang saya harus melakukan ini sendirian.”

“Bersama Ayah, saya merasa seperti memiliki lembar contekan,” jelas Earnhardt Jr. “Bersama Ayah, saya seperti mengetahui semua jawaban.”

Murid-murid Yesus telah belajar untuk mencari semua jawaban dari-Nya. Kini, pada malam menjelang penyaliban-Nya, Dia meyakinkan mereka bahwa Dia tidak akan meninggalkan mereka seorang diri. “Aku akan minta kepada Bapa,” kata Yesus, “dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran” (Yoh. 14:16-17).

Yesus juga memperluas penghiburan tersebut kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku” kata-Nya, “dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (ay.23).

Mereka yang memilih untuk mengikut Yesus akan memiliki Roh Kudus di dalam diri mereka. Roh itulah yang akan mengajarkan “segala sesuatu” kepada mereka dan mengingatkan mereka pada semua hal yang telah Yesus ajarkan (ay.26). Kita memang tidak mengetahui semua jawaban, tetapi kita mempunyai Roh Kudus dari Allah yang mengetahui segalanya. —TIM GUSTAFSON

WAWASAN
Ayat sebelum Yohanes 14:15-26 sering disalahartikan. Yesus berkata, “Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya" (ay. 14). Hal “meminta” tersebut harus dipahami dengan benar. Kristus berjanji bahwa Roh Kudus akan “menyertai kamu selama-lamanya” (ay. 16) dan “akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu” (ay. 26). Rasul Paulus berkata, “[Roh], sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Roma 8:27). Ketika kita berdoa di dalam Roh Kudus, kita tidak memohon untuk memuaskan keegoisan kita, melainkan “sesuai dengan kehendak Allah”. –—Tim Gustafson

Semua Jawaban

Pertanyaan-pertanyaan besar apa yang mengusik kamu? Bagaimana kamu merasakan Roh Kudus sebagai Roh kebenaran membimbing kamu kepada jawaban yang kamu butuhkan?

Bapa Surgawi, tolonglah aku mencari-Mu untuk mendapatkan jawaban yang kubutuhkan. Tolonglah aku untuk mempercayai-Mu sepenuhnya dan menemukan kedamaian sejati di dalam-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 1-3; Galatia 2

Pemulihan yang Indah

Jumat, 22 September 2023

Baca: Yesaya 65:16-22

65:16 sehingga orang yang hendak mendapat berkat di negeri akan memohon berkat demi Allah yang setia, dan orang yang hendak bersumpah di negeri akan bersumpah demi Allah yang setia, sebab kesesakan-kesesakan yang dahulu sudah terlupa, dan sudah tersembunyi dari mata-Ku.”

65:17 “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.

65:18 Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan.

65:19 Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergirang karena umat-Ku; di dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan dan bunyi erangpun tidak.

65:20 Di situ tidak akan ada lagi bayi yang hanya hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak mencapai umur suntuk, sebab siapa yang mati pada umur seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena kutuk.

65:21 Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga.

65:22 Mereka tidak akan mendirikan sesuatu, supaya orang lain mendiaminya, dan mereka tidak akan menanam sesuatu, supaya orang lain memakan buahnya; sebab umur umat-Ku akan sepanjang umur pohon, dan orang-orang pilihan-Ku akan menikmati pekerjaan tangan mereka.

Kesesakan-kesesakan yang dahulu sudah terlupa . . . Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru. —Yesaya 65:16-17

Dalam bukunya yang luar biasa, Art + Faith: A Theology of Making, seniman terkenal Makoto Fujimura menjelaskan tentang seni Jepang kuno yang disebut Kintsugi. Sang seniman mengambil tembikar yang telah pecah (awalnya adalah cawan teh) dan menyatukan kembali pecahan-pecahannya dengan pernis yang dicampur bubuk emas, sehingga terbentuk ulir-ulir keemasan pada bagian-bagian yang disatukan. Fujimura menjelaskan, “Kintsugi bukan hanya ‘memperbaiki’ tembikar yang pecah, melainkan juga menjadikannya lebih indah daripada aslinya.” Kintsugi pertama kali digunakan berabad-abad lalu ketika cawan favorit seorang panglima perang pecah lalu diperbaiki dengan sangat indah. Sejak itu Kintsugi menjadi seni yang sangat dihargai dan dikagumi.

Nabi Yesaya menggambarkan bagaimana Allah dengan piawai melakukan pemulihan semacam itu terhadap dunia. Meski kita telah dirusak oleh pemberontakan kita dan hancur oleh keegoisan kita, Allah berjanji akan “menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru” (Yes. 65:17). Allah tidak berencana hanya memperbaiki dunia yang lama tetapi justru menjadikannya benar-benar baru, mengambil apa yang telah hancur dan kemudian merancang dunia yang berkilauan dengan keindahan yang baru. Ciptaan baru ini sangat menakjubkan sehingga “kesesakan-kesesakan yang dahulu sudah terlupa” dan “hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi” (ay.16-17). Dengan ciptaan baru ini, Allah tidak akan menutupi kesalahan-kesalahan kita, melainkan akan melepaskan kuasa kreatif-Nya—kuasa yang mengubahkan hal-hal buruk menjadi indah dan segala sesuatu yang telah mati bernapas kembali.

Ketika memandang hidup kita yang telah hancur, kita tidak perlu putus asa. Allah sedang mengerjakan pemulihan-Nya yang indah. —WINN COLLIER

WAWASAN
Dalam Kitab Wahyu, kitab terakhir dalam Alkitab, Rasul Yohanes menulis tentang kepastian dari “apa yang harus segera terjadi” (Wahyu 1:1; lihat 22:6). Di penghujung sejarah umat manusia, dan menjelang masa kekekalan, Allah akan berkata, "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" (21:5) dan akan mengaruniakan kepada kita “langit yang baru dan bumi yang baru” (21:1). Penciptaan langit yang baru dan bumi yang baru tidak hanya diungkapkan kepada Yohanes. Tujuh ratus tahun sebelum kelahiran Kristus, Allah, melalui Nabi Yesaya, telah berfirman, “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru” (Yesaya 65:17), suatu dunia yang “tinggal tetap” (66:22) “di mana terdapat kebenaran” (2 Petrus 3:13). –—K.T. Sim

Pemulihan yang Indah

Bagian apa dalam hidup kamu yang membutuhkan pemulihan yang indah? Bagaimana gambaran tentang “ciptaan baru” ini membangkitkan harapan dalam diri kamu?

Ya Allah, pulihkanlah aku dan perbaruilah duniaku.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 10-12; Galatia 1

Allah Menghapus Dosa Kita

Kamis, 21 September 2023

Baca: Yohanes 8:1-11

8:1 tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.

8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.

8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.

8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.

8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”

8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.

8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”

8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.

8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.

8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?”

8:11 Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” —Yohanes 8:11

Pada tahun 1950-an, ada seorang ibu tunggal yang harus mencari nafkah dengan bekerja sebagai juru ketik. Namun, ia bukan juru ketik yang baik dan ada saja kesalahan yang dibuatnya. Ia berupaya mencari cara untuk menutupi kesalahannya dan akhirnya menciptakan cairan putih yang digunakan untuk menutupi kesalahan ketik, yang dikenal luas di sini sebagai Tipp-Ex. Setelah cairan itu mengering, orang dapat mengetik lagi di atasnya, seolah-olah tidak ada kesalahan.

Yesus memberikan cara yang jauh lebih ampuh dan berarti untuk mengatasi dosa-dosa kita—bukan ditutup-tutupi melainkan diampuni sepenuhnya. Kita menemukan contoh yang baik tentang hal ini pada awal Yohanes 8, dalam kisah seorang perempuan yang didapati berbuat zina (ay.3-4). Para ahli hukum Taurat menghendaki Yesus berbuat sesuatu terhadap perempuan itu dan dosa-dosanya. Berdasarkan hukum, perempuan itu harus dirajam, tetapi Kristus tidak menghiraukan soal tuntutan hukum tersebut. Dia hanya mengingatkan bahwa semua orang telah berbuat dosa (lih. Rm. 3:23) dan menyuruh siapa saja yang tidak berdosa untuk “melemparkan batu kepada perempuan itu” (Yoh. 8:7). Ternyata, tidak satu batu pun yang dilemparkan.

Yesus menawarkan perempuan itu suatu awal yang baru. Dia tidak menghukumnya, melainkan memerintahkannya, “jangan berbuat dosa lagi” (ay.11). Yesus memberinya solusi bagi pengampunan dosanya dan menuliskan cara hidup baru yang berbeda dari masa lalunya. Tawaran yang sama juga tersedia bagi kita semua melalui kasih karunia-Nya. —Katara Patton

WAWASAN
Dalam Yohanes 7, kita mengetahui bahwa Yesus sedang mengajar dan menyembuhkan banyak orang di Galilea dan “tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya” (ay. 1). Entah karena rasa takut, iri hati, atau apa pun juga, mereka menghendaki kematian-Nya. Namun, menjelang Hari Raya Pondok Daun, Yesus pergi ke Yerusalem di Yudea untuk mengikuti perayaan yang berlangsung seminggu penuh. Selama Hari Raya tersebut, para pemimpin Yahudi mencoba menangkap Yesus (ay. 30, 43-44). Alih-alih pulang setelah perayaan itu, Yesus tinggal di Yudea (7:53–8:1). Dia pergi ke Bait Allah untuk mengajar, dan di sana para ahli Taurat serta orang Farisi membawa seorang perempuan yang kedapatan berzina (8:3-8). Meski demikian, upaya mereka untuk menjebak Yesus gagal (ay. 9). –—Alyson Kieda

Allah Menghapus Dosa Kita

Bagaimana Tuhan Yesus dan pengampunan dosa yang disediakan-Nya telah menuliskan kisah baru dalam hidup kamu? Bagaimana kebenaran tersebut menolong kamu dalam memperlakukan seseorang yang jatuh dalam dosa?

Tuhan Yesus, terima kasih, Engkau telah membersihkanku dari dosa-dosaku. Mampukanlah aku untuk menjalani kehidupan yang telah diperbarui di dalam-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 7-9; 2 Korintus 13

Mencelakakan Diri Sendiri

Rabu, 20 September 2023

Baca: Markus 10:35-45

10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!”

10:36 Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?”

10:37 Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.”

10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?”

10:39 Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.

10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”

10:41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.

10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.

10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami! —Markus 10:35

Pada tahun 2021, seorang insinyur berambisi untuk menembakkan anak panah lebih jauh daripada rekor dalam sejarah, yang tercatat sejauh 618 meter. Sambil berbaring di atas dataran garam, ia menarik tali busur dari busur kaki yang dirancangnya secara khusus dan bersiap-siap meluncurkan proyektilnya, dengan harapan dapat mencetak rekor baru sejauh lebih dari 1.500 meter. Ia menghela napas dalam-dalam lalu menembakkan anak panah itu. Namun, bukannya melesat hingga ribuan meter, anak panah itu malah mendarat di kakinya dan melukainya cukup parah. Aduh!

Adakalanya kita bisa dibilang mencelakakan diri kita sendiri dengan ambisi yang salah arah. Yakobus dan Yohanes tahu apa artinya berambisi untuk mengejar sesuatu yang baik, tetapi dengan alasan yang keliru. Mereka meminta kepada Yesus: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu” (Mrk. 10:37). Memang, Yesus sudah pernah memberi tahu para murid bahwa mereka akan “duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel” (Mat. 19:28). Karena itu tidak heran mengapa Yakobus dan Yohanes mengajukan permintaan mereka tadi. Lalu, apa masalahnya? Masalahnya, mereka dengan egois hendak mencari posisi dan kuasa yang tinggi untuk diri mereka sendiri dalam kemuliaan Kristus. Yesus memberi tahu mereka bahwa ambisi mereka salah tempat (Mrk. 10:38) dan bahwa “barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (ay.43).

Ketika kita ingin melakukan hal-hal yang baik dan besar bagi Kristus, kiranya kita mencari hikmat dan tuntunan-Nya—melayani sesama dengan rendah hati seperti yang sudah dilakukan Yesus dengan sangat baik (ay.45). —Tom Felten

WAWASAN
Yakobus dan Yohanes mungkin terlihat sangat lancang saat meminta posisi penting dalam kerajaan mesianik di masa mendatang yang telah dijanjikan Yesus (Markus 10:35-37). Namun, mungkin kita perlu lebih memahami maksud mereka. Yesus baru saja berkata kepada mereka, “Apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel” (Matius 19:28). Permintaan mereka yang keliru itu diucapkan segera setelah pernyataan Yesus tersebut. Kristus mengoreksi mereka, "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta" (Markus 10:38). Kemudian Yesus menyebutkan tentang sebuah cawan dan baptisan (ay. 38), hal-hal yang tidak melambangkan prestise melainkan penderitaan. Yesus akan meminum cawan kemurkaan Allah dengan menanggung penderitaan di kayu salib. Murid-murid di kemudian hari juga akan menghadapi penganiayaan. –—Tim Gustafson

Mencelakakan Diri Sendiri

Mengapa ambisi bisa menjadi sesuatu yang baik sekaligus buruk? Bagaimana kita dapat memiliki ambisi untuk melayani seperti Tuhan Yesus?

Tuhan Yesus, aku ingin melakukan hal-hal besar bagi-Mu, tetapi demi alasan-alasan yang benar.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 4-6; 2 Korintus 12

Setia dan Tidak Dilupakan

Selasa, 19 September 2023

Baca: Ibrani 11:32-40

11:32 Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi,

11:33 yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa,

11:34 memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing.

11:35 Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik.

11:36 Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan.

11:37 Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan.

11:38 Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung.

11:39 Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.

11:40 Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.

Iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. —Ibrani 11:39

Beranjak dewasa, Sean tidak terlalu mengenal apa artinya memiliki keluarga. Ibunya sudah meninggal dunia dan ayahnya hampir tidak pernah berada di rumah. Ia sering merasa kesepian dan terlupakan. Namun, sepasang suami-istri yang tinggal di dekat rumahnya mengulurkan tangan mereka kepada Sean. Mereka membawa Sean ke rumah mereka, dan menjadikan anak-anak mereka sebagai “kakak” baginya. Semua ini membuat Sean yakin bahwa ia dicintai. Mereka juga membawa Sean ke gereja, dan sekarang ia sudah menjadi seorang pemuda yang percaya diri dan pemimpin kaum muda di gerejanya.

Meski pasangan tadi berperan penting dalam mengubahkan hidup seorang anak muda, apa yang mereka lakukan untuk Sean tidak banyak diketahui oleh jemaat gereja. Namun, Allah tahu, dan saya yakin bahwa kesetiaan mereka akan dihargai suatu hari nanti, seperti dengan orang-orang yang namanya tercantum dalam daftar “Pahlawan Iman” di Ibrani 11. Pasal tersebut dimulai dengan nama-nama besar dalam Kitab Suci, hingga berlanjut dengan menyebut tentang sejumlah orang yang mungkin tidak akan pernah kita kenal, tetapi yang dipuji karena iman mereka memberikan “kesaksian yang baik” (ay.39). Penulisnya pun berkata, “Dunia ini tidak layak bagi mereka” (ay.38).

Sekalipun perbuatan baik kita mungkin tidak diketahui orang lain, Allah melihat dan mengetahuinya. Apa yang kita lakukan bisa jadi terlihat sepele—sebuah perbuatan baik atau perkataan yang menguatkan—tetapi Allah dapat memakainya bagi kemuliaan nama-Nya, menurut waktu dan cara-Nya sendiri. Allah tahu, walaupun orang lain tidak. —Leslie Koh

WAWASAN
Penulis Kitab Ibrani, yang tidak diketahui namanya, menulis untuk mendorong orang percaya berlatar belakang Yahudi agar tetap setia selama didera penganiayaan yang berat. Ia menyebutkan secara khusus orang-orang terkenal dalam sejarah Israel yang hidup “karena iman” (11:4-32) dan menekankan bahwa banyak orang lain telah hidup demikian (ay. 32-38). Ibrani 11, bagian yang juga dikenal dengan sebutan “Saksi-Saksi Iman” ini, mengingatkan kita bahwa “tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah” (ay. 6). Menurut sang penulis, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (ay. 1). Saksi-saksi iman yang setia itu menunjukkan seperti apa rupa iman ketika mereka dengan teguh berpegang pada janji Allah untuk mereka, meski “mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu” pada masa hidup mereka (ay. 39). –—K.T. Sim

Setia dan Tidak Dilupakan

Perbuatan sederhana apa yang dapat kamu lakukan bagi seseorang hari ini? Bagaimana kamu dapat mengingatkan diri sendiri bahwa Allah mengetahui hati dan perbuatan kamu?

Bapa Surgawi, tunjukkanlah terus kepadaku apa saja pekerjaan baik yang telah Engkau persiapkan untuk kukerjakan, dan berilah aku iman untuk melakukannya semata-mata bagi-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 1-3; 2 Korintus 11:16-33

Proyek Gaun Merah

Senin, 18 September 2023

Baca: Keluaran 28:1-8,40-41

28:1 “Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku–Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.

28:2 Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan.

28:3 Haruslah engkau mengatakan kepada semua orang yang ahli, yang telah Kupenuhi dengan roh keahlian, membuat pakaian Harun, untuk menguduskan dia, supaya dipegangnya jabatan imam bagi-Ku.

28:4 Inilah pakaian yang harus dibuat mereka: tutup dada, baju efod, gamis, kemeja yang ada raginya, serban dan ikat pinggang. Demikianlah mereka harus membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, dan bagi anak-anaknya, supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku.

28:5 Untuk itu haruslah mereka mengambil emas, kain ungu tua dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus.

28:6 Baju efod itu harus dibuat mereka dari emas, kain ungu tua dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya: buatan seorang ahli.

28:7 Haruslah ada pada baju efod itu dua tutup bahu yang disambung kepadanya, pada kedua ujungnyalah harus baju efod itu disambung.

28:8 Sabuk pengikat yang ada pada baju efod itu haruslah sama buatannya dan seiras dengan baju efod itu, yakni dari emas, kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya.

28:40 Juga bagi anak-anak Harun haruslah kaubuat kemeja-kemeja dan haruslah kaubuat ikat-ikat pinggang bagi mereka, dan destar-destar haruslah kaubuat bagi mereka untuk menjadi perhiasan kemuliaan.

28:41 Maka semuanya itu haruslah kaukenakan kepada abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya, kemudian engkau harus mengurapi, mentahbiskan dan menguduskan mereka, sehingga mereka dapat memegang jabatan imam bagi-Ku.

Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan. —Keluaran 28:2

Proyek Gaun Merah digagas oleh seniman Inggris Kirstie Macleod dan telah dipamerkan dalam berbagai museum dan galeri di seluruh dunia. Selama tiga belas tahun, delapan puluh empat potong sutra berwarna merah anggur diedarkan di seluruh dunia untuk disulam oleh lebih dari tiga ratus wanita (dan beberapa orang pria). Potongan-potongan tersebut kemudian dirangkai menjadi sehelai gaun, dengan membawa kisah dari setiap seniman yang berkontribusi—banyak dari mereka miskin dan terpinggirkan.

Seperti halnya Gaun Merah tadi, pakaian yang dikenakan oleh Harun dan keturunannya dibuat oleh banyak “orang yang ahli” (Kel. 28:3). Perintah Allah untuk pakaian imam mencakup hal-hal detail yang menceritakan kisah bangsa Israel, termasuk ukiran nama suku-sukunya di atas permata krisopras yang akan diletakkan di bahu para imam “menjadi tanda peringatan” di hadapan Tuhan (ay.12). Kemeja, ikat pinggang bersulam, dan destar (ikat kepala) menjadi “perhiasan kemuliaan” bagi para imam saat mereka melayani Allah dan memimpin umat dalam ibadah (ay.40).

Sebagai orang percaya dalam perjanjian yang baru, kita semua adalah imam-imam yang kudus, melayani Allah dan memimpin satu sama lain dalam ibadah (1Ptr. 2:4-5,9); Yesus adalah Imam Besar kita yang agung (Ibr. 4:14). Meski kita tidak mengenakan pakaian tertentu yang memperlihatkan diri kita sebagai imam, dengan pertolongan-Nya, kita “[mengenakan] belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran” (Kol. 3:12). —Kirsten Holmberg

WAWASAN
Keluaran 19:3–Bilangan 10:10 berisi catatan perjanjian antara Allah dan Israel yang diberikan di Gunung Sinai. Keluaran 28 memberikan petunjuk yang terperinci untuk pembuatan pakaian para imam. Imam adalah wakil umat di hadapan Allah dan harus kudus supaya layak untuk melakukan pekerjaan mereka. Mereka mempersembahkan korban sehari-hari, memelihara Kemah Suci, dan menunjukkan cara hidup yang mengikut Allah. Imam Besar Harun mengawasi para imam dan orang-orang Lewi. Pakaiannya akan “menguduskan dia, supaya dipegangnya jabatan imam bagi [Allah]” (ay. 3). –—Alyson Kieda

Proyek Gaun Merah

Atribut mana saja dari Kolose 3:12 yang paling perlu kamu kenakan hari ini? Bagaimana lagi cara Allah memperlengkapi kamu untuk melayani-Nya?

Ya Tuhan Yesus, kenakanlah padaku belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 30-31; 2 Korintus 11:1-15

Ada Pertanyaan?

Minggu, 17 September 2023

Baca: Lukas 18:35-43

18:35 Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis.

18:36 Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?”

18:37 Kata orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.”

18:38 Lalu ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”

18:39 Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”

18:40 Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya:

18:41 “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!”

18:42 Lalu kata Yesus kepadanya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!”

18:43 Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.

 

Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu? —Lukas 18:41

Ann menemui seorang ahli bedah mulut untuk menjalani pemeriksaan awal. Ia sudah mengenal dokter itu selama bertahun-tahun. Ketika dokter itu bertanya, “Ada pertanyaan?” Ann menjawab, “Ada, dok. Apakah dokter pergi ke gereja hari Minggu lalu?” Pertanyaan Ann tidak dimaksudkan untuk menghakimi lawan bicaranya, melainkan hanya untuk memulai percakapan tentang iman.

Dokter itu memiliki pengalaman kurang mengenakkan dengan gereja semasa remaja, dan setelah itu ia tidak pernah pergi ke gereja lagi. Pertanyaan Ann dan percakapan mereka membuat sang dokter memikirkan kembali peran Yesus dan gereja dalam hidupnya. Ketika Ann memberinya sejilid Alkitab dengan namanya tercetak pada sampulnya, sang dokter menerimanya dengan penuh haru.

Terkadang kita takut menghadapi konfrontasi atau tidak ingin terlihat terlalu agresif dalam membagikan iman kita. Namun, ada cara yang elok untuk bersaksi tentang Yesus, yaitu dengan mengajukan pertanyaan.

Sungguh menarik, sebagai seorang manusia yang juga Allah yang Mahatahu, Yesus justru mengajukan banyak pertanyaan. Meski kita tidak mengetahui maksud-Nya, tetapi jelas pertanyaan-pertanyaan-Nya mendorong orang lain untuk menjawab. Dia bertanya kepada Andreas, murid-Nya, “Apakah yang kamu cari?” (Yoh. 1:38). Dia bertanya kepada Bartimeus yang buta, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” (Mrk. 10:51; Luk. 18:41). Dia bertanya kepada seorang lumpuh, “Maukah engkau sembuh?” (Yoh. 5:6). Setelah menjawab Yesus, perubahan hidup pun terjadi atas diri mereka masing-masing.

Adakah seseorang yang ingin kamu ajak bicara tentang masalah iman? Mintalah kepada Allah agar Dia memberi kamu pertanyaan-pertanyaan yang tepat untuk diajukan. —Dave Branon

WAWASAN
Penyembuhan seorang pengemis buta oleh Yesus (Lukas 18:35-43) merupakan penggenapan nyata dari tujuan kedatangan yang disebutkan-Nya sendiri, yaitu “untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; . . . dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (4:18-19; lihat juga Yesaya 58:6; 61:1-3). Kisah penyembuhan tersebut ditempatkan langsung setelah kisah kegagalan para murid untuk memahami gambaran gamblang dari Yesus tentang penderitaan dan kematian yang akan dialami-Nya (Lukas 18:31-34). Kedua kisah tersebut kemungkinan dihubungkan oleh tema penderitaan dan kerendahan hati Kristus (ay. 14). Para murid maupun orang banyak tidak mampu memahami adanya Juruselamat yang rela menderita demi anggota masyarakat yang paling hina dan terabaikan, seperti si orang buta (ay. 35). Namun, meski mereka tetap buta secara rohani terhadap tujuan dan kerinduan hati Yesus, orang buta tadi justru mau mempercayai-Nya dan menerima penglihatannya dengan penuh sukacita (ay. 43). –—Monica La Rose

Seperti Yesus
 

Mengapa pertanyaan dapat menjadi pembuka percakapan yang lebih baik daripada pernyataan langsung? Pertanyaan apa saja yang dapat kamu ajukan kepada mereka yang membutuhkan bantuan rohani?

Yesus terkasih, tolonglah aku untuk menjangkau orang lain dengan cara yang dapat mendatangkan perubahan.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 27-29; 2 Korintus 10