Hikmah Dari Kekhawatiran

Rabu, 2 Juli 2014

Komik-Strip-WarungSateKamu-20140702-Gelas

Baca: Mazmur 3

3:1 Mazmur Daud, ketika ia lari dari Absalom, anaknya.

3:2 Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku;

3:3 banyak orang yang berkata tentang aku: "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." Sela

3:4 Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.

3:5 Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus. Sela

3:6 Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!

3:7 Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku.

3:8 Bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku, ya Allahku! Ya, Engkau telah memukul rahang semua musuhku, dan mematahkan gigi orang-orang fasik.

3:9 Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu! Sela

Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! —Mazmur 3:2

Hikmah Dari Kekhawatiran

Seorang teman memberi saya segelas penuh air dan menyuruh saya untuk memegang gelas itu. Semakin lama saya pegang, semakin berat rasanya. Akhirnya, tangan saya pun kelelahan, dan saya harus meletakkan gelas tersebut. “Aku belajar bahwa rasa khawatir sama seperti memegang gelas yang penuh itu,” katanya. “Semakin lama aku mengkhawatirkan sesuatu, semakin ketakutanku menjadi beban yang memberatkan.”

Raja Daud tahu betul apa artinya takut. Seluruh hidupnya kini menjadi kacau balau. Anaknya, Absalom, telah berhasil merebut hati dan kesetiaan bangsa Israel darinya dan sedang berusaha menduduki takhta kerajaan. Raja Daud tidak tahu lagi siapa yang masih setia kepada dirinya dan siapa yang hendak melawannya. Satu-satunya pilihan yang dimilikinya hanyalah melarikan diri. Daud berkata kepada para pegawainya, “Pergilah dengan segera, supaya [Absalom] jangan dapat lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita” (2Sam. 15:14).

Dalam sebuah mazmur yang mungkin ditulis Daud pada saat hendak menyelamatkan diri, ia berkata: “Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus” (Mzm. 3:5). Di tengah ketakutan yang melandanya, Daud mencari Tuhan. Allah menunjukkan anugerah-Nya dan mengembalikan Daud ke takhtanya.

Ada banyak kekhawatiran yang dapat membebani kita. Namun pada saat kita menyerahkan semua kekhawatiran tersebut ke dalam tangan Allah, Dia akan menolong kita untuk mengatasi segala ujian yang kita hadapi. —AMC

Terima kasih, Tuhan, karena kami tidak perlu terbebani
oleh kekhawatiran. Tolong kami untuk menyerahkan
segala kekhawatiran kami ke dalam tangan-Mu,
supaya kami tidak takut akan hari esok.

Kekhawatiran adalah beban yang tidak pernah diberikan Allah untuk kita tanggung.

Sharing Lagu: Dengan Seg’nap Hatiku

Lagu pembuka di salah satu ibadah doa malam yang aku ikuti beberapa waktu yang lalu berjudul With All My Heart, ciptaan Babbie Y.Mason. Sebenarnya ini bukan lagu asing buatku, aku pernah mempelajarinya ketika mengikuti paduan suara beberapa tahun yang lalu. Tapi saat belajar, aku lebih berfokus pada not-not yang ada di kertas partitur daripada memperhatikan liriknya.

Malam itu, ketika singers mulai menyanyikannya, entah kenapa aku mulai memperhatikan kalimat demi kalimat yang dinyanyikan.

In this quiet place with You
I bow before Your throne
I bare the deepest part of me
To You and You alone

terjemahan:
Teduh di sini bersama-Mu
sujud depan takhta-Mu
kucurahkan isi hati
hanya kepada-Mu

Bagian ini tidak terlalu sulit untuk dinyanyikan. Berdiam diri di hadapan Tuhan bukan sesuatu yang asing buatku, menceritakan apa yang menjadi isi hatiku terdalam kepada Tuhan.

I keep no secrets for there is
No thought You have not known
I bring my best and all the rest
To You and lay them down

terjemahan:
Tak ada yang kusembunyikan
Kau kenal pikiranku
yang terbaik, dan s’mua yang kupunya
kus’rahkan di mezbah-Mu

Ya, aku tak bisa menyimpan rahasia apapun dari Tuhan. Karena Tuhan jelas tahu hidupku, bagian terdalam dari hatiku. Aku bawa yang terbaik dan seluruh hidupku kepada Tuhan dan meletakkannya di mezbah Tuhan.

With all my heart I want to love You Lord
And live my life each day to know You more
All that is in me is Yours completely
I’ll serve You only with all my heart

terjemahan:
D’ngan s’g’nap hati ku mau cinta-Mu, Tuhan
setiap hari makin mengenal-Mu
Hidupku sep’nuhnya hanya milik-Mu
Ku ‘kan m’layani-Mu s’g’nap hatiku

Sampai pada bagian refrain ini, aku mulai kesulitan untuk ikut bernyanyi. Pertanyaan demi pertanyaan menghujani pikiranku: Benarkah aku mau mengasihi Tuhan dengan SEGENAP hati, dan menghidupi hidupku SETIAP HARI untuk LEBIH MENGENAL Tuhan? Benarkah aku mau menyerahkan apa yang aku miliki sambil berkata kalau SEMUA yang ada di dalam diriku SEPENUHNYA milik-Mu, Tuhan? Akankah aku melayani-Mu dengan SEGENAP hati?

You faithfully supply my needs
According to Your plan
So help me Lord to seek Your face
Before I seek Your hand

terjemahan:
Engkau p’lihara hidupku
sesuai rencana-Mu
Tolong ku ‘tuk merindu-Mu
lebih dari berkat-Mu

Bagian ini membawaku untuk memohon agar Tuhan menolongku untuk dapat terus mengimani betapa Dia terus menerus menyediakan apa yang aku perlukan sesuai dengan rencana-Nya. Juga agar aku dapat belajar mencari Tuhan terlebih dahulu sebelum mencari “tangan”-Nya.

And trust, You know what’s best for me
When I don’t understand
Then follow in obedience
In every circumstance

terjemahan:
Percaya Kau tahu yang terbaik
saat ku tak mengerti
tolong ku menaati-Mu
dalam setiap jalanku

Bait terakhir ini menjadi pengakuan imanku, sekaligus doa pengharapanku:
Ya, aku percaya bahwa Tuhan tahu yang terbaik untuk aku. Ketika aku tidak mengerti apa rencana-Mu, tolong aku untuk tetap taat dalam segala keadaan.

Makin aku mencoba memahami arti dari setiap kata dalam lirik lagu ini, jujur saja makin aku tak berani menyanyikannya. Bukankah setiap lagu merupakan doa kita juga? Pernahkah membayangkan apa yang Tuhan rasakan ketika melihat kita menyanyi dengan mulut kita, tetapi tidak dengan hati kita?

Kesadaran ini membawa aku kini bernyanyi sambil berkata dalam hati,”Tuhan, tolong aku supaya aku dapat melakukan apa yang aku ucapkan dalam pujian ini. Tolong aku mengasihi-Mu lebih daripada apapun.”

Semoga lirik lagu ini dapat menjadi berkat juga bagimu. Aku sungguh berharap, ketika kamu menyanyikan lagu ini, kamu akan menyanyikannya dengan hati. Ini merupakan lagu yang menyatakan janji kita kepada Tuhan. Marilah kita belajar untuk mengasihi Dia dengan segenap hati.

Membuatnya Menarik

Sabtu, 28 Juni 2014

Komik-Strip-WarungSateKamu-20140628-Jus-Apel

Baca: Kolose 4:2-6

4:2 Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.

4:3 Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan.

4:4 Dengan demikian aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya.

4:5 Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.

4:6 Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.

Di dalam hubungan kalian dengan orang-orang yang tidak percaya, hendaklah kalian hidup bijaksana dan memakai setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya. —Kolose 4:5 (BIS)

Membuatnya Menarik

Alkisah pada zaman lampau, ada seorang bocah laki-laki yang berusaha mencari nafkah dengan cara menjual apel di atas kereta api berpenumpang. Ia menyusuri gerbong demi gerbong, sambil berseru, “Apel! Apel! Adakah yang mau membeli apel?” Sesampainya di gerbong terakhir, si bocah masih memiliki apel sekantong penuh, tetapi tidak ada uang.

Seorang pria yang memperhatikan kesulitan bocah itu pun memanggilnya dan meminta sebiji apel untuk dilihatnya. Pria itu beranjak ke bagian depan kereta, menggosok-gosok apelnya sampai mengkilap dengan selembar kain di depan umum, lalu berjalan menyusuri lorong kereta dengan menggigiti apel itu sembari berkomentar tentang kelezatan dan kesegaran apel yang sedang dimakannya. Kemudian ia menyuruh si bocah menjajakan apelnya lagi. Kali ini, bocah itu berhasil menjual setiap butir apelnya. Apa bedanya? Apel itu dibuat menarik sehingga memikat calon pembeli.

Cerita ini dapat mengingatkan kita akan satu cara yang dapat kita gunakan untuk membuat orang lain tertarik pada Injil Yesus Kristus: Buatlah menarik untuk mereka—yaitu dengan memperlihatkan pengaruh Injil itu dalam hidup kita sendiri. Cara yang terbaik adalah dengan mengikuti perkataan Paulus dalam Kolose 4:5 (bis), “Di dalam hubungan kalian dengan orang-orang yang tidak percaya,” katanya, “hendaklah kalian hidup bijaksana dan memakai setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya.” Apabila kita menunjukkan kebaikan, kasih, dan belas kasihan terhadap sesama, orang-orang yang memperhatikan kita akan bertanya-tanya, dan mungkin itulah kesempatan kita untuk menceritakan tentang keindahan kasih Allah kepada mereka. —JDB

Ya Allah, Engkau telah memberi kami begitu banyak dengan menganugerahkan
kami keselamatan kekal. Tolonglah kami untuk membuat
Injil-Mu menarik bagi orang lain lewat cara hidup kami yang
memancarkan terang Yesus kepada orang di sekitar kami setiap hari.

Indahnya perubahan hidup dapat membuat orang lain mau mengenal Pribadi yang menjadikan kita indah itu.

Kenangan Yang Telah Dilupakan

Jumat, 20 Juni 2014

Komik-Strip-WarungSateKamu-20140620-Foto-Jadul

Baca: Mazmur 103:1-8

103:1 Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!

103:2 Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!

103:3 Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,

103:4 Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,

103:5 Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.

103:6 TUHAN menjalankan keadilan dan hukum bagi segala orang yang diperas.

103:7 Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel.

103:8 TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.

Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! —Mazmur 103:2

Kenangan Yang Telah Dilupakan

Baru-baru ini, seorang teman lama dari masa remaja saya mengirimkan foto regu lari SMP kami melalui e-mail. Pada foto hitam-putih yang agak buram itu tampak sekelompok anak remaja, yang saya ingat samar-samar, bersama dengan dua orang pelatih kami. Pikiran saya segera dipenuhi akan kenangan masa lalu yang menyenangkan ketika kami berlari dalam perlombaan satu mil dan setengah mil pada berbagai kejuaraan yang kami ikuti. Namun sekalipun saya menikmati kenangan akan masa silam itu, saya juga teringat betapa mudahnya saya melupakan semua itu dan kemudian beralih kepada hal-hal lainnya.

Ketika kita menjalani hidup ini, alangkah mudahnya kita melupakan berbagai tempat, orang, dan kejadian yang pernah menjadi hal penting bagi kita. Waktu pun berlalu, hari kemarin sirna, dan kita menjadi terobsesi dengan hal-hal yang sedang terjadi di masa kini. Ketika hal ini terjadi, kita juga dapat melupakan betapa baiknya Allah kepada kita selama ini. Mungkin itulah alasan Daud mengingatnya ketika menulis, “Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya” (Mzm. 103:1-2).

Kenangan akan kebaikan Allah semakin diperlukan, terutama ketika sakit hati dan kesulitan hidup menekan kita. Ketika kita merasa begitu tertekan dan dilupakan, penting untuk mengingat kembali segala yang pernah dilakukan-Nya bagi kita. Dengan mengingat semua itu, kita dapat menerima penguatan untuk mempercayai-Nya pada masa kini dan juga pada masa mendatang. —WEC

Bila topan k’ras melanda hidupmu,
Bila putus asa dan letih lesu,
Berkat Tuhan satu-satu hitunglah,
Kau niscaya kagum oleh kasih-Nya. —Oatman
(Kidung Jemaat, No. 439)

Mengingat kesetiaan Tuhan di masa lalu akan menguatkan kita di masa mendatang.

Allah Yang Murah Hati

Senin, 9 Juni 2014

Komik-Strip-WarungSateKamu-20140609-Dinner-Bareng-Nenek

Baca: Efesus 3:14-21

3:14 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,

3:15 yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya.

3:16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,

3:17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.

3:18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,

3:19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.

3:20 Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,

3:21 bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.

[Allah] dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan. —Efesus 3:20

Allah Yang Murah Hati

Beberapa tahun yang lalu, ketika keluarga kami tinggal di Chicago, kami menikmati banyak keuntungan. Salah satu hal yang paling saya nikmati adalah restoran-restoran mengagumkan yang tampaknya saling bersaing, tidak hanya dalam kelezatan hidangannya, tetapi juga porsi sajiannya. Di satu restoran Italia yang kami kunjungi, saya dan istri biasanya akan memesan setengah porsi menu pasta kegemaran kami. Sisanya masih bisa kami bawa pulang, dan cukup untuk makan malam kami keesokan harinya! Porsi yang luar biasa besar itu membuat kami merasa seperti berada di rumah nenek saat beliau mencurahkan kasihnya kepada kami melalui masakannya.

Saya juga merasakan curahan kasih pada saat membaca bahwa Bapa kita yang di surga mencurahkan kekayaan kasih karunia-Nya kepada kita (Ef. 1:7-8) dan bahwa Dia mampu melakukan “jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan” (3:20). Saya sangat bersyukur bahwa Allah kita bukanlah Allah yang pelit, yang dengan perasaan berat memberikan berkat-Nya dalam porsi kecil-kecil. Sebaliknya, Dia adalah Allah yang mencurahkan pengampunan bagi para pemberontak (Luk. 15), dan setiap hari Dia memahkotai kita “dengan kasih setia dan rahmat” (Mzm. 103:4).

Ada kalanya kita menyangka bahwa Allah belum cukup memberikan yang kita inginkan. Namun seandainya Allah hanya mengampuni dosa kita dan memberikan jaminan hidup kekal di surga bagi kita, dan tidak melakukan apa pun lagi, itu pun sudah menunjukkan betapa berlimpahnya karunia-Nya kepada kita! Jadi hari ini, bersukacitalah di dalam Allah kita yang begitu murah hati. —JMS

Tuhan, seringlah mengingatkanku bahwa Engkau telah begitu
bermurah hati kepadaku. Tolonglah aku untuk juga meneruskan
kemurahan hati itu kepada mereka yang ada di sekelilingku, sehingga
mereka dapat mengenal Engkau dan bersukacita di dalam-Mu.

Pujilah Khalik semesta, sumber segala kurnia! (Kidung Jemaat, No. 303)

Memperluas Cara Pandang

Kamis, 5 Juni 2014

Komik-Strip-WarungSateKamu-20140605-Rajawali

Baca: Ulangan 32:7-12

32:7 Ingatlah kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah kepada ayahmu, maka ia memberitahukannya kepadamu, kepada para tua-tuamu, maka mereka mengatakannya kepadamu.

32:8 Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel.

32:9 Tetapi bagian TUHAN ialah umat-Nya, Yakub ialah milik yang ditetapkan bagi-Nya.

32:10 Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.

32:11 Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya,

32:12 demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.

Laksana rajawali menggoyang-bangkitkan isi sarangnya, . . . mengembangkan sayapnya, . . . demikianlah TUHAN sendiri menuntun [Yakub]. —Ulangan 32:11-12

Memperluas Cara Pandang

Selama 3 bulan saya mendapat posisi paling baik untuk melihat dengan sangat jelas karya ciptaan Allah yang mengagumkan. Pada ketinggian sekitar 27 meter dari atas tanah di Norfolk Botanical Garden, Virginia, para pekerja memasang kamera web yang diarahkan pada sarang dari sekawanan elang botak, dan para pemirsa diizinkan untuk menyaksikan kegiatan kawanan itu melalui Internet.

Saat telur-telur telah menetas, para induk elang begitu memperhatikan keadaan anak-anak mereka, dengan bergiliran dalam mencari makanan dan menunggui sarang. Namun suatu hari, ketika anak-anak burung itu masih tampak seperti bola bulu yang berparuh, kedua induknya menghilang. Saya khawatir kedua induk itu telah tertimpa bahaya.

Kekhawatiran saya ternyata tidak terbukti. Ketika operator kamera memperluas sudut pandang kameranya, terlihatlah sang induk elang betina sedang bertengger di sebilah ranting pohon yang tidak jauh dari sarangnya.

Ketika merenungkan gambaran “yang diperluas” ini, saya teringat pada masa-masa ketika saya pernah merasa khawatir bahwa Allah telah meninggalkan saya. Pemandangan pada ketinggian di hutan Virginia itu mengingatkan saya bahwa pandangan saya memang terbatas. Saya hanya melihat sebagian kecil dari seluruh gambaran yang ada.

Musa menggambarkan Allah seperti rajawali. Sama seperti rajawali mendukung anak-anaknya di atas kepaknya, demikianlah Allah mendukung umat-Nya (Ul. 32:11-12). Apa pun yang terjadi, Tuhan “tidak jauh dari kita masing-masing” (Kis. 17:27). Hal itu benar bahkan pada saat kita merasa terabaikan. —JAL

Di bawah naung sayap-Hu terpelihara
Meski g’lap malam angin ributlah.
Demi iman aku dilindungkan-Nya
‘Ku ditebuskan jadi anak-Nya. —Cushing
(Nyanyian Kemenangan Iman, No. 88)

Karena Tuhan menjaga kita, kita tidak perlu takut terhadap bahaya di sekeliling kita.

Hard Times

 

Ditinggalkan. Diabaikan. Kehilangan orang-orang terkasih. Semuanya bisa membuat hidup terasa begitu berat. Lagu ini mengingatkan kita bahwa Tuhan sesungguhnya tidak pernah meninggalkan kita. Dia tidak pernah tidak hadir dalam saat-saat terberat yang kita alami. Ibarat matahari yang sesungguhnya tetap ada pada tempatnya sekalipun badai melanda, kadangkala kita memang tak dapat melihat tangan Tuhan karena pandangan kita terhalang dengan masalah. Namun, bukan hanya hadir, Tuhan juga berkuasa memakai masa-masa sukar itu untuk membuat anak-anak-Nya bertumbuh makin kuat di dalam anugerah-Nya. Berikut adaptasi lagunya agar dapat dinyanyikan dalam bahasa Indonesia. Semoga jadi berkat.

Apakah hujan membuatmu berhenti bernyanyi?
Apakah badai membuatmu tak tahan ‘tuk menangis?

Kuatkan hatimu, sobat yang terkasih
masa-masa sukar akan membuatmu tumbuh tegar
membuatmu kuat

Tahukah kau benih tak akan tumbuh tanpa siraman hujan?
Dan bunga-bunga bermekaran setelah turun hujan

Kuatkan hatimu, sobat yang terkasih
masa-masa sukar akan membuatmu tumbuh tegar
membuatmu kuat

Saat awan gelap datang, dan badai menerjang
Ingatlah anug’rah Tuhan s’lalu tersedia bagi kita

Tahukah kau, mentari tetap ada di balik deras hujan?
Tahukah kau, Tuhan s’lalu peduli mendengar kau berdoa?

Kuatkan hatimu, sobat yang terkasih
masa-masa sukar akan membuatmu tumbuh tegar
membuatmu kuat

kuat dalam anugerah-Nya

Lihat teks lagu Hard Times dalam bahasa Inggris

 
Catatan: Dalam video di atas, lagu karya Jamie Owens-Collins ini dibawakan oleh Dr.Calvin Chong, seorang staf pengajar di Singapore Bible College. Beliau banyak terlibat dengan pelayanan kaum muda, terutama yang berkaitan dengan teknologi multimedia.

Memperlambat Diri

Minggu, 25 Mei 2014

Komik-Strip-WarungSateKamu-20140525-Memperlambat-Diri

Baca: Markus 6:30-36

6:30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.

6:31 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.

6:32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

6:33 Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.

6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh bela
s kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

6:35 Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam.

6:36 Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.”

Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika! —Markus 6:31

Memperlambat Diri

Baru-baru ini saya mengalami masalah pada tubuh saya. Bahu dan lengan kiri saya terasa sakit. Saya menderita ruam yang menyakitkan pada lengan bawah dan jempol, serta saya merasa begitu lelah sepanjang hari. Ketika memeriksakan diri ke dokter, saya diberi tahu bahwa saya menderita penyakit cacar ular. Dokter pun memberikan obat-obatan antivirus dan mengatakan bahwa dibutuhkan waktu beberapa minggu untuk sembuh total dari penyakit itu.

Karena penyakit itu, saya harus memaksakan diri untuk melakukan rutinitas baru. Saya harus tidur sebentar di pagi dan sore hari, karena kegiatan itu sangat penting untuk memberi kekuatan agar saya bisa bekerja. Sampai saya sembuh nanti, saya harus belajar untuk memperlambat diri.

Pada suatu waktu, ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk mengajar dalam nama-Nya, mereka begitu bersemangat dengan apa yang sedang mereka lakukan, sampai-sampai mereka melalaikan waktu untuk makan dan beristirahat dengan cukup. Saat mereka kembali, Kristus berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” (Mrk. 6:31).

Setiap orang perlu beristirahat, dan apabila kita terus bekerja hingga melalaikan waktu istirahat, kita akan menderita secara fisik dan emosional. Kita juga tidak akan mampu menunaikan segala tanggung jawab kita sebagaimana seharusnya. Apakah Tuhan sedang menasihatkanmu untuk pergi “ke tempat yang sunyi . . . dan beristirahatlah seketika”? Ada saatnya kamu perlu mengambil waktu untuk beristirahat sejenak bersama-Nya. —HDF

Aku menyepi dari dunia yang penuh perselisihan
Dengan segala beban, cobaan, dan pergumulannya
Menuju ke tempat yang indah, hening, dan teduh
Tempatku bersekutu langsung dengan Yesus. —Brandt

Agar kamu tidak tumbang, beristirahatlah sejenak dan berdoa.