Komik Kamu: Berjalan Bersama-Nya

Oleh: Hasprita Restia Mangunsong

Berjalan-Bersama-Nya

Semua yang ada dalam dunia ini tidaklah bertahan selamanya.
Orang-orang yang kita kasihi, harta benda yang kita miliki, bahkan napas kehidupan kita, kelak akan pergi meninggalkan kita. Tetapi ada satu Pribadi yang gak akan pernah pergi, terus ada bersama dengan kita sampai kapan pun. Allah yang menyatakan diri dalam Pribadi Kristus.

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya [Kristus] diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”
—Yohanes 1:12

Bapa kita di surga tidak akan pernah meninggalkan kita, bahkan sekalipun bapak atau ibu kita di dunia sudah meninggalkan kita. Dia tidak pernah menghilang. Kitalah yang seringkali hilang, dan yang seringkali meninggalkan Dia.

Saatnya kita BERJALAN BERSAMANYA

Penunjuk Arah Rohani

Selasa, 26 Agustus 2014

KomikStrip-WarungSateKamu-20140826-Penunjuk Arah Rohani

Baca: Mazmur 119:97-106

119:97 Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.

119:98 Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.

119:99 Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan.

119:100 Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu.

119:101 Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu.

119:102 Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.

119:103 Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.

119:104 Aku beroleh pengertian dari titah-titah-Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta.

119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

119:106 Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum-hukum-Mu yang adil.

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. —Mazmur 119:105

Penunjuk Arah Rohani

Longitude (Garis Bujur), buku pemenang penghargaan, karya Dava Sobel, menggambarkan satu dilema yang dihadapi para pelaut masa lalu. Mereka bisa dengan mudah menentukan posisi mereka pada garis lintang utara atau selatan dengan memperhatikan panjang hari atau ketinggian matahari. Namun cara menentukan posisi pada garis bujur timur atau barat tetaplah tidak mudah dan tidak benar-benar dapat diandalkan. Hal itu terjadi sampai John Harrison, seorang pembuat jam asal Inggris, menemukan kronometer laut. Itulah “jam yang akan selalu menunjukkan waktu yang tetap dari titik awal berlabuh . . . hingga ke sudut terpencil mana pun di dunia” sehingga para pelaut dapat menentukan posisi mereka pada garis bujur.

Dalam mengarungi lautan hidup ini, kita memiliki Alkitab sebagai penunjuk arah rohani yang benar-benar dapat diandalkan. Pemazmur menulis, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari” (Mzm. 119:97). Pemazmur tidak hanya sesekali membaca firman Allah, melainkan ia merenungkan petunjuk Tuhan di sepanjang hari: “Peringatan-peringatan-Mu kurenungkan” (ay.99). Hal itu diperkuat dengan komitmen pemazmur untuk menaati Sang Penulis: “Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum-hukum-Mu yang adil” (ay.106).

Sebagaimana para pelaut zaman dahulu, kita memerlukan panduan yang terus-menerus dapat menolong kita dalam mengetahui arah hidup dan menjaga kita tetap berada di jalur yang benar. Itulah yang terjadi ketika kita mencari Tuhan hari demi hari dengan hati yang terbuka dan rela untuk mengatakan, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” —DCM

Kita perlu bimbingan Allah sumber hikmat surgawi,
Tuntunan dan kasih-Nya dari hari ke hari;
Saat kita mempercayai arah yang ditunjukkan-Nya,
Dia akan meluruskan langkah hidup kita. —Fitzhugh

Jika Allah menjadi penunjuk arah, kamu akan menuju ke arah yang benar.

Percaya Lebih Dahulu

Senin, 18 Agustus 2014

KomikStrip-WarungSateKamu-20140815-Percaya-Lebih-Dahulu

Baca: Wahyu 22:12-21

22:12 "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.

22:13 Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir."

22:14 Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.

22:15 Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.

22:16 "Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang."

22:17 Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!

22:18 Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.

22:19 Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini."

22:20 Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus!

22:21 Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.

Ya, Aku datang segera!
—Wahyu 22:20

Percaya Lebih Dahulu

Dalam sebuah kamp penjara milik Jerman pada masa Perang Dunia II, tanpa sepengetahuan penjaga penjara, sejumlah tawanan Amerika merangkai perangkat radio mereka sendiri. Suatu hari, tersiarlah berita bahwa pemerintah Jerman sudah menyerah, dan perang pun berakhir. Namun karena putusnya komunikasi, para penjaga penjara belum mengetahui kabar tersebut. Saat berita itu tersebar di antara para tawanan, mereka pun merayakan peristiwa besar itu. Selama 3 hari, mereka bernyanyi, melambai-lambaikan tangan kepada penjaga penjara, dan bersenda gurau saat makan. Pada hari ke-4, mereka bangun pada pagi hari dan mendapati bahwa seluruh pasukan Jerman yang menjaga mereka telah pergi. Penantian mereka pun telah berakhir.

Sejumlah cerita dalam Alkitab berpusat pada penantian: Abraham menantikan seorang anak (Kej. 12-21). Bangsa Israel menantikan pembebasan dari tanah Mesir. Para nabi menantikan penggenapan dari nubuat mereka. Para murid menantikan Yesus untuk menunjukkan kuasa-Nya sebagai Mesias seperti yang selama ini mereka harapkan. Perkataan terakhir Yesus di kitab Wahyu adalah, “Ya, Aku datang segera!” diikuti dengan sebuah doa yang mendesak, “Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” (22:20). Untuk ini, kita masih menanti penggenapannya.

Inilah pertanyaan yang saya ajukan pada diri saya sendiri: Mengapa kita sering merasa takut dan cemas dalam penantian? Layaknya para tentara Sekutu dalam penjara di atas, kita dapat menjalani hidup berdasarkan kabar baik yang kita percayai. Lagipula, bukankah sikap itu yang dinamakan beriman kepada Allah, yaitu mempercayai terlebih dahulu apa yang kelak baru akan kita mengerti? —PDY

Iman melihat melampaui bayang-bayang
Kebimbangan, keraguan, dan ketakutan
Lalu mendapati Juruselamat sedang menanti
Dan Dia senantiasa dekat pada kita. —French

Masa penantian merupakan ujian atas iman kita, karena itulah kita menanti dalam pengharapan.

Doa Bagi Indonesiaku

Lagu gubahan Sidney Mohede yang berjudul Doa Kami ini pernah aku nyanyikan dalam berbagai persekutuan doa bersama komunitas yang berbeda-beda. Aku sangat menyukai lagu ini, bahkan selalu terharu saat menyanyikannya.

Syukur untuk setiap rencana-Mu, dan rancangan-Mu yang mulia
Dalam satu tubuh kami bersatu, menjadi duta kerajaan-Mu

Kuucapkan berkat atas Indonesia, biar kemuliaan Tuhan akan nyata

Bagi bangsa ini kami berdiri dan membawa doa kami kepada-Mu
Sesuatu yang besar pasti terjadi dan mengubahkan negeri kami
Hanya nama-Mu Tuhan ditinggikan atas seluruh bumi

Kami rindu melihat Indonesia pulih dari semua problema
Hidup dalam jalan kebenaran-Mu, pancarkan terang kemuliaan-Mu

Kami tahu hati-Mu ada di bangsa ini

Hanya nama-Mu Tuhan ditinggikan, atas seluruh bumi

 

Lagu ini adalah sebuah doa. Ungkapan kerinduan anak-anak Tuhan bagi Indonesia. Ungkapan keprihatinan mengingat kejahatan yang merajalela di tengah bangsa dan bahkan di tengah dunia ini, sungguh jauh dari rancangan Sang Pencipta. Ada banyak perpecahan, pertengkaran, konflik antar agama dan aliran, kecemburuan sosial, korupsi, masalah kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Banyak orang sampai-sampai mengaku tak lagi peduli apa yang akan terjadi di negeri ini. Mereka kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Siapa pun yang akan menjadi presiden, wakil presiden, atau para menteri, menurut mereka, semua sama saja. Tidak membuat negeri ini lebih baik. Yang penting masih bisa bekerja untuk bertahan hidup. Yang penting kondisiku baik-baik saja. Namun, bukankah pemerintah ada karena izin Tuhan (Roma 13:1)? Dan dalam kondisi pemerintahan yang tidak ideal pun, anak-anak Tuhan tetap dipanggil untuk menunjukkan sikap hormat terhadap para penguasa, sekaligus berbuat baik dan menjadi teladan bagi banyak orang (1 Petrus 2:16-17). Kita bahkan dipanggil untuk mendoakan pemerintah kita, agar mereka juga dapat mengenal kebenaran dan hidup di dalamnya (1 Timotius 2:1-4).

Lagu ini mengingatkanku, betapa doa sungguh diperlukan dalam usaha membangun bangsa ini. Kekuatan manusia belaka tidak bisa mengubah keadaan Indonesia. Aku yakin bahwa doa tidak pernah sia-sia. Ketika orang percaya berdoa, Bapa di surga mendengarkan. Tuhan memahami perasaan hati kita, pikiran kita, dan kesungguhan niat kita dalam berdoa. Dia juga akan memberi hikmat dan memampukan kita menjadi garam dan terang di mana pun kita ditempatkan-Nya.

Seiring doa-doa kita kepada Tuhan, mari kita juga “dalam satu tubuh … bersatu, menjadi duta kerajaan-Nya”. Memberikan yang terbaik dalam bidang kita masing-masing. Mengusahakan kesejahteraan bangsa ini dengan keahlian-keahlian yang Tuhan berikan. Menolong sesama yang membutuhkan. Memberi sumbangsih pemikiran dan karya untuk mendukung pemerintah. Menggunakan hak-hak kita sebagai warganegara untuk kemajuan bersama. Menyuarakan kebenaran melalui saran dan kritik yang bertanggung jawab. Memberi teladan dalam perkataan maupun perbuatan kita. Menghormati dan mengasihi satu sama lain, baik dengan saudara seiman maupun mereka yang berbeda keyakinan. Bukan kebetulan kita lahir dan besar di Indonesia. Aku yakin Tuhan menempatkan kita di negeri ini, dan bukan di negeri lain, karena Dia ingin menggenapkan rencana-Nya di Indonesia di dalam dan melalui hidup kita.

Menjelang peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-69, yuk kita pikirkan cara-cara kreatif untuk memberkati negeri ini. Orang-orang yang merdeka dapat dengan bebas berkreasi dalam kebenaran. Tidak didikte oleh tren dunia yang banyak mengekspos kejahatan sebagai hiburan dan kenikmatan. Orang-orang yang merdeka dapat dengan bebas berbuat baik dan mengasihi sesama. Tidak dipengaruhi hasutan orang yang mengumbar kebencian dan penghakiman. Orang-orang yang merdeka dapat dengan tanpa beban melakukan tanggung jawabnya sebagai warga negara. Kita menyadari bahwa Tuhan sendirilah yang menetapkan keberadaan negara ini dan pemerintahannya, Tuhan jugalah yang menempatkan kita di dalamnya. Setiap hal yang kita lakukan bagi kebaikan negara ini adalah wujud penghormatan dan kasih kita kepada Tuhan. Seperti lagu di atas, kita rindu melihat pemerintah dan segenap rakyat negeri ini hidup dalam jalan kebenaran, kita rindu melihat Indonesia memancarkan terang kemuliaan Tuhan. Mari terus berdoa dan berjuang untuk itu. Never give up! Dirgahayu Indonesiaku!

 

Hiduplah sebagai orang merdeka
dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu
untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.
Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
1 Petrus 2:16-17

Masihkah Ada Harapan?

Jumat, 15 Agustus 2014

KomikStrip-WarungSateKamu-20140815-Masihkah-Ada-Harapan

Baca: Matius 28:1-10

28:1 Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.

28:2 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya.

28:3 Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju.

28:4 Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.

28:5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu.

28:6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.

28:7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu."

28:8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.

28:9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.

28:10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

“Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya.” —Matius 28:6

Masihkah Ada Harapan?

Saya duduk terdiam di samping makam ayah saya, sambil menunggu dimulainya upacara pemakaman ibu saya yang diadakan oleh keluarga. Pegawai rumah duka sedang membawa wadah yang berisi abu jenazah ibu saya. Hati saya terasa beku dan pikiran saya begitu kalut. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasi kesedihan atas kepergian Ayah dan Ibu yang hanya berselang 3 bulan? Dalam duka, saya merasa begitu kehilangan dan kesepian. Saya pun merasa tidak berdaya menghadapi masa depan tanpa mereka berdua.

Kemudian sang pendeta membacakan tentang suatu makam yang lain. Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar, sejumlah wanita pergi ke kubur Yesus membawa rempah-rempah yang telah mereka siapkan untuk jasad Yesus (Mat. 28:1; Luk. 24:1). Setibanya di sana, mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu dan ada seorang malaikat. Kata malaikat itu kepada mereka, “Janganlah kamu takut” (Mat. 28:5). Mereka tidak perlu merasa takut karena kosongnya kubur itu atau kepada sang malaikat, karena malaikat itu membawa kabar baik untuk mereka.

Harapan dalam hati saya pun bangkit saat saya mendengar perkataan selanjutnya, “Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya” (ay.6). Karena Yesus telah hidup kembali, maut pun sudah ditaklukkan! Yesus mengingatkan para pengikut-Nya hanya beberapa hari sebelum kematian-Nya, “Sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup” (Yoh. 14:19).

Meski merasa sedih karena kehilangan orang yang kita kasihi, kita mendapat pengharapan melalui kebangkitan Yesus dan janji yang diberikan-Nya akan adanya kehidupan setelah kematian. —AMC

Terima kasih, Tuhan, untuk penghiburan dan pengharapan dari-Mu.
Apakah yang dapat kami lakukan tanpa Engkau? Kematian dan
kebangkitan-Mu memberikan segala sesuatu yang kami butuhkan
untuk hidup kami yang sekarang ini dan yang akan datang.

Sebab Dia hidup, kita pun hidup.

Melepaskan Diri

Selasa, 5 Agustus 2014

KomikStrip-WarungSateKamu-20140805-Gajah

Baca: Roma 8:1-11

8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,

8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.

8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

8:7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.

8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

8:9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

8:10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.

8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.

Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. —Roma 8:1

Melepaskan Diri

Gajah adalah binatang yang terbesar di atas muka bumi—dan salah satu yang terkuat. Namun hanya dibutuhkan seutas tali untuk mengendalikannya. Berikut ini caranya. Ketika gajah masih muda, gajah itu diikat pada sebatang pohon besar. Selama berminggu-minggu, ia akan memberontak dan berusaha menarik tali pengikatnya. Namun, tali itu tetap mengikatnya dengan kencang. Pada akhirnya gajah itu pun menyerah.

Lalu, ketika gajah itu mencapai ukuran dewasa dan berada pada puncak kekuatannya, ia tidak akan memberontak lagi untuk membebaskan diri; sekali saja merasakan perlawanan, gajah itu akan berhenti. Gajah itu percaya bahwa ia masih ditawan dan tidak akan dapat melepaskan diri.

Iblis dapat memainkan tipu daya yang sama untuk membelenggu dan mengikat kita. Alkitab meyakinkan kita bahwa “sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” (Rm. 8:1). Kita telah mengalami kemerdekaan “dari hukum dosa dan hukum maut” (ay.2). Namun musuh dari jiwa kita, berusaha memperdaya kita untuk percaya bahwa kita masih dibelenggu oleh dosa.

Jika demikian, apa yang harus kita lakukan? Renungkan apa yang telah dilakukan oleh Kristus. Dia mati demi dosa kita dan menyatakan berakhirnya kuasa dosa atas kita (ay.3). Kristus bangkit dari kematian dan memberi kita Roh Kudus. Sekarang kita dimampukan untuk hidup dalam kemenangan bersama-Nya karena “Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam [kita]” (ay.11).

Di dalam Kristus, kita telah dimerdekakan. —PFC

Dia telah merebut keselamatan kita,
Dia menebus jiwa kita yang tertawan,
Dia mendamaikan kita dengan Allah,
Dia membasuh kita dalam darah-Nya. —Wesley

Alamilah kemerdekaan sejati dengan menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.

Kota Perlindungan

Jumat, 1 Agustus 2014

Komik-Strip-WarungSateKamu-20140801-Melindungi-Hati

Baca: Mazmur 59:11-18

59:11 Allahku dengan kasih setia-Nya akan menyongsong aku; Allah akan membuat aku memandang rendah seteru-seteruku.

59:12 Janganlah membunuh mereka, supaya bangsaku tidak lupa, halaulah mereka kian ke mari dengan kuasa-Mu, dan jatuhkanlah mereka, ya Tuhan, perisai kami!

59:13 Karena dosa mulut mereka adalah perkataan bibirnya, biarlah mereka tertangkap dalam kecongkakannya. Oleh karena sumpah serapah dan dusta yang mereka ceritakan,

59:14 habisilah mereka dalam geram, habisilah, sehingga mereka tidak ada lagi, supaya mereka sadar bahwa Allah memerintah di antara keturunan Yakub, sampai ke ujung bumi. Sela

59:15 Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing dan mengelilingi kota.

59:16 Mereka mengembara mencari makan; apabila mereka tidak kenyang, maka mereka mengaum.

59:17 Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku.

59:18 Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku, Allahku dengan kasih setia-Nya.

Aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. —Mazmur 59:17

Kota Perlindungan

Saat memasuki sebuah kota di Australia, kami disambut oleh suatu papan yang bertuliskan “Kami menyambut siapa saja yang mencari perlindungan dan suaka.” Sambutan itu terlihat selaras dengan konsep kota perlindungan dalam Perjanjian Lama. Pada masa itu, kota-kota perlindungan (Bil. 35:6) didirikan untuk menjadi tempat pelarian yang aman bagi orang-orang yang telah membunuh seseorang secara tidak sengaja dan membutuhkan perlindungan. Allah memerintahkan bangsa Israel membangun kota-kota tersebut untuk memberikan perlindungan seperti itu.

Namun konsep tersebut bukan dimaksudkan untuk sekadar menjadi suatu praktek yang dilakukan oleh bangsa Israel kuno. Lebih dari itu, kota-kota perlindungan tersebut mencerminkan isi hati Allah bagi semua orang. Allah sendiri rindu menjadi tempat pelarian yang aman dan kota perlindungan bagi kita di tengah pahitnya kegagalan, sakit hati, dan kehilangan yang kita alami dalam hidup ini. Kita dapat membacanya dalam Mazmur 59:17-18, “Aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku, Allahku dengan kasih setia-Nya.”

Dari generasi ke generasi, bagi setiap orang yang terluka hatinya, “kota perlindungan” kita bukanlah sebuah tempat. Kota perlindungan kita adalah satu Pribadi, yaitu Allah yang mengasihi kita dengan kasih abadi. Kiranya kita memperoleh perlindungan dan ketenangan di dalam Dia. —WEC

Sering kali dalam konflik, saat musuh menekanku,
Aku datang kepada Pelindungku, dan melepaskan sesakku;
Sering kali ketika cobaan seperti ombak bergulung
Aku bernaung di dalam-Mu, Engkau Kekuatan jiwaku. —Cushing

Perlindungan dapat kita temukan dalam Allah, Gunung Batu yang Kekal.

Komik Kamu: Senin

Oleh: Bella Nessya

Komik-Bella-Senin

Komik Kamu: Waktu

Oleh: Bella Nessya

Komik-Bella-Waktu