Posts

Bolehkah Aku Mengatakannya?

Rabu, 5 Juli 2017

Bolehkah Aku Mengatakannya?

Baca: Kejadian 45:1-11

45:1 Ketika itu Yusuf tidak dapat menahan hatinya lagi di depan semua orang yang berdiri di dekatnya, lalu berserulah ia: “Suruhlah keluar semua orang dari sini.” Maka tidak ada seorangpun yang tinggal di situ bersama-sama Yusuf, ketika ia memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya.

45:2 Setelah itu menangislah ia keras-keras, sehingga kedengaran kepada orang Mesir dan kepada seisi istana Firaun.

45:3 Dan Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: “Akulah Yusuf! Masih hidupkah bapa?” Tetapi saudara-saudaranya tidak dapat menjawabnya, sebab mereka takut dan gemetar menghadapi dia.

45:4 Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: “Marilah dekat-dekat.” Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: “Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir.

45:5 Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.

45:6 Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai.

45:7 Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong.

45:8 Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.

45:9 Segeralah kamu kembali kepada bapa dan katakanlah kepadanya: Beginilah kata Yusuf, anakmu: Allah telah menempatkan aku sebagai tuan atas seluruh Mesir; datanglah mendapatkan aku, janganlah tunggu-tunggu.

45:10 Engkau akan tinggal di tanah Gosyen dan akan dekat kepadaku, engkau serta anak dan cucumu, kambing domba dan lembu sapimu dan segala milikmu.

45:11 Di sanalah aku memelihara engkau—sebab kelaparan ini masih ada lima tahun lagi—supaya engkau jangan jatuh miskin bersama seisi rumahmu dan semua orang yang ikut serta dengan engkau.

Bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah. —Kejadian 45:8

Bolehkah Aku Mengatakannya?

“Anggapan adanya anak kesayangan adalah salah satu pemicu terbesar timbulnya perseteruan antar saudara kandung,” kata Dr. Barbara Howard, seorang dokter anak spesialis perkembangan perilaku (artikel “When Parents Have a Favorite Child” di nytimes.com). Contoh anak kesayangan di Perjanjian Lama adalah Yusuf. Sikap ayahnya itu membuat kakak-kakak Yusuf marah (Kej. 37:3-4). Akibatnya, mereka menjual Yusuf kepada para pedagang yang sedang menuju ke Mesir. Mereka juga merekayasa agar tampaknya binatang buaslah yang membunuh Yusuf (37:12-36). Mimpi Yusuf pun hancur dan masa depannya seolah tanpa harapan.

Namun, di sepanjang perjalanan hidupnya, Yusuf memilih untuk mempercayai Allah sepenuhnya dan mengandalkanNya bahkan ketika imannya seakan membuat keadaannya memburuk. Setelah difitnah oleh istri majikannya dan dipenjara karena sesuatu yang tidak dilakukannya, Yusuf bergumul dengan ketidakadilan yang dialaminya, tetapi ia terus mempercayai Tuhan.

Bertahun-tahun kemudian saudara-saudaranya datang ke Mesir untuk membeli gandum pada masa kelaparan. Mereka menjadi takut saat mengetahui bahwa adik yang dahulu mereka benci kini telah menjadi Perdana Menteri di Mesir. Namun, Yusuf mengatakan kepada mereka, “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan jangan menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu . . . . Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah” (Kej. 45:5,8).

Tutur kata yang baik dari Yusuf membuat saya berpikir. Jika saya berada dalam posisinya, apakah saya akan membalas dendam, atau justru menunjukkan kasih karena hati saya mempercayai Tuhan sepenuhnya? —David McCasland

Bapa, berilah kami iman untuk mempercayai-Mu hari ini dan kemampuan untuk melihat karya tangan-Mu yang baik di sepanjang hidup kami.

Dalam masa-masa hidup yang terkelam sekalipun, hanya dengan mata imanlah kita dapat melihat tangan Allah yang penuh kasih.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 30-31 dan Kisah Para Rasul 13:26-52

Artikel Terkait:

5 Cara Mengatasi Patah Hati

Saatnya Bertumbuh

Jumat, 30 Juni 2017

Saatnya Bertumbuh

Baca: Lukas 13:1-9

13:1 Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.

13:2 Yesus menjawab mereka: “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?

13:3 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.

13:4 Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?

13:5 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”

13:6 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.

13:7 Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!

13:8 Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,

13:9 mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!”

Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya. —Lukas 13:8

Saatnya Bertumbuh

Musim semi lalu, saya berencana memangkas pohon mawar di belakang rumah kami. Selama tiga tahun kami di sana, pohon itu tidak banyak berbunga dan ranting-rantingnya yang terlihat jelek bertumbuh semakin liar ke segala arah.

Namun karena kesibukan, rencana itu tertunda. Tanpa kami duga, beberapa minggu kemudian, bunga-bunga pun tumbuh mekar pada pohon mawar itu. Ratusan mawar putih besar yang harum semerbak bergelantungan dari atas pintu belakang sampai ke halaman, dan memenuhi tanah dengan helai-helai mahkota bunga yang indah.

Pertumbuhan pohon mawar kami itu mengingatkan saya akan perumpamaan Yesus tentang pohon ara di Lukas 13:6-9. Orang di Israel biasanya memberi waktu tiga tahun bagi pohon ara untuk berbuah. Jika tidak berbuah, pohon itu akan ditebang sehingga tanahnya dapat diolah lagi dengan lebih baik. Dalam perumpamaan Yesus, sang tukang kebun meminta kepada tuannya waktu tambahan satu tahun untuk sebatang pohon ara agar dapat berbuah. Dalam konteksnya (ay.1-5), perumpamaan itu menyiratkan bahwa bangsa Israel tidak lagi hidup sesuai kehendak Allah, dan Dia berhak menghakimi mereka. Namun, Allah itu sabar dan telah memberikan tambahan waktu bagi mereka untuk kembali kepada-Nya, diampuni, dan berbuah.

Allah ingin semua orang bertumbuh dan Dia telah memberikan tambahan waktu agar mereka dapat benar-benar bertumbuh. Kesabaran-Nya menjadi kabar baik bagi kita semua, baik yang belum sungguhsungguh percaya kepada Tuhan maupun yang mendoakan anggota keluarga dan sahabat mereka yang belum percaya. —Sheridan Voysey

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. —Yohanes 15:5

Allah telah memberi dunia tambahan waktu untuk menerima pengampunan yang ditawarkan-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 17-19 dan Kisah Para Rasul 10:1-23

Sungguh Amat Baik!

Senin, 26 Juni 2017

Sungguh Amat Baik!

Baca: Kejadian 1:24-31

1:24 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.” Dan jadilah demikian.

1:25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

1:26 Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”

1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”

1:29 Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.

1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian.

1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. —Kejadian 1:31

Sungguh Amat Baik!

Adakalanya sebuah hari terasa memiliki tema yang sama untuk sepanjang hari itu. Baru-baru ini saya mengalaminya. Hari itu, pendeta kami memulai khotbahnya dari Kejadian 1 dengan menampilkan potret bunga-bunga mekar yang menawan selama dua menit. Kemudian di rumah, ketika menjelajahi media sosial, saya melihat sejumlah gambar bunga yang dikirimkan oleh beberapa teman. Masih pada hari yang sama, saat berjalan-jalan di hutan, kami dikelilingi oleh bunga-bunga liar khas musim semi yang indah—bunga trillium, marigold, dan iris.

Allah menciptakan segala jenis bunga dan beragam tanaman lainnya (beserta tanah tempatnya bertumbuh), pada hari ketiga dari penciptaan. Dan dua kali pada hari itu, Allah menyatakan itu “baik” (Kej. 1:10,12). Hanya pada satu hari penciptaan lainnya—hari keenam—Allah kembali menyatakan “baik” sebanyak dua kali (ay.25,31). Bahkan pada hari ketika Allah menciptakan manusia dan mahakarya-Nya telah lengkap, Dia melihat semua yang telah diciptakan-Nya dan menyatakan, “sungguh amat baik!”

Dalam kisah penciptaan, kita melihat Allah Pencipta yang senang melihat ciptaan-Nya—bahkan merasa bersukacita dalam mencipta. Mungkinkah itu memang tujuan-Nya ketika Dia merancang sebuah dunia dengan keanekaragaman yang berwarna-warni dan sangat indah? Allah menciptakan mahakarya-Nya pada hari terakhir ketika Dia “menciptakan manusia . . . menurut gambar-Nya” (ay.27). Sebagai citra Allah, kita terberkati dan terilhami oleh karya tangan-Nya yang indah. —Alyson Kieda

Ya Allah Pencipta kami, kami bersyukur karena Engkau menciptakan dunia ini dengan seluruh keindahannya untuk kami nikmati dan juga untuk sukacita-Mu. Terima kasih juga karena Engkau menciptakan kami menurut gambar-Mu sehingga kami pun terinspirasi untuk mencipta dan berkarya.

Seluruh alam ciptaan merupakan karya tangan Allah sendiri.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 5-7 dan Kisah Para Rasul 8:1-25

Membagikan Penghiburan

Rabu, 21 Juni 2017

Membagikan Penghiburan

Baca: 2 Korintus 1:3-11

1:3 Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,

1:4 yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.

1:5 Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.

1:6 Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga.

1:7 Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami.

1:8 Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.

1:9 Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.

1:10 Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,

1:11 karena kamu juga turut membantu mendoakan kami, supaya banyak orang mengucap syukur atas karunia yang kami peroleh berkat banyaknya doa mereka untuk kami.

Pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami. —2 Korintus 1:7

Membagikan Penghiburan

Seorang teman mengirimkan sejumlah keramik buatannya kepada saya. Saat membuka kotaknya, saya mendapati barang-barang berharga itu rusak dalam perjalanan. Salah satu cangkir pecah menjadi kepingan besar, kepingan kecil, dan serbuk. Setelah suami saya merekatkan kepingan-kepingan itu kembali, saya memajang cangkir retak yang tetap indah itu di rak.

Seperti keramik yang direkatkan kembali, saya memiliki bekas-bekas luka yang menunjukkan bahwa saya masih berdiri teguh setelah Allah membawa saya melewati masa-masa sulit. Penghiburan itu mengingatkan saya bahwa membagikan karya Tuhan di dalam dan melalui hidup saya dapat menolong orang lain di tengah penderitaan mereka.

Rasul Paulus memuji Allah karena Dialah “Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan” (2Kor.. 1:3). Tuhan memakai ujian dan penderitaan kita untuk membuat kita makin serupa dengan-Nya. Penghiburan-Nya dalam pergumulan kita memperlengkapi kita untuk menguatkan orang lain dengan bersaksi tentang pertolongan yang kita terima dari-Nya (ay.4).

Saat kita merenungkan penderitaan Kristus, kita dapat terilhami untuk bertahan di tengah penderitaan kita, dengan mengimani bahwa Allah memakai pengalaman kita untuk menguatkan kita dan sesama hingga menghasilkan ketekunan (ay.5-7). Seperti Paulus, kita dapat terhibur saat mengetahui Tuhan memakai ujian kita untuk kemuliaan-Nya. Kita dapat membagikan penghiburan-Nya dan membawa harapan yang menenteramkan bagi mereka yang terluka. —Xochitl Dixon

Tuhan, terima kasih Engkau memakai kami untuk memberikan penghiburan, semangat, dan harapan pada sesama kami yang sedang menderita. Kami memuji-Mu untuk segala penghiburan-Mu dahulu, kini, dan yang akan datang.

Allah menghibur sesama kita ketika kita bersaksi tentang penghiburan yang kita terima dari-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 3-5 dan Kisah Para Rasul 5:22-42

href=’http://bit.ly/line-warungsatekamu-via-website’>Add Friend