Posts

Dia Selalu Peduli

Rabu, 1 Februari 2017

Dia Selalu Peduli

Baca: Mazmur 32:1-11

32:1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!

32:2 Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

32:3 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;

32:4 sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela

32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela

32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.

32:7 Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela

32:8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.

32:9 Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.

32:10 Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia.

32:11 Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!

Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. —Mazmur 32:8

Dia Selalu Peduli

Pada saat putri bungsu kami terbang dari Munich ke Barcelona, saya mengakses situs pelacak penerbangan untuk mengikuti perkembangan perjalanan putri kami. Setelah saya memasukkan nomor penerbangannya, layar komputer saya menunjukkan bahwa pesawatnya sudah melewati Austria dan kini sedang menyusuri bagian utara Italia. Dari sana, pesawat akan terbang di atas Laut Tengah, bagian selatan dari French Riviera menuju Spanyol, dan dijadwalkan untuk tiba tepat waktu. Mungkin satu-satunya hal yang tidak saya ketahui hanyalah menu makan siang yang disajikan para pramugari di atas pesawat itu!

Mengapa saya peduli pada keberadaan dan keadaan putri saya? Karena saya mengasihinya. Saya peduli kepada dirinya, apa yang sedang dikerjakannya, dan apa yang menjadi tujuan hidupnya.

Dalam Mazmur 32, Daud mensyukuri betapa ajaibnya pengampunan, tuntunan, dan kepedulian Allah kepada kita. Tidak seperti ayah di bumi, Allah mengetahui setiap detail dari hidup kita dan kebutuhan terdalam dari hati kita. Tuhan berjanji kepada kita, “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu” (ay.8).

Apa pun keadaan kita hari ini, kita dapat percaya bahwa Allah selalu hadir dan peduli, karena “orang [yang] percaya kepada Tuhan dikelilingi-Nya dengan kasih setia” (ay.10). —David McCasland

Bapa Surgawi, terima kasih atas perhatian-Mu yang penuh kasih kepadaku dan tuntunan-Mu bagiku di sepanjang jalan-Mu hari ini.

Kita tidak pernah luput dari perhatian Allah dan tangan kasih-Nya yang memelihara kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 27-28; Matius 21:1-22

Artikel Terkait:

Pegangan Kita Setiap Waktu

Memperhatikan pengalaman hidup sehari-hari membuat Henry takjub akan cara Tuhan memelihara anak-anak-Nya. Bagaimana kamu sendiri mengalami pemeliharaan Tuhan setiap hari? Apakah firman Tuhan selalu menjadi pegangan hidupmu?

Baca pengalaman Henry selengkapnya di dalam artikel ini.

Selalu Dikasihi, Selalu Dihargai

Sabtu, 28 Januari 2017

Selalu Dikasihi, Selalu Dihargai

Baca: Roma 8:31-39

8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?

8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?

8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?

8:36 Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.”

8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,

8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? —Roma 8:35

Selalu Dikasihi, Selalu Dihargai

Kita melayani Allah yang mengasihi kita melebihi pekerjaan kita.

Memang benar Allah menghendaki kita bekerja untuk menafkahi keluarga kita dan untuk bertanggung jawab atas dunia ciptaan-Nya. Dan Dia ingin kita melayani mereka yang lemah, lapar, telanjang, haus, dan hancur hati di sekitar kita sambil tetap mempedulikan mereka yang belum menjawab panggilan Roh Kudus dalam hidup mereka.

Namun, sekali lagi, kita melayani Allah yang mengasihi kita melebihi pekerjaan kita.

Kita tidak boleh melupakan hal itu karena akan tiba waktunya ketika kemampuan kita untuk “melakukan sesuatu bagi Allah” akan direnggut dari kita karena menurunnya kondisi kesehatan atau kegagalan atau bencana yang tak terduga. Dalam saat-saat seperti itulah, Allah ingin kita mengingat bahwa Dia mengasihi kita bukan karena apa yang kita lakukan bagi-Nya, tetapi karena kita adalah anak-anak-Nya! Begitu kita mempercayai Kristus sebagai Juruselamat kita, tidak ada satu hal pun—“penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang”—yang akan memisahkan kita “dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm. 8:35,39).

Ketika semua yang dapat kita lakukan atau segala yang kita miliki direnggut dari kita, satu-satunya hal yang Dia kehendaki untuk kita lakukan adalah meyakini identitas kita di dalam Dia. —Randy Kilgore

Bapa, tolonglah kami agar selalu mengingat kasih-Mu yang tak bersyarat bagi kami, dan kiranya kami berpegang teguh pada pengharapan bahkan ketika kami kehilangan pekerjaan dan hasil dari pekerjaan kami.

Kita ada untuk bersekutu dengan Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 19-20; Matius 18:21-35

Artikel Terkait:

Di Mana Tuhan Ketika Kita Kehilangan Pekerjaan?

“Tahun ini, negaraku mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sebagai akibatnya, banyak orang kehilangan pekerjaan mereka dan aku telah melihat semakin banyak orang yang menghubungi perusahaanku untuk meminta tolong dicarikan pekerjaan setelah mereka di-PHK.”

Baca cerita selengkapnya di dalam artikel ini.

Guntur dan Petir

Rabu, 25 Januari 2017

Guntur dan Petir

Baca: Mazmur 29

29:1 Mazmur Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan!

29:2 Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!

29:3 Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar.

29:4 Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak.

29:5 Suara TUHAN mematahkan pohon aras, bahkan, TUHAN menumbangkan pohon aras Libanon.

29:6 Ia membuat gunung Libanon melompat-lompat seperti anak lembu, dan gunung Siryon seperti anak banteng.

29:7 Suara TUHAN menyemburkan nyala api.

29:8 Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar, TUHAN membuat padang gurun Kadesh gemetar.

29:9 Suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya; dan di dalam bait-Nya setiap orang berseru: “Hormat!”

29:10 TUHAN bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.

29:11 TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!

Suara Tuhan membuat kilat menyambar. —Mazmur 29:7 BIS

Guntur dan Petir

Bertahun-tahun lalu ketika saya dan seorang teman sedang memancing, tiba-tiba hujan mulai turun. Kami berteduh di bawah pepohonan aspen dekat situ, tetapi hujan terus turun. Maka kami memutuskan untuk pulang dan berlari ke arah mobil. Saya baru saja membuka pintu mobil dan tiba-tiba petir menyambar pohon-pohon aspen tadi dengan bola api yang bergemuruh. Api itu menghanguskan daun-daun, mengelupas kulit pohon, dan meninggalkan asap pada beberapa cabangnya. Dan kemudian senyap.

Kami terguncang sekaligus terpesona.

Sangat sering petir menyambar dan guntur bergemuruh melintasi lembah di Idaho tempat kami tinggal. Saya menikmatinya—walau pernah nyaris tersambar. Saya menikmati kekuatannya yang dashyat. Kilatnya! Gemuruhnya! Sungguh mengguncang dan mempesona! Bumi dan segala sesuatu di sekitarnya bergetar dan terguncang. Lalu setelah itu ada kedamaian.

Saya sangat menyukai petir dan guntur terutama karena keduanya adalah simbol dari suara Allah (Ayb. 37:4) yang bersabda dengan kekuatan yang mengagumkan dan tak tertahankan melalui firman-Nya. “Suara Tuhan menyemburkan nyala api. . . . Tuhan kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, Tuhan kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!” (Mzm. 29:7,11). Dia memberikan kekuatan untuk bertahan, untuk bersabar, untuk berbuat baik, untuk duduk diam, untuk bangun dan melangkah, atau untuk tidak melakukan apa-apa.

Kiranya Allah sumber damai selalu menyertai kamu. —David Roper

Ya Tuhan, tenangkanlah hatiku di dalam badai. Berikan kepadaku damai-Mu dan kekuatan untuk menjalani hari ini.

Iman menghubungkan kelemahan kita dengan kekuatan Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 12-13; Matius 16

Artikel Terkait:

Tsunami yang Mengubah Hidupku

Tsunami dahsyat di tahun 2004 adalah peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan Kelty seumur hidup. Melalui peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya itu, Tuhan mengubahkan cara pandangnya tentang kehidupan.

Wajah Kristus

Minggu, 22 Januari 2017

Wajah Kristus

Baca: 2 Korintus 4:4-15

4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.

4:5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.

4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;

4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.

4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.

4:13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.

4:14 Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.

4:15 Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.

Sebab Allah . . . membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. —2 Korintus 4:6

Wajah Kristus

Sebagai penulis, sebagian besar masalah yang saya bahas adalah seputar penderitaan. Saya terus-menerus kembali ke pertanyaan-pertanyaan yang sama, seolah mengorek kembali luka lama yang tidak kunjung sembuh. Saya menerima kabar dari para pembaca buku saya dan kisah-kisah penderitaan yang mereka hadapi menunjukkan bahwa apa yang saya pertanyakan itu benar-benar terjadi. Saya teringat kepada seorang pembina kaum muda yang menelepon saya setelah istri dan bayinya terjangkit penyakit AIDS dari transfusi darah. Ia bertanya, “Bagaimana mungkin aku berkhotbah kepada pemuda-pemudi yang kulayani tentang Allah yang Mahakasih?”

Saya telah belajar untuk tidak lagi berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan “mengapa”, seperti: Mengapa harus istri pembina itu yang menerima sekantong darah yang telah terkontaminasi? Mengapa angin topan menghantam satu kota dan meluputkan kota lainnya? Mengapa ada doa memohon kesembuhan jasmani yang tidak dijawab?

Namun demikian, ada satu pertanyaan yang dahulu pernah mengusik saya tetapi kini tidak lagi, yaitu “Apakah Allah peduli?” Saya hanya tahu satu jawaban atas pertanyaan itu, dan jawabannya adalah Yesus. Kita melihat Allah pada wajah Yesus Kristus. Jika kamu bertanya-tanya bagaimana perasaan Allah terhadap penderitaan manusia di atas planet ini, pandanglah wajah Yesus Kristus.

“Apakah Allah peduli?” Kematian Anak-Nya untuk menggantikan kita telah menjawab pertanyaan tersebut. Kelak segala kesakitan, duka, penderitaan, dan kematian akan ditaklukkan untuk selama-lamanya. “Sebab Allah yang telah berfirman: ‘Dari dalam gelap akan terbit terang!‘, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2Kor. 4:6). —Philip Yancey

Selebar tangan Yesus yang terentang di kayu salib, demikianlah besarnya kasih Allah kepada kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 4-6; Matius 14:22-36

Artikel Terkait:

Tugasku: Menangis dengan Orang yang Menangis

Mewawancarai keluarga yang sedang berduka untuk menuliskan kisah tentang mereka adalah tugas Michele sebagai seorang jurnalis. Mendengar tugas itu saja sudah membuat kaki dan tangannya gemetar. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Baca kesaksian Michelle selengkapnya di dalam artikel ini.

Napas Hidup

Jumat, 20 Januari 2017

Napas Hidup

Baca: Kejadian 2:4-8

2:4 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, —

2:5 belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu;

2:6 tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu–

2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

2:8 Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.

Ketika itulah Tuhan Allah . . . menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. —Kejadian 2:7

Napas Hidup

Pada suatu pagi yang dingin dan membeku, saat saya dan putri saya berjalan bersama menuju sekolahnya, kami sangat senang melihat hembusan napas kami berubah menjadi uap. Kami tertawa geli melihat bermacam-macam bentuk uap yang dihasilkan dari hembusan napas kami. Saya mensyukuri momen itu, karena saya dapat menikmati kebersamaan dengan putri saya dan merasakan hidup.

Hembusan napas kami yang biasanya tidak terlihat itu tampak di udara dingin, dan itu membuat saya memikirkan tentang Sumber dari napas dan hidup kita—Allah Pencipta kita. Dia, yang menciptakan Adam dari debu tanah dan memberinya napas hidup, juga memberikan hidup kepada kita dan setiap makhluk ciptaan-Nya (Kej. 2:7). Segala sesuatu berasal dari-Nya, bahkan napas yang kita hirup tanpa memikirkannya.

Karena sekarang kita mempunyai banyak kemudahan dan teknologi, kita mungkin cenderung melupakan asal mula kita dan kenyataan bahwa Allah sebagai sumber hidup kita. Namun ketika kita berhenti sejenak untuk mengingat bahwa Allah adalah Pencipta kita, kita dapat menjadikan ucapan syukur sebagai kebiasaan kita sehari-hari. Kita dapat meminta pertolongan-Nya sambil menyadari dengan rendah hati dan penuh syukur bahwa hidup kita adalah anugerah. Kiranya ucapan syukur kita terus melimpah dan menyentuh hati orang lain, sehingga mereka juga akan bersyukur kepada Tuhan atas segala kebaikan dan kesetiaan-Nya. —Amy Boucher Pye

Bapa Surgawi, Engkau sungguh Allah yang dahsyat dan mengagumkan! Engkau menciptakan kehidupan dengan napas-Mu sendiri. Kami memuji-Mu dan mengagumi-Mu. Terima kasih untuk karya ciptaan-Mu.

Bersyukurlah kepada Allah, Pencipta kita, yang memberi kita napas hidup.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 49-50; Matius 13:31-58

Artikel Terkait:

Ketika Aku Kehilangan Orang yang Kukasihi

Bagaimana caramu memelihara kenangan tentang orang terkasih yang sudah meninggal dunia? Kenangan akan orang-orang yang terkasih ini membuat Peerapat merenungkan kembali mengapa kita harus menghadapi kematian.

Ingatlah Saatnya

Jumat, 13 Januari 2017

Ingatlah Saatnya

Baca: Mazmur 126

126:1 Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.

126:2 Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!”

126:3 TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.

126:4 Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!

126:5 Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.

126:6 Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. —Mazmur 126:3

Ingatlah Saatnya

Putra kami bergumul dengan kecanduan narkoba selama tujuh tahun, dan selama masa itu saya dan istri menjalani hari-hari yang sungguh sulit. Di saat kami berdoa dan menantikan pemulihannya, kami belajar mensyukuri kemenangan-kemenangan kecil yang terjadi. Jika tidak terjadi sesuatu yang buruk sepanjang 24 jam, kami akan saling mengatakan kepada satu sama lain, “Hari ini berlalu dengan baik.” Kalimat singkat itu mengingatkan kami untuk mensyukuri pertolongan Allah atas hal-hal yang sederhana.

Mazmur 126:3 jauh lebih baik dalam mengingatkan kita pada belas kasihan Allah dan betapa berartinya karya-Nya bagi kita: “Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.” Sungguh ayat yang sangat indah untuk kita renungkan sembari terus mengingat belas kasihan yang kita terima dari Tuhan Yesus yang tersalib! Segala kesusahan yang dialami tiap-tiap hari tidak dapat mengubah kebenaran ini: Apa pun yang kita alami, Tuhan telah menunjukkan kebaikan-Nya yang tak terselami kepada kita, dan “untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mzm. 136:1).

Ketika kita pernah menghadapi suatu situasi sulit dan mengalami sendiri bahwa Allah itu setia, ingatan pada pengalaman tersebut akan sangat menolong kita pada saat situasi sulit berikutnya melanda. Kita mungkin tidak tahu bagaimana cara Allah membawa kita melalui situasi-situasi tersebut, tetapi kebaikan-Nya di masa lalu memampukan kita untuk percaya bahwa Dia akan kembali menolong kita. —James Banks

Kasih setia-Mu berlimpah terus, ya Khalik, Pembela dan Kawan kudus. Robert Grant (Kidung Jemaat, No. 4)

Di saat kita tak bisa melihat tangan Allah, kita bisa mempercayai hati-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 31-32; Matius 9:18-38

Artikel Terkait:

Rencana Tuhan di Balik Retaknya Keluargaku

Sejalan dengan waktu, mama dan papa memutuskan untuk berpisah. Aku pun mengalami trauma dan dilema yang cukup besar. Aku merasa tidak bisa dekat dengan seseorang karena aku takut disakiti dalam sebuah relasi. Namun, melalui peristiwa ini, aku melihat bimbingan Tuhan yang ajaib.

Baca kesaksian Felicia selengkapnya di dalam artikel ini.

Tak Ada yang Tersembunyi

Kamis, 12 Januari 2017

Tak Ada yang Tersembunyi

Baca: Ibrani 4:12-16

4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

4:13 Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.

4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya. —Ibrani 4:13

Tak Ada yang Tersembunyi

Pada tahun 2015, sebuah perusahaan riset internasional menyatakan bahwa ada 245 juta kamera pengintai yang terpasang di seluruh dunia dan jumlahnya terus bertambah 15 persen setiap tahun. Selain itu, jutaan orang memotret begitu banyak gambar setiap hari dengan ponsel mereka, mulai dari pesta ulang tahun sampai peristiwa kejahatan. Dampaknya, kita bisa mensyukuri untuk meningkatnya keamanan atau justru semakin terusik karena berkurangnya privasi. Yang pasti, kita sekarang hidup dalam masyarakat global dengan kamera yang ada di mana saja.

Kitab Ibrani dalam Perjanjian Baru mengatakan bahwa dalam hubungan dengan Allah, diri kita terekspos dan dituntut pertanggungjawaban dalam kadar yang jauh lebih besar daripada apa pun yang dapat dilihat melalui kamera pengintai. Firman-Nya lebih tajam dari pedang bermata dua, menusuk hingga ke kedalaman diri kita. Firman itu “sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibr. 4:12-13).

Karena Yesus Kristus Juruselamat kita telah mengalami segala kelemahan dan pencobaan yang kita hadapi, tetapi tidak berbuat dosa, kita bisa “menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (ay.15-16). Kita tidak perlu takut untuk datang kepada-Nya, karena kita yakin akan menerima rahmat dan menemukan kasih karunia-Nya. —David McCasland

Tiada yang tersembunyi dari pandangan Allah. Tiada yang lebih besar daripada kasih Allah. Tiada yang lebih kuat daripada belas kasihan dan anugerah Allah. Tiada yang terlalu sulit bagi kuasa Allah.

Tak ada satu bagian pun dari hidup kita yang tersembunyi dari anugerah dan kuasa Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 29-30; Matius 9:1-17

Artikel Terkait:

Lebih dari Optimisme, Inilah yang Harus Kita Lakukan untuk Menghadapi Realita Kehidupan

“Seiring waktu, aku sadar bahwa akar dari ketidaksenangan kita—tidak peduli apakah kita seorang yang pesimis atau optimis—biasanya adalah hal yang sama: kita menginginkan sesuatu, tapi kita tidak mendapatkannya. Jadi bagaimana kita harus menyikapi akar masalah ini?”
Baca selengkapnya di dalam artikel ini.

Tak Seperti Kenyataannya

Selasa, 3 Januari 2017

Tak Seperti Kenyataannya

Baca: 2 Raja-raja 6:8-17

6:8 Raja negeri Aram sedang berperang melawan Israel. Ia berunding dengan pegawai-pegawainya, lalu katanya: “Ke tempat ini dan itu haruslah kamu turun menghadang.”

6:9 Tetapi abdi Allah menyuruh orang kepada raja Israel mengatakan: “Awas, jangan lewat dari tempat itu, sebab orang Aram sudah turun menghadang ke sana.”

6:10 Sebab itu raja Israel menyuruh orang-orang ke tempat yang disebutkan abdi Allah kepadanya. Demikianlah Elisa memperingatkan kepadanya, supaya berawas-awas di sana, bukan sekali dua kali saja.

6:11 Lalu mengamuklah hati raja Aram tentang hal itu, maka dipanggilnyalah pegawai-pegawainya, katanya kepada mereka: “Tidakkah dapat kamu memberitahukan kepadaku siapa dari kita memihak kepada raja Israel?”

6:12 Tetapi berkatalah salah seorang pegawainya: “Tidak tuanku raja, melainkan Elisa, nabi yang di Israel, dialah yang memberitahukan kepada raja Israel tentang perkataan yang diucapkan oleh tuanku di kamar tidurmu.”

6:13 Berkatalah raja: “Pergilah melihat, di mana dia, supaya aku menyuruh orang menangkap dia.” Lalu diberitahukanlah kepadanya: “Dia ada di Dotan.”

6:14 Maka dikirimnyalah ke sana kuda serta kereta dan tentara yang besar. Sampailah mereka pada waktu malam, lalu mengepung kota itu.

6:15 Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: “Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?”

6:16 Jawabnya: “Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka.”

6:17 Lalu berdoalah Elisa: “Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.” Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa.

Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai [musuh]. —2 Raja-Raja 6:16

Tak Seperti Kenyataannya

Don adalah seekor anjing collie yang tinggal di peternakan milik Tom di wilayah Lanarkshire Selatan, Skotlandia. Suatu pagi, Tom mengajak Don pergi memeriksa sejumlah hewan ternaknya. Mereka bersama menaiki sebuah truk kecil. Setibanya di tempat tujuan, Tom turun dari truk itu tetapi ia lupa menarik rem tangan. Truk itu pun meluncur menuruni bukit dengan Don duduk di belakang kemudi, dan sempat melintasi dua lajur jalan raya sebelum akhirnya berhenti di tempat yang aman. Di mata para pengemudi lain, seolah-olah seekor anjing sedang mengemudikan truk tersebut. Memang, yang terlihat tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada.

Kelihatannya Nabi Elisa dan bujangnya akan segera ditangkap dan dibawa kepada raja Aram. Pasukan Aram telah mengepung kota tempat tinggal Elisa dan bujangnya. Si bujang mengira mereka tentu akan celaka, tetapi Elisa berkata, “Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai [musuh]” (2Raj. 6:16). Setelah Elisa berdoa, bujangnya dimampukan untuk melihat banyaknya kekuatan supernatural yang selalu siap siaga melindungi mereka.

Tidak semua situasi yang kelihatannya sia-sia selalu seperti itu kenyataannya. Apabila kita merasa kelabakan dan tak berdaya, ingatlah bahwa Allah senantiasa menyertai kita. Dia dapat memerintahkan “malaikat-malaikat-Nya . . . untuk menjaga [kita] di segala jalan [kita]” (Mzm. 91:11). —Jennifer Benson Schuldt

Ya Allah, izinkan aku melihat sekilas kuasa-Mu hari ini. Tolonglah aku untuk percaya bahwa Engkau rela dan sanggup menolongku dalam situasi apa pun yang kuhadapi.

Kenyataan yang ada selalu lebih baik daripada yang kelihatan ketika kita mengingat bahwa Allah senantiasa menyertai kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 7-9; Matius 3

Artikel Terkait:

Setahun Penuh Aku Menganggur Akibat Salah Memilih, Inilah Kisahku Mencari Pekerjaan

Aku mengundurkan diri dari pekerjaanku sebelumnya yang super nyaman. Aku pikir ini adalah sebuah strategi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Namun, keputusan ini membuatku menganggur selama setahun. Situasi ini mengajariku beberapa hal.

Baca kisah Claudya Elleossa selengkapnya di dalam artikel ini.

Cincin Meterai

Kamis, 29 Desember 2016

Cincin Meterai

Baca: Hagai 2:16-24

2: 16 “Maka sekarang, perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya! Sebelum ditaruh orang batu demi batu untuk pembangunan bait TUHAN,

2:17 bagaimana keadaanmu? Ketika orang pergi melihat suatu timbunan gandum yang seharusnya sebanyak dua puluh gantang, hanya ada sepuluh; dan ketika orang pergi ke tempat pemerasan anggur untuk mencedok lima puluh takar, hanya ada dua puluh.

2:18 Aku telah memukul kamu dengan hama dan penyakit gandum dan segala yang dibuat tanganmu dengan hujan batu; namun kamu tidak berbalik kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN.

2:19 Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya–mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah

2:20 apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat!”

2:21 Maka datanglah firman TUHAN untuk kedua kalinya kepada Hagai pada tanggal dua puluh empat bulan itu, bunyinya:

2:22 “Katakanlah kepada Zerubabel, bupati Yehuda, begini: Aku akan menggoncangkan langit dan bumi

2:23 dan akan menunggangbalikkan takhta raja-raja; Aku akan memunahkan kekuasaan kerajaan bangsa-bangsa dan akan menjungkirbalikkan kereta dan pengendaranya; kuda dan pengendaranya akan mati rebah, masing-masing oleh pedang temannya.

2:24 Pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, Aku akan mengambil engkau, hai Zerubabel bin Sealtiel, hamba-Ku–demikianlah firman TUHAN–dan akan menjadikan engkau seperti cincin meterai; sebab engkaulah yang Kupilih, demikianlah firman TUHAN semesta alam.”

Aku . . . akan menjadikan engkau seperti cincin meterai; sebab engkaulah yang Kupilih, demikianlah firman Tuhan. —Hagai 2:24

Cincin Meterai

Ketika pertama kalinya berkenalan dengan seorang teman dari luar negeri, saya tertarik pada logatnya yang sangat bagus dan sebuah cincin yang terdapat pada jari kelingkingnya. Belakangan saya mengetahui bahwa cincin itu bukan sekadar perhiasan. Sebuah lambang yang terukir pada cincin itu menunjukkan tempatnya dalam silsilah keluarganya.

Cincin teman saya itu mirip dengan cincin meterai—bisa jadi seperti yang disebutkan dalam kitab Hagai. Dalam kitab Perjanjian Lama yang singkat itu, Nabi Hagai menyerukan kepada umat Allah untuk membangun kembali bait Allah. Mereka pernah dibuang dan sekarang sudah kembali ke tanah air mereka, tetapi ketika mereka mulai membangun kembali, pertentangan dari para musuh membuat proyek itu terhenti. Pesan dari Hagai meliputi janji Allah kepada Zerubabel, bupati Yehuda, yang menyatakan bahwa ia telah dipilih dan dijadikan seperti cincin meterai.

Pada zaman kuno, cincin meterai digunakan sebagai pengenal identitas seseorang. Untuk menandai sesuatu, mereka tidak membubuhkan nama sebagai tanda tangan, tetapi mencetak cincin mereka yang telah dibubuhkan ke lilin panas atau tanah liat yang lembek. Sebagai anak-anak Allah, kita juga menandai kehadiran kita di dunia ini dengan menyebarkan Injil, membagikan anugerah-Nya kepada sesama, dan bekerja meringankan beban orang lain.

Setiap dari kita memiliki cap tersendiri yang memperlihatkan bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah dan menunjukkan paduan unik dari karunia, kegemaran, dan hikmat yang kita miliki. Kita menerima panggilan dan hak istimewa untuk berperan sebagai cincin meterai Allah di tengah dunia ini. —Amy Boucher Pye

Ya Allah Bapaku, hari ini, tolonglah aku mengenali identitasku yang sejati sebagai ahli waris-Mu. (Lihat Lukas 15).

Kita adalah ahli waris dan duta Allah yang dipanggil untuk membagikan kasih-Nya kepada dunia.

Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 9-12; Wahyu 20

Artikel Terkait:

Ketika Tes Kepribadian Membuatku Kehilangan Identitas

Apakah kamu seorang INTJ, ENTP, ISFP, atau yang lainnya? Jangan khawatir jika belum pernah mendengar singkatan ini. Sudah waktunya kita melihat kembali kelebihan dan kelemahan sebuah tes kepribadian.Baca kesaksian Gabrielle saat tes kepribadian membuatnya kehilangan identitas.