John Babler adalah pembina rohani bagi kesatuan polisi dan pemadam kebakaran di lingkungannya di Texas. Sepanjang 22 Minggu masa sabatikalnya, ia mengikuti pelatihan di akademi kepolisian agar dapat lebih memahami beragam situasi yang dihadapi aparat penegak hukum.
Baru-baru ini tanpa sengaja saya menemukan beberapa jurnal yang saya tulis semasa kuliah. Setelah membacanya lagi, saya menyadari bahwa perasaan saya terhadap diri sendiri saat itu sangat jauh berbeda dengan perasaan saya saat ini.
Pada tahun 2002, beberapa bulan setelah saudari saya, Martha, dan suaminya, Jim, meninggal dunia dalam kecelakaan, seorang teman mengundang saya mengikuti lokakarya “Growing Through Grief” (Bertumbuh Melalui Dukacita) di gereja kami.
Pulau Lord Howe adalah surga kecil di lepas pantai timur Australia dengan pantai yang berpasir putih dan airnya sebening kristal. Ketika berkunjung ke sana beberapa tahun yang lalu, saya terpana oleh keindahannya.
“Kita telah menciptakan lebih banyak informasi yang pernah ada dalam 5 tahun terakhir daripada yang ada di sepanjang sejarah manusia, dan informasi itu tidak henti-hentinya kita terima”
Ketika sang pendeta berkhotbah pada pemakaman seorang veteran perang yang lanjut usia, ia membahas tentang di mana kemungkinan almarhum berada. Namun, bukannya menjelaskan bagaimana orang dapat mengenal Allah,
Saat mendengar kata perlindungan, saya tidak otomatis mengaitkannya dengan sayap burung. Meski sayap burung terlihat seperti bentuk perlindungan yang rapuh, ada kelebihan lain yang tidak dapat dilihat langsung.
Saya ingat wajah ayah saya. Sulit ditebak. Ia seorang pria yang baik, tabah, dan mandiri. Sebagai anak, saya sering memperhatikan wajahnya, mencari senyuman, atau sesuatu yang menunjukkan kasihnya.
Seorang wartawan Australia yang dipenjara selama 400 hari di Mesir mengekspresikan emosinya yang campur aduk saat ia dibebaskan. Ketika mengungkapkan kelegaannya, ia mengatakan bahwa ia bersyukur atas kebebasannya