Papa Mama, Terima Kasih untuk Teladan Kalian

Oleh Jonathan Marshell Kevin, Jakarta

“Mam, aku lulus mam!”

Aku menelepon Mama setelah aku dinyatakan lulus sidang akhir. Saat itu Mama sedang berdoa. Setelah dia mengangkat teleponku, aku mendengar suara Mama dengan nada terharu. Dia menangis.

Saat aku sampai di rumah, Mama terlihat bahagia. Pandangannya seakan berkata: “Kita sudah melewati satu tahap perjuangan iman bersama, Nak.” Mama memelukku dan kami pun berdoa.

Kemudian Mama bercerita tentang apa yang dia rasakan saat kali pertama mengantarkanku ke universitas yang menjadi tempat studiku. Saat Mama menungguku di student-lounge, dia sempat berpikir: “Gimana bayarnya kalau kuliah di sini?” Kampus yang kupilih saat itu adalah kampus swasta yang terkenal mahal.

Sejak kelas 2 SMA dulu, aku tertarik untuk kuliah di bidang teknik dan sempat juga ingin masuk kedokteran. Saat penjurusan, aku pun memilih IPA. Tapi, karena aku takut melihat jenazah, aku mengurungkan niatku masuk kuliah kedokteran. Pilihan hatiku jatuh pada Mechatronics Engineering, fakultas yang saat itu hanya ada di kampus swasta yang kupilih sekarang. Fakultas ini sangat menarik untukku karena di sana aku akan belajar tentang automation system, robotic, dan lain-lain. Teknologi-teknologi itulah yang banyak diterapkan di perusahaan-perusahaan sekarang. Saat itu aku tidak memikirkan masalah biaya.

Hasil seleksi masuk pertama di universitas swasta itu keluar, dan ternyata aku gagal. Aku sedih dan kecewa. Sampai suatu ketika, seorang temanku yang kuliah di Korea memberitahuku kalau di sana juga ada Mechatronics Engineering. Aku berdiskusi dengan Mama mengenai kesempatan ini. Meski ragu karena jarak yang jauh, Mama setuju. Aku coba mendaftarkan diri.

Setelah melalui tes tertulis dan wawancara, aku diterima. Tentu aku senang karena bisa diterima dan ditambah lagi dapat beasiswa 40%. Beasiswa itu akan ditingkatkan hingga 100% jika aku berprestasi di sana. Tapi, kesenangan itu tidak lama karena tuition fee yang harus dibayarkan sebelum berangkat melampaui kemampuan keluargaku. Jujur aku kecewa. Namun, aku tahu bahwa Papa dan Mama sudah mencoba memberikan yang terbaik buatku. Mereka menguatkanku bahwa aku harus terus berjuang. “Kalau memang itu sejalan dengan rencana Tuhan, pasti Tuhan buka jalan,” kata mereka.

Akhirnya, aku pun mencoba kembali mendaftar ke kampus swasta yang awalnya aku gagal. Di tes kedua ini aku diterima. Tapi, keraguan yang Mama pikirkan waktu mengantarku ujian itu benar terjadi. Keluargaku cukup sulit untuk membayar uang semesteran. Aku mendapat surat peringatan beberapa kali, didenda, dan diancam tidak ikut ujian akhir.

Salah satu kejadian yang tak terlupakan adalah saat aku duduk di semester 3. Aku bilang ke Mama, “Mam, aku pindah aja ya? Kuliah di sini terlalu mahal.”

Kami pun menangis waktu itu. Tapi, Mama akhirnya menanggapiku dengan bijak. Dia memberikan argumen dan pertimbangan tentang pilihan yang ada, apakah itu aku tetap bertahan atau pindah ke universitas lain yang lebih terjangkau biayanya. Setelah mempertimbangkannya dalam suasana yang lebih tenang, aku memutuskan tetap lanjut kuliah di sini. Yang bisa kami lakukan hanyalah berdoa seraya tetap berusaha.

Untuk mencukupi kebutuhan kuliahku, orang tuaku berjuang ekstra. Papa menjajal usaha-usaha lain seperti berjualan bahan kimia untuk semen, mesin fotokopi dan lainnya. Aku pun belajar untuk menjalani kuliahku dengan sungguh-sungguh. Aku bukanlah anak yang pintar. Aku membutuhkan waktu lebih lama untuk menguasai sebuah mata kuliah. Tapi, aku bersyukur karena Tuhan mengaruniakanku kerajinan sehingga akhirnya aku bisa mendapatkan beasiswa hingga semester 7 karena indeks prestasiku masuk dalam kategori 3 terbesar di kelas.

Sekarang, puji Tuhan karena studiku telah selesai. Aku lulus dari sidang akhir dan mendapatkan nilai A. Semuanya karena anugerah Tuhan.

Kalau aku melihat kembali kisahku ke belakang, ada satu hal yang ingin aku sharing-kan kepadamu. Hidup itu tidak pernah mudah. Banyak kejadian yang membuatku ragu, apakah aku bisa menyelesaikan kuliahku di sini? Orang bilang kalau hidup itu kadang di atas, kadang di bawah. Tapi, dari apa yang kulewati, aku merasa mengapa aku selalu di bawah? Kapan aku naik ke atas?

Tapi, papa dan mamaku selalu mengingatkanku bahwa jangan pernah lupa kalau Tuhan selalu ada untuk mengawasi kita. Mereka mengajariku untuk sepenuhnya bergantung pada Tuhan. Ketika studiku mengalami kendala, mereka berdoa untukku. Mereka menguatkanku untuk tidak minder dan larut dalam kesedihan.

Aku bersyukur karena Tuhan menempatkanku dalam keluarga ini. Keluarga yang mungkin tidak seberuntung keluarga yang lain, tapi aku tahu bahwa papa dan mamaku adalah orang yang sangat taat dan selalu mengandalkan Tuhan. Aku belajar banyak dari cara mereka melihat masalah, menyikapi masalah, beriman, dan menyerahkan hidup untuk melayani Tuhan.

Memang Tuhan tidak menjanjikan hidup yang mudah untuk dijalani, tapi Dia menjanjikan penyertaan-Nya yang selalu ada, saat melalui situasi tersulit sekalipun. Tuhan telah membuktikan penyertaan-Nya kepadaku dan keluargaku sampai aku bisa menyelesaikan kuliahku. Aku percaya bahwa Tuhan yang sama juga akan menyertai hidupmu.

Baca Juga:

Jawaban Mengejutkan dari Temanku Ketika Aku Curhat tentang Kekecewaanku pada Tuhan

Jauh dari Tuhan membuat hidupku semakin hancur dan membuatku semakin mudah marah dan stres. Sampai suatu kali, aku curhat via LINE dengan seorang temanku. Aku berkata padanya bahwa aku kecewa pada Tuhan. Namun, satu jawaban dari temanku itu mengubah pemikiranku.

Bagikan Konten Ini
17 replies
  1. Debora
    Debora says:

    So touch my heart and wanna cry karena perjuangan mengikut Tuhan tidak selalu menjaminkan kesenangan.. But He’s always with us. Pernah mengalami itu jg, but Tuhan Yesus baik dan dukungan mama sangat menguatkan. My mom used to say “wherever He puts you, He’ll guarantee you everything and until the end”

  2. jeny
    jeny says:

    Thanks God . He is good.
    Benar sekali . Dalam perjuangan atas segala sesuatu. Atas kerja. Bisnis. Impian. Sungguh melibatkan Tuhan dalam hidup kita akan membuahkan sesuatu yang manis. Benang warna warni tentang penderitaan dan kesungguhan ketika selesai di rajut. Akan menjadi sangat indah. God bless u all. Thanks for sharing

  3. Rani Karter Rau
    Rani Karter Rau says:

    ‘Memang Tuhan tidak menjanjikan hidup yang mudah untuk dijalani, tapi Dia menjanjikan penyertaan-Nya yang selalu ada, saat melalui situasi tersulit sekalipun…’ Amin

  4. Ticha Chandra
    Ticha Chandra says:

    ???? orang tua adlh tmpat d mana qta mmandang Tuhan yg penuh Kasih n Kemurahan… God is Good and Mom, Dad is Good.. always stay in the way… whatever our problem, Jesus will open the way and mom and Dad always pray the best for her children.amin

  5. Elman Manurung
    Elman Manurung says:

    Terima Kasih buat perenungan nya.

    Hal ini sama dengan yang saya alami saat ini, ssaya sangat bersyukir bisa membaca nya langsung. Saya terkadang lupa bahwa TUHAN ada disamping saya untuk mengawasi saya. Trima kasih sekali lagi. Aku akan lebih bersyukur untuk sgla sesuatunya karna TUHAN tidak akan pernah meninggalkan ku sendiri.
    GOD BLESS

  6. Septinia Alriska Aris
    Septinia Alriska Aris says:

    Yesus terlebih besar dari setiap persoalan dan masalah yang kita alami ????????

  7. Novi Asri Sitinjak
    Novi Asri Sitinjak says:

    Trimaksih banyak untuk sharingnya saudara ku.
    Hal yang sama sedang ku alami saat ini, di semester pertama kuliah program master kimia yang sedang ku jalani.
    Walaupun ini salah satu impian ku bisa kuliah master di luar negeri, tapi jujur, ini sangat berat bagi ku.
    Bersyukur diingatkan bahwa, Tuhan yang menghantarkan aku ke sini dan menyertai kamu sampai menyelesai kuliahmu, adalah Allah Bapa yang sama menyertai ku mengerjakan bagian ku di sini juga.
    Trimaksih untuk kesaksianmu.
    Semoga kisah ini juga turut menguatkan saudara2 lainnya.
    Tuhan memberkati..

  8. Novi Asri Sitinjak
    Novi Asri Sitinjak says:

    Selalu mengingat bahwa aku di sini ialah bagian dari rencana Tuhan bagi kemuliaanNya, akan menguatkan di situasi dan kondisi sulit seperri saat ini.
    Satu lagi, “warisan iman” berupa teladan ketaatan dan pengandalan Tuhan yang ditunjukkan oleh orang tua juga turut mengingatkan ku.

    Setialah selalu kepada Tuhan.
    Tuhan menyertai kita anak-anakNya.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *