Saat Tuhan Mengajarku untuk Mengasihi Keluarga yang Berbeda Iman Dariku

Oleh Stephanie*, Sidoarjo

Kasih. Sepertinya kata ini bukanlah kata yang asing di telinga kita sebagai orang Kristen. Di Alkitab, dalam khotbah-khotbah, persekutuan, dan juga di dalam buku-buku seringkali kata kasih dan perintah untuk mengasihi ini disebutkan. Tapi, mempraktikkan kasih tentu tidak semudah membacanya. Inilah yang kualami ketika Tuhan mengajarku untuk mengasihi keluarga besar dari ayahku yang berbeda iman dari kami.

Melalui tulisan ini, izinkanlah aku untuk menceritakan sedikit tentang perjalanan dan teladan hidup ayahku.

Ayahku dilahirkan bukan di keluarga Kristen di mana seluruh keluarganya tidak mengenal Tuhan Yesus. Namun, tanpa sepengetahuan keluarga, waktu itu kakak pertama ayahku diam-diam menerima Tuhan Yesus dan setelah beberapa lama barulah kakaknya itu berani berkata jujur kepada keluarganya tentang identitas barunya. Reaksi yang didapatkannya waktu itu adalah penolakan.

Suatu ketika, ayahku secara tidak sengaja menyukai seorang perempuan Kristen yang ternyata adalah teman satu gereja dari kakak ayahku. Kepada kakaknya, ayahku minta supaya dia dikenalkan dengan perempuan itu. Akhirnya, untuk pertama kalinya ayahku pergi ke gereja bersama kakaknya untuk melihat perempuan yang dia sukai. Sejak saat itu, ayahku jadi rajin ke gereja secara diam-diam walaupun dengan motivasi yang sebenarnya tidak rohani.

Dalam sebuah ibadah, gembala sidang di gereja itu menawarkan baptisan bagi siapapun yang rindu untuk mengenal Tuhan lebih lagi. Entah mengapa, ayahku yang waktu itu ke gereja hanya karena motivasi untuk mendekati seorang perempuan pun menerima tawaran itu. Singkat cerita, ayahku pun dibaptis dan dia bertutur bahwa setelah dibaptis, dia merasakan ada kedamaian yang luar biasa. Kedamaian itu didapat bukan semata-mata karena dia telah menerima baptisan, tetapi karena Tuhan Yesus sekarang hadir dalam kehidupannya.

Keputusan ayahku untuk menjadi seorang pengikut Yesus pun menimbulkan penolakan dari keluarga besarnya. Ayahku pun meninggalkan rumahnya dan pergi menuju kota lain. Di sana dia belajar dan dibimbing oleh seorang hamba Tuhan yang kemudian menjadi ayah rohaninya. Seiring waktu berlalu, iman ayahku semakin mantap dan enam bulan setelahnya ayahku memutuskan menyerahkan hidupnya menjadi seorang hamba Tuhan dan masuk ke sekolah Theologia.

Meski keputusan ayahku untuk menjadi pengikut Yesus membuatnya tertolak dari keluarganya, tapi ada satu hal yang membuat keluarganya menjadi bertanya-tanya. Ayahku tidak pernah patah semangat untuk terus mengasihi keluarganya. Waktu itu, walaupun keluarganya tetap menolak kehadirannya, ayahku tetap menyempatkan diri untuk bisa hadir di tengah keluarganya.

Lambat laun, penolakan tersebut melunak tatkala keluarganya melihat ada perubahan hidup yang dialami oleh ayahku. Ayahku yang dulunya adalah perokok berat ternyata bisa berhenti merokok. Ketika berkata-kata pun, kata-kata yang dilontarkan oleh ayahku adalah kata-kata yang penuh kasih. Ketika ayahku diejek oleh orang-orang yang menolaknya, ayahku tidak pernah membalasnya.

Melihat teladan inilah beberapa anggota keluarga ayahku pun menjadi penasaran dan mulai mengajak ayahku berdiskusi. Puji Tuhan, karena kemurahan-Nya, Ibu dan kedua kakak ayahku lainnya memberi diri mereka untuk mengikut Tuhan Yesus.

Sekarang, dari lima orang bersaudara, hanya dua orang yang belum menyerahkan hidupnya kepada Tuhan Yesus. Ayahku masih terus mendoakan kedua kakakknya dan tak lupa mengajak kami, istri dan anaknya untuk juga berdoa bagi mereka.

Aku mengucap syukur karena walaupun mengasihi orang yang tidak sepaham denganku itu adalah praktik yang sulit, tapi ayahku telah memberikan teladan yang nyata buatku. Mengasihi itu bukan sekadar ucapan, melainkan sebuah tindakan. Dan, ayahku mampu mengasihi karena dia sudah terlebih dahulu dikasihi oleh Tuhan Yesus dan Dia sendirilah yang memampukan ayahku untuk meneruskan kasih itu kepada keluarganya.

Walaupun di keluarga besar ayahku saat ini masih ada yang belum percaya kepada Tuhan Yesus, namun aku bersyukur karena kasih yang dipupuk oleh ayahku itu boleh merekatkan keluarga besarnya. Saat hari Natal tiba, biasanya keluarga besar ayahku akan berkunjung ke rumahku dan kami pun bersukacita bersama.

Aku teringat akan sebuah ayat Alkitab yang ditulis dalam Efesus 2:8-9 yang berbunyi demikian:

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”

Bila sampai hari ini kita bisa percaya dan mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan, itu bukanlah karena keinginan kita pribadi, melainkan karena iman yang diberikan oleh Allah di dalam hati kita. Keselamatan yang kita dapatkan saat ini adalah karya Allah sendiri untuk kita, bukan karena usaha kita semata.

Sampai saat ini, ayahku tidak pernah kenal lelah untuk terus mendoakan, mengasihi, dan menciptakan peluang untuk menceritakan tentang Yesus kepada anggota keluarganya yang lain yang belum mengenal Tuhan Yesus.

Melalui kesaksian hidup ayahku, Tuhan Yesus mengajarku untuk mengasihi semua orang tanpa memandang bulu. Dan, salah satu langkah sederhana yang bisa kulakukan untuk mulai mengasihi mereka adalah dengan berdoa untuk mereka. Aku bisa mendoakan supaya hal-hal baik boleh terjadi atas mereka, dan tentunya supaya hati mereka juga dilembutkan untuk bisa mengenal dan merasakan kasih Tuhan.

*bukan nama sebenarnya

Baca Juga:

Kapan Terakhir Kali Kamu Menikmati Waktu Luangmu?

Aku dan suamiku sangat sibuk. Tapi, suatu ketika, kami memutuskan untuk berhenti sejenak dan menikmati coffee-break. Sedikit waktu yang kami luangkan ini pada kenyataannya mampu menghangatkan relasi kami yang sempat renggang karena kesibukan masing-masing.

Bagikan Konten Ini
9 replies
  1. Lazarus Lukas
    Lazarus Lukas says:

    Baptis
    *buat admin @warungsatekamu saya hanya mau menjelaskan ayat tentang cara baptis mungkin doktrin ini berbeda dengan mayoritas aliran yg ada di sini tolong akun saya jangan di blokir lagi ya.
    Dasar yg digunakan oleh pendukung baptis selam itu terdapat di Kisah Para Rasul 8 : 26-40 ayat 38-39 tertulis ‘Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.’ arti turun ke dalam air bukan artinya selam. Mereka ada di dalam perjalanan dari Yerusalem ke gaza dan menemukan tempat yg ada air seperti kolam kemudian keduanya masuk ke dalam air, maksud masuk ke dalam air bukan artinya di tenggelamkan atau di selamkan karena tidak ada satu ayatpun yg menjelaskan praktek selam ini di alkitab. Lalu yg jadi pertanyaannya bagaimanakah kita dalam menerima baptisan? tirulah cara baptis Yohanes kepada Tuhan Yesus. Dalam Lukas 3 ayat 21 tertulis ‘ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit.’ posisi Tuhan Yesus ketika berdoa pada saat itu sedang berlutut, seperti itulah Yohanes membaptis Tuhan Yesus, caranya dengan membasuh air ke kepala Tuhan Yesus kemudian Yohanes memohon berkat hidup kudus kepada Tuhan. Ini adalah baptisan yg berasal dari sorga. Kenapa Yohanes membaptis Tuhan Yesus? karena Tuhan Yesus sendiri yg memintanya. Lalu timbul pertanyaan kenapa bayi di baptis? karena begitu anak manusia dilahirkan ke bumi wajib dikenalkan kepada jalan Yesus yg kudus supaya bayi ini dalam perjalanan hidupnya menangung kuk yg berasal dari Tuhan Yesus. Apakah dengan cara di selam? tidak ada satu ayatpun yg memerintahkan baptis di selam, seandainya bayi diselamkan ke air dari pandangan medis sangat berbahaya bisa gagal nafas. Lalu bagaimana cara baptisnya? boleh di percik, boleh dibasuh ke kepalanya sambil berdoa memohon berkat hidup kudus kepada Tuhan Yesus. Apakah ketika dewasa di baptis lagi? jawabNya manusia hanya di baptis sekali seumur hidup dalam hidupnya, jika dia berasal dari keluarga Kristen maka ketika bayi adalah waktu dia di baptis, sedangkan ketika dia berasal dari anak domba yg hilang atau non kristen maka saat dia bertobat disitulah dia dibaptis untuk menerima Kristus dalam rohnya. Sedangkan bagi remaja/dewasa yg tumbuh dalam ajaran Kristus di wajibkan untuk meneguhkan imannya dalam ajaran Kristus dengan belajar kepada pendeta. Setelah memiliki bekal ilmu ajaran Kristus maka roh kudus yg membasuh rohnya bukan dengan air tapi dengan roh kudus karena Tuhan Yesus itu adalah Bapa Roh. Seperti itulah proses yg Tuhan Yesus kehendaki dilakukan manusia, jadi jangan banyak ngarang ujung-ujungnya ajaran manusia, lebih baik pegang alkitab pelajari lagi ajaran Kristus yg kudus. Saya hanya membantu menuliskan dan menjelaskan, semoga pada akhirnya kita temukan kunci kerajaan Sorga dengan memiliki pengharapan, iman dan kasih seperti yg Tuhan Yesus kehendaki. Tuhan Yesus memberkati

  2. Yohanes Markus
    Yohanes Markus says:

    @stevanie caranya mau tau?
    ketika berperang, prajurit yg pintar pasti incar jenderal perang musuhnya. maka lakukanlah seperti itu. manusia itu terdiri dari tubuh dan roh, jika kamu hanya mempengaruhi tubuh dan pikirannya maka ilmu agamanya akan jauh mengalahkanmu. Contohnya kata non Kristen, Tuhan orang kristen itu tiga. mereka tidak tau, Di sorga Tuhan orang Kristen itu satu, tapi ketika turun ke bumi Tuhan turun dengan 3 wujud. 1 sebagai Tuhan pencipta langit dan bumi, 1 sebagai Tuhan yg Turun sebagai anak manusia, 1 sebagai roh yg berasal dari Tuhan yaitu roh kudus. Tapi ketika kamu mau mengalahkannya dengan ilmu agamanya maka sentuhlah rohnya, kamu sudah mengenal kasih. sentuhlah rohnya dengan kasih Tuhan Yesus. Tunjukkan pengharapan yg Tuhan Yesus ajarkan, intinya itu harus tekun dan sabar. jadi gak bisa instan, semua butuh proses. Satu hal yg penting, ajaran yg kamu ajarkan itu harus sesuai alkitab dan ajaran Kristus, saya sedang mempelajari doktrin-doktrin gereja, banyak yg ajaran manusia, jadi hati-hati. Itu saja sih menurut saya. Semoga berhasil

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *