Manakah yang Lebih Baik, Menikah atau Tetap Single?

manakah-yang-lebih-baik-menikah-atau-tetap-single

Oleh Poh Fang Chia, Singapura

Artikel asli dalam bahasa Inggris: Is It Better To Be Married or To Stay Single?

Topik seputar pernikahan nampaknya menjadi sesuatu yang hangat dibicarakan di mana-mana. Sebagai seorang single, kadang itu membuatku jadi penasaran dan bertanya. Hal apakah yang bisa mendorongku melepas status singleku untuk terikat dalam pernikahan dengan seseorang?

Coba kita berpikir realistis sejenak. Kita asumsikan bahwa umumnya hubungan pacaran itu berlangsung selama tiga tahun. Di tengah kehidupan yang sangat sibuk ini, jika sepasang kekasih itu bisa meluangkan waktu bertemu seminggu sekali saja sepertinya sudah bagus. Tapi, jika memang berlaku demikian, berarti dalam tiga tahun pacaran, pasangan itu hanya bertemu tatap muka dan saling mengenal selama 156 hari! Padahal seumur hidupku sendiri, aku telah menjalani 13.870 hari sebagai single.

Selain itu, aku juga memikirkan tentang bagaimana caranya dua orang dengan latar belakang, budaya, dan kehidupan yang berbeda itu menjadi satu. Memikirkan bagaimana caranya berubah dan menyesuaikan diri saja sudah cukup membuat kepalaku pusing.

Mungkin aku seorang yang ragu terhadap sebuah komitmen. Atau, mungkin juga seperti yang temanku pernah katakan, yaitu aku memang belum menemukan sosok pria yang tepat. Tapi, apapun alasannya, aku tahu bahwa Tuhan akan mengubah diriku apabila menikah memang adalah bagian dari rencana-Nya dalam hidupku. Tapi, semakin aku berpikir, semakin pula aku merasa bahwa pernikahan itu berasal dari surga.

Pendapatku tentang pernikahan

Terkadang, aku merasa bahwa pernikahan malah membuat kita kehilangan lebih banyak daripada apa yang seharusnya kita dapat. Rasa-rasanya pernikahan itu malah membatasi dunia kita.

Hal inilah yang kurasakan ketika ada pria-pria yang menyukaiku. Aku merasa jika aku menjalin hubungan dengan mereka, hidupku yang semula bebas dan penuh banyak kesempatan akan menyempit dan terbatas.

Aku menyadari bahwa setiap orang memiliki sisi dalam dirinya yang tidak dapat diubah. Ada komitmen pribadi dan visi kehidupan yang tidak dapat diingkari. Oleh karena itu, dalam memilih pasangan hidup aku perlu berhati-hati. Aku tidak mau menghabiskan hidupku bersama pasangan yang tidak dapat menerima bagian dari diriku yang tidak bisa kuubah. Aku juga tidak mau terjebak dalam situasi di mana aku dan pasanganku tinggal bersama, namun hati dan impian kami masih terpisah. Aku tidak ingin kehidupan kami nanti terpisah walaupun sejatinya sudah menikah.

Pemahamanku tentang pernikahan

Namun, aku juga percaya bahwa ada keajaiban dalam sebuah pernikahan, itulah yang disebut sebagai sebuah transformasi atau perubahan.

Dalam pernikahan, dua kehidupan yang berbeda akan membaur bersama. Dua insan dengan latar belakang berbeda akan hidup dan mengarungi masa depan bersama. Mereka tetaplah dua pribadi yang berbeda, tapi mereka telah menjadi satu. Pernikahan bukan membuat hidup mereka menjadi sempit dan penuh batas, melainkan dari pernikahan lahir sebuah pengertian dan kesadaran untuk saling mengerti satu sama lain.

Hanya dalam sebuah pernikahan, komitmen dua menjadi satu itu akan membawa mereka menyelami kehidupan lebih dalam. Ibarat roti dan ragi, dua kehidupan yang berbeda itu akan menjadi khamir, atau menyatu sempurna. Komitmen dalam pernikahan juga membuat perjalanan hidup seseorang jadi lebih kaya dan bermakna lewat segala kerumitan-kerumitan yang terjadi setiap harinya. Mereka juga belajar untuk tidak menjadi egois. Tidak ada relasi apapun di dunia ini selain pernikahan yang dapat menguji kesetiaan dan kepuasan sejati antar pasangan.

Kadang, pernikahan seolah tampak bukan sesuatu yang logis. Dua pribadi menjadi satu, namun mereka dapat menghasilkan karya yang jauh lebih besar daripada ketika mereka seorang diri.

Karena itu, temanku pun mengucapkan sebuah kalimat:

Pernikahan adalah sebuah keajaiban.
Secara ajaib, dua insan yang adalah laki-laki dan perempuan, berubah dan dikuduskan menjadi satu dalam hubungan suami istri.

Pengertian Alkitab tentang pernikahan

Surat Paulus kepada jemaatnya di Korintus adalah dasar dari pendapatku mengenai pernikahan dan masa single.

Dalam 1 Korintus 7:8-9, Paulus menasihati kita bahwa lebih baik untuk tidak menikah karena kita bisa mempunyai kesempatan lebih untuk melayani Kristus tanpa diliputi banyak kekhawatiran (7:32-35). Tapi, walaupun pernikahan seolah dianggap sulit, memilih untuk menikah dengan tulus jauh lebih baik dibandingkan hidup di dalam hawa nafsu.

Paulus memberikan tiga alasan umum mengapa orang yang belum menikah lebih baik untuk tetap tidak menikah.

Pertama, orang yang tidak menikah memiliki masalah sehari-hari yang lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang sudah menikah (1 Korintus 7:25-28).

Kedua, di akhir zaman ini, orang Kristen tidak boleh membiarkan hidupnya dikuasai oleh pernikahan maupun hal-hal duniawi. Fokus utama orang Kristen adalah Kristus dan kekekalan (1 Korintus 7:29-31).

Ketiga, pernikahan menghasilkan tanggung jawab duniawi dan membuat fokus seseorang terbagi-bagi. Tapi, mereka yang memilih untuk tidak menikah dapat mengabdikan hidup mereka seutuhnya untuk melayani Kristus (1 Korintus 7:32-35).

Tiga alasan itu membuat aku bertanya pada diriku sendiri: Mengapa Tuhan merancangkan sebuah pernikahan jika memang sudah jelas bahwa pernikahan itu membawa kerugian?

Tapi, aku menyadari bahwa sesungguhnya 1 Korintus 7 sedang membahas mengenai dunia dan manusia yang jatuh ke dalam dosa. Oleh karena itu, aku menarik kesimpulan bahhwa pernikahan Kristen adalah pernikahan yang dirancang untuk jadi kesaksian yang kuat tentang Yesus Kristus, sebagai wujud demonstrasi kasih Allah kepada dunia ini.

Pernikahan Kristen yang sejati bukan terjadi secara otomatis karena dua orang Kristen memilih untuk menikah, ataupun karena pernikahan itu diberkati di gereja. Pernikahan Kristen adalah sesuatu yang lebih besar daripada sekadar mencari pasangan hidup yang sepadan.

Inilah pemahamanku yang baru tentang apa yang Paulus tuliskan dalam 1 Korintus 7.

Ya, orang yang tidak menikah memang memiliki masalah sehari-hari yang lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang menikah. Namun, fakta bahwa berdua lebih baik daripada seorang diri juga benar adanya. Pasangan yang hidup bersama dapat mengatasi masalah sehari-hari dengan lebih baik.

Ya, kita hidup di akhir zaman, orang Kristen tidak boleh membiarkan hal-hal duniawi menguasai hidupnya. Prioritas utama sebagai orang Kristen adalah Kristus dan kekekalan, dan kedua hal ini berlaku baik bagi orang yang menikah ataupun tidak.

Ya, pernikahan akan memberikan tanggung jawab duniawi dan membuat fokus seseorang terbagi-bagi. Mereka yang memilih untuk tidak menikah dapat membaktikan seluruh kehidupannya untuk melayani Kristus. Akan tetapi, adalah sesuatu yang juga benar apabila dua orang yang memutuskan menikah itu menghidupi misi ini bersama-bersama. Tentu hasil yang dihasilkan akan jadi lebih besar. Suami dan istri harus menghidupi hari-hari mereka untuk melayani Kristus. Pemahaman ini membawa kita pada pandangan yang lebih luas tentang ladang pelayanan. Sebagaimana dunia ini adalah ladang pelayanan, demikian juga rumah dan keluarga kita.

Kalimat penutup

Aku masih harus banyak belajar tentang pernikahan, masa single, dan juga tentang hubungan.

Baca Juga:

Pekerjaanku Bukanlah Passionku, Tapi Inilah Cara Tuhan Membentukku

Ketika aku diwisuda pada September 2015, kupikir itu adalah momen yang paling berbahagia dalam hidupku. Aku membayangkan akan masa depanku yang cerah setelah menyandang gelar sarjana. Aku bisa bekerja di perusahaan-perusahaan bonafide. Tapi, momen bahagia itu perlahan pudar menjadi hari-hari penuh perjuangan tatkala aku harus bergumul mencari pekerjaan selama hampir tujuh bulan.

Bagikan Konten Ini
14 replies
  1. Kevin fadli sahal mawuntu
    Kevin fadli sahal mawuntu says:

    Puji Tuhan, saya terberkati dengan artikel ini. Gbu Jesus love u all

  2. Henny
    Henny says:

    Thanks, artikel ini memberkati sekali. aku sempat baca ayat di 1 korintus 7 dan merasa galau apa memang menikah itu bukan yang terbaik. Lalu kenapa Tuhan menciptakan pernikahan.

  3. Helly Gukguk
    Helly Gukguk says:

    Tetap single. Sampai punya kehidupan yg mapan, karena sumber masalah rumah tangga 80% adalah harta uang. Jujur saja, sulit untuk tidak menikah, manusia punya nafsu, daripada jatuh kedalam dosa lebih baik cari seorang pasangan hidup menikah dengannya. Ini bukan artinya negatif, lebih baik jujur kan selama menikah sekali seumur hidup. Dalam masa pencarian pasangan pun harus teliti, dimulai dari berteman, kemudian menilai calon pasangan, ketika sudah yakin, ya pacaran, setahun kemudian menikah. Pasangan itu butuh orang yang serius, untuk apa lama pacaran tapi gak jelas. Buat jomblowan dan jomblowati di luar sana yg galau belum menikah, masih happy dengan status single, saya hanya berpesan jagalah keperawanan tubuh kalian, dekatkan diri kepada Tuhan, paling penting ingat memilih pasangan hidup itu harus sabar, jangan hanya lihat kulit luarnya, lihat sifatnya, lingkungannya, jangan karena alasan umur sudah mendesak jadi asal-asalan pokoknya manusia, jangan. Ikuti air yg mengalir, biarkan jodoh menunjukkan dirinya, rajin beribadah agar dibukakan jalan. Itu aja sih, mudah-mudahan para jomblowan dan jomblowati tidak galau lagi. Terima kasih sudah membaca tulisan ini sampai habis, kalau masih ada pertanyaan baru silahkan kirim pertanyaan ke helly_gukguk@gmail.com thanks Helly Gukguk

  4. Retnalisa Sinauru
    Retnalisa Sinauru says:

    Terima kasih untuk artikel, sangat bagus. Memang sebelum masuk ke dalam pernikahan, sbgai seorang single harus banyak belajar apa arti pernikahan Kristen yang sebenarnya. 🙂 Gb..

  5. Timotius Yerioh Tanamal
    Timotius Yerioh Tanamal says:

    Sangat terberkati, karena renungan ini aku jd tersadar bahwa masa single ku adalah persiapan diri ku untuk mengarungi kehidupan ku nanti disaat pernikahan agar dapat menjadi panutan bagi pasangan ku

  6. Wasti Rissy
    Wasti Rissy says:

    Single adalah cara Tuhan untuk membuatku mengasihi Tuhan terlebih dahulu, baru mengasihi orang lain.

  7. Dan
    Dan says:

    Menikah, tapi belum dipertemukan pasangan terbaik. Sampai kapan single? hanya Tuhan Yesus yg mengetahuinya.

  8. Dan
    Dan says:

    Menikah, tapi belum dipertemukan pasangan terbaik. Sampai kapan single? hanya Tuhan Yesus yg mengetahuinya

  9. Silvano Rikiputra
    Silvano Rikiputra says:

    Salam kenal ya dan salam damai untuk kita semua

    Kalau saya memutuskan untuk menjadi single dan saya sudah berjanji untuk tidak pacaran, tidak menikah dan tidak berumah tangga sampai Tuhan Yesus panggil

    Saya sudah berapa kali disuruh menikah dan dicarikan jodoh oleh orang tua dan famili saya dan saya juga pernah dicarikan jodoh oleh teman2 saya namun saya selalu menolaknya dengan tegas dan saya selalu bilang bahwa saya tidak mau menikah dan saya ingin menjadi jomblo aja karena saya ingin bebas dan tidak punya tanggung jawab yang lebih berat lagi. Bagi saya tidak menikah itu enak dan bebas mau ngapain aja dan pergi kemana aja tanpa ada yang melarang dan saya bisa hidup sebebas bebasnya

    Selama ini saya fine2 aja dan happy aja dengan status sebagai single dan lagipula diambil aja sisi positive nya saja jadi single itu bisa bebas kemana aja dan bebas mau ngapain aja tanpa ada yang mengikat dan bebas mau pergi kemana aja dan traveling aja

    Namun biarpun saya single namun saya sangat menghormati dan mendoakan teman2 dan keluarga2 saya yg menikah dan saya selalu senantiasa menerima dan melayani permintaan klien2 yang ingin photo prewedding dan photo wedding dengan jasa foto saya

  10. Silvano Rikiputra
    Silvano Rikiputra says:

    Saya tidak pacaran, saya tidak menikah, saya tidak punya istri dan saya tidak berkeluarga namun saya happy dan sangat happy sekali

  11. Natasya Situmorang
    Natasya Situmorang says:

    Aku berstatus single hingga sekarang, tetapi aku tetap berbahagia! Sejujurnya, aku lebih memilih untuk berlajang seumur hidup (walaupun jaman aku SMP, yaitu kelas 7, karena aku pernah sekolah di sekolah internasional dan standar pendidikan sekolah internasional di Singapura dan sekolah negeri di Indonesia emang berbeda, aku desperate banget untuk punya pacar hanya karena perempuan-perempuan lain udah punya pasangan. Hadeehhh!!! karena ketika aku berlajang, aku mempunyai kebebasan dan kemandirian secara fisika, mental, emosional, relasional, kreatif, spiritual dan finansial yg levelnya jauh lebih besar dibanding ketika aku udah menikah, mempunyai anak(-anak) dan keluarga sendiri. Aku bukanlah tipe orang yg suka terhalang oleh larangan. Aku gak suka dipaksa oleh siapapun untuk melakukan hal-hal yg kurang menikmati (menurut aku) dan yg kurang kusukai juga. Aku pun juga percaya bahwa hubungan dengan Allah Bapa kami yg ada di Sorga melewati Tuhan Yesus Kristus udah lebih dari cukup sebab Dia memang menyayangi aku walaupun aku jatuh kedalam dosa dari waktu ke waktu tiap hari dan ketika aku berlajang, waktu yg kupunyai untuk menyembah Tuhan pun juga lebih banyak karena gak terganggu atau terlibat oleh keinginan-keinginan yg berkait oleh mencari jodoh dan menikah!❤. Anyways, artikel ini sangat memberkati untuk saudara-saudari dalam Kristus Yesus walaupun ini udah diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia!. God bless all of you and may peace and joy in Christ Jesus be in you! ❤.

  12. Eldwin
    Eldwin says:

    Keputusan utk melajang atau menikah sama2 baik, selama keputusan itu diambil dg mmpertimbangkan kerinduan Tuhan terhadap kehidupan kita pribadi ketika Tuhan menciptakan kita. Artinya dalam memutuskan mau melajang atau menikah, kita harus melibatkan Tuhan. Jika Tuhan memanggil seseorang itu utk hidup melajang, sejak dia dilahirkan, Tuhan pasti sudah memperlengkapi dan memberikan kemampuan dalam menjalani hidup tsb. Namun jika kita merasa butuh pendamping dalam menjalani hidup, butuh teman utk bisa berbagi tanpa batas, merasa sepi jika sendiri dan butuh teman, ada dorongan seksual yg sulit utk dibendung (karena pemenuhan kebutuhan seksual, adalah sama pentingnya dg pemenuhan akan kebutuhan makan dan minum sehari2) itu artinya panggilan kita adalah utk menikah. Jangan memaksakan diri utk melajang, karena dampak dari kebutuhan2 yg tidak terpenuhi tsb adalah londisi psikis yg tidak sehat. Kondisi psikis yg tidak sehat akan berpengaruh pada kehidupan sosial kita, termasuk pelayanan kita. Ketika merasa bahwa panggilan kita adalah utk menikah, ada pergumulan lanjutan yg harus melibatkan Tuhan lagi. Yaitu dalam memutuskan, dengan siapa kita akan menikah. Menurut saya, secara umum ada 4 aspek yg harus diperhatikan dalam menentukan apakah seseorsng adalah pasangan yg sepadan dg kita. Aspek spiritualitas (harus memiliki pemahaman ttg Tuhan yg sama. Mudahnya, seiman), aspek psikologis (tempramen bawaan yg menentukan kepribadian seseorang. Misalnya,org tipe koleris tidak akan bisa menikah dg sesama org koleris, karena sama2 keras dan sangat rentan utk saling menyakiti. Tipe apa yg cocok dg tipe apa, dll menjadi pertimbangan juga. Saya merekomendasikan sebuah channel youtube yg isinya mengupas bnyak soal ini dan sangat memberkati saya, namamya “kuliah psikologi”), aspek sosial (suku, ras, kemampuan ekonomi, strata sosial dll) dan aspek fisik. Keempat aspek ini bisa digali melalui proses pertemanan, perkenalan lbh lanjut atau PDKT dalam kehidupan yg sedang kita jalani. Disinilah kita “mencari”. Tuhan Yesus berkata, “mintalah maka kita akan diberi, carilah maka kita akan mendapat,dan ketuklah maka pintu akan dibukakan. Pastikan kita meminta (tahu apa yg kita minta) dan mencari dg benar. Tapi belum selesai disana. Kita harus menunggu sampai pintu dibukakan. Jangan mendobraknya. Artinya meyakini Tuhan pasti akan memberikan sesuai waktuNya yg terbaik.

    Selamat berproses bersama Tuhan. GBU all 🙂

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *