Posts

Apakah Kitab Imamat Masih Relevan Bagi Kita?

Oleh Cynthia Sentosa, Surabaya

Siapa di antara kalian yang sudah khatam atau tuntas membaca seluruh isi Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu? 

Aku berikan dua jempolku untuk kalian yang sudah pernah membaca seluruh isi Alkitab! Tapi, terlepas kalian pernah khatam atau tidak, kalian pasti setidaknya pernah membaca kitab Imamat. Nah, ketika membaca kitab ini, apa yang kira-kira kalian pikirkan? 

Ketika membaca Imamat, di pikiranku terlintas sebuah pertanyaan: “untuk apa aku membaca aturan ibadah dan hari raya Perjanjian Lama? Kan sekarang sudah tidak dilakukan lagi.”

Rincian detail tentang aturan-aturan di kitab Imamat menunjukkan bahwa pada masa Perjanjian Lama ada hukuman mengerikan bagi mereka yang melanggar aturan ibadah atau hari raya karena pada masa itu ketidaktaatan dianggap sama dengan memberontak terhadap Allah yang suci dan kudus. Di kitab Perjanjian Baru, ketika Yesus sudah menjadi Juruselamat bagi manusia, mereka yang melawan dan membohongi Roh Kudus juga mendapat hukuman mengerikan seperti di kisah Ananias dan Safira. Tapi, kok di kehidupan sehari-hari kita tidak melihat hukuman instan seperti itu ya? Semisal ketika kita tidak hadir beribadah di gereja saat Paskah tapi malah jalan-jalan ke tempat wisata, kita tidak seketika dihukum, malah yang ada kita jadi senang karena liburan.

Pertanyaan-pertanyaan ini membuatku penasaran. Aku percaya bahwa seluruh isi Alkitab adalah firman Allah yang relevan bagi pendengarnya di segala masa. Namun di sisi lain, aku juga penasaran apakah kitab Imamat atau aturan-aturan lainnya yang tertulis di kitab lain masih relevan dengan masa sekarang atau tidak. Apakah kalian juga pernah penasaran sepertiku?

Aku akhirnya menemukan jawabannya di kitab Ibrani. Pada pasal 10 ayat 18 tertulis, “Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa. Sekarang, ketika pengampunan bagi semuanya itu telah tersedia, maka tidak diperlukan lagi kurban untuk menebus dosa. Tetapi di mana ada ampun, di situ tiada perlu lagi korban karena dosa.”

Dari ayat ini, tersurat bahwa aturan-aturan yang ada di kitab Imamat tidak perlu kita lakukan lagi karena kita sudah mendapat pengampunan dosa melalui kematian Yesus. Karya keselamatan Yesus di atas kayu salib mendamaikan relasi kita dengan Allah Bapa sehingga kita dapat langsung datang dan berkomunikasi dengan Tuhan tanpa harus melakukan berbagai aturan. Wah… berarti jawabannya kitab Imamat tidak relevan? Bukan seperti itu, kitab Imamat sejatinya tetap relevan hingga saat ini. 

Anugerah keselamatan dari Kristus kepada manusia inilah yang sebenarnya menjadi alasan mengapa kita harus mengetahui atau mengenal aturan ibadah dan hari raya di Perjanjian Lama. Tujuannya supaya kita paham mengapa keselamatan yang Yesus berikan itu benar-benar berharga dan diberikan kepada kita tanpa syarat. Tidak hanya itu, dengan kita tahu aturan-aturan serta respons para tokoh dalam Perjanjian Lama terhadap tiap detail aturan, akan menolong kita paham apa yang menjadi penyebab banyak orang saat itu—terutama para pemuka agama Yahudi—meminta Pontius Pilatus untuk menyalibkan Yesus. Ketatnya aturan membuat mereka cenderung mementingkan aspek legalitas. Pokoknya semua aturan ibadah itu harus benar-benar dilakukan tanpa cela, sampai-sampai dalam melakukannya mereka jadi kehilangan kasih. Dan, seperti kita dapat simak dalam Injil, orang-orang Farisi yang dikenal “saleh” itu lebih memilih segudang aturan daripada menerima kasih Yesus yang sebenarnya jauh lebih berharga dari apa yang mereka anggap penting itu.

Memang kita saat ini tidak lagi melakukan aturan-aturan Taurat karena Yesus Kristus telah menjadi “korban sempurna” untuk kita. Atas pengorbanan-Nya, kita menerima pengampunan tanpa harus memberikan korban penghapusan dosa di waktu-waktu tertentu, dan relasi kita dengan Tuhan pun telah dipulihkan. Kita dapat bertemu dan berbicara dengan Tuhan kapan pun dan di mana pun tanpa kita harus pergi ke bait Allah di Yerusalem atau melakukan ritual seperti memberi korban bakaran untuk dapat bertemu dengan-Nya. Namun, ini tidak berarti makna dari aturan ibadah dan hari raya dalam Perjanjian Lama—secara khusus kitab Imamat—tidak bisa kita terapkan maknanya di masa sekarang.

Aturan ibadah dan hari raya pada masa Perjanjian Lama diberikan Allah kepada manusia bukan tanpa maksud. Selain supaya manusia yang berdosa dapat bertemu dengan-Nya yang kudus, Taurat juga diberikan supaya manusia ketika melakukannya dapat mengingat akan kasih dan kuasa Tuhan yang telah menyelamatkan mereka dari penderitaan dan yang membawa mereka kepada “tanah yang baik”. Jadi, meskipun kita saat ini tidak melakukan segala aturan detail kitab Imamat lagi, kita tetap harus  melihat bahwa hukum-hukum tersebut sebagai tanda kasih Tuhan yang sudah menyelamatkan manusia dari penderitaan, dan membawa manusia kepada “tempat” yang menghadirkan sukacita. 

Hmm…sepertinya aku membuat kalian pusing. Coba aku berikan contoh ya.

Setiap kita ibadah di gereja, kita biasanya memberikan persembahan. Nah, apa sih tujuan dari persembahan? Tujuannya adalah sebagai bentuk ucapan syukur kita kepada Tuhan atas berkat dan kasih-Nya yang Ia berikan kepada kita. Tanpa kita mengerti tujuan dari persembahan, maka kita bisa saja menganggap persembahan sebagai sesi “memberikan sumbangan sukarela.”

Nah, sama halnya ketika kita melihat kitab Imamat. Ketika kita hanya membaca kita Imamat tanpa melihat tujuan penulisannya, maka kita hanya akan menemukan aturan ibadah dan hari raya yang sudah kuno dan tidak berlaku. Namun, apabila kita melihat kitab Imamat lebih dalam, maka kita akan melihat bahwa aturan-aturan itu sebenarnya diberikan karena Allah ingin dekat dengan umat-Nya. Tak cuma itu, segudang aturan ibadah itu sebenarnya bisa menjadi sarana bagi umat Tuhan untuk menanggapi anugerah yang Tuhan sudah berikan. 

Setelah menemukan bahwa ternyata kitab Imamat itu relevan di masa sekarang, lalu apa tanggapan kita atau respons kita terhadap kitab Imamat?

Jawabannya, kita sebaiknya tidak lagi melewatkan kitab Imamat atau kitab-kitab lainnya di Perjanjian Lama yang berbicara mengenai aturan beribadah ataupun peringatan hari raya. 

Meski detail-detail ritual di Perjanjian Lama tak lagi kita lakukan, tetapi makna di balik itu semua masih bisa kita terapkan dalam liturgi ibadah kita, baik itu dalam ibadah komunal hari Minggu, ataupun ibadah personal kita setiap hari. Semisal, ketika kita ada liturgi pengakuan dosa, persembahan, doa berkat, dan lain sebagainya mari kita tidak asal-asalan dalam mengikutinya. Ikuti tiap liturgi gereja dengan sikap hati bersyukur sebagai respons kita atas anugerah keselamatan yang sudah kita terima dari Tuhan. Kemudian, ketika kita merayakan atau memperingati hari raya Kristiani, mari melakukannya bukan hanya karena formalitas, namun kita sungguh-sungguh memaknai apa yang menjadi latar belakang dan maksud Allah dari peringatan tersebut.

Semoga dengan kita tahu relevansi kitab Imamat di masa sekarang, dapat memberi kita semangat untuk mau sungguh-sungguh lagi dalam beribadah kepada Tuhan. Amin.

Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu

Dibebaskan dari Kurungan

Kamis, 13 Februari 2020

Dibebaskan dari Kurungan

Baca: Mazmur 18:4-7,17-20

18:4 Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku.

18:5 Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku,

18:6 tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku.

18:7 Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.

18:17 Ia menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir.

18:18 Ia melepaskan aku dari musuhku yang gagah dan dari orang-orang yang membenci aku, karena mereka terlalu kuat bagiku.

18:19 Mereka menghadang aku pada hari sialku, tetapi TUHAN menjadi sandaran bagiku;

18:20 Ia membawa aku ke luar ke tempat lapang, Ia menyelamatkan aku, karena Ia berkenan kepadaku.

[Allah] membawa aku ke luar ke tempat lapang. —Mazmur 18:20

Dibebaskan dari Kurungan

Saat sedang berjalan-jalan santai, penulis Martin Laird sering bertemu dengan seorang pria yang membawa empat ekor anjing Kerry Blue Terrier. Tiga anjingnya berlari-lari liar di padang terbuka, tetapi yang seekor lagi tidak pernah jauh-jauh dari pemiliknya dan hanya berputar-putar saja. Ketika Laird bertanya tentang perilaku janggal tersebut, pemiliknya menjelaskan bahwa anjing yang satu itu adalah anjing yang diadopsi dari penampungan, yang menghabiskan sebagian besar hidupnya terkurung dalam kandang. Setelah bebas, anjing Terrier itu tetap berjalan berputar-putar, seolah-olah masih berada dalam kandang yang tertutup.

Kitab Suci mengungkapkan bahwa kita juga terkungkung dan tidak berpengharapan sama sekali sebelum Allah menyelamatkan kita. Pemazmur berbicara tentang keadaannya dalam cengkeraman musuh, dijerat oleh “tali-tali maut” dan “tali-tali dunia orang mati telah membelit” dirinya (Mzm. 18:5-6). Dalam kesesakan dan belenggu, ia berseru kepada Allah agar menolongnya (ay.7). Lalu, dengan kekuatan-Nya yang dashyat, Allah “menjangkau dari tempat tinggi, mengambil” dirinya (ay.17).

Allah dapat melakukan hal yang sama untuk kita. Dia dapat mematahkan belenggu dan membebaskan kita dari kurungan yang mengungkung kita. Dia dapat melepaskan kita dan membawa kita “ke tempat lapang” (ay.20). Karena itu, betapa menyedihkannya apabila kita terus berputar-putar, seolah-olah masih terkungkung dalam kurungan yang telah kita tinggalkan. Dengan kekuatan-Nya, kiranya kita tidak lagi terikat oleh rasa takut, malu, atau tertindas. Allah telah menyelamatkan kita dari segala jerat kematian. Sekarang kita bisa berlari dengan bebas.—Winn Collier

WAWASAN
Puisi adalah gaya penulisan yang mengungkapkan banyak hal dengan sedikit kata. Para pujangga yang menulis sebagian besar Perjanjian Lama berbicara bahasa Ibrani. Puisi Ibrani sedikit berbeda dengan puisi yang ditulis dengan bahasa-bahasa modern, jadi kita perlu mempertanyakan bagaimana peran puisi dalam kebudayaan Timur Dekat.
Mungkin kita akrab dengan puisi yang memiliki rima dan irama. Namun, puisi Ibrani tidak menggunakan keduanya. Kita belajar membacanya ketika kita memahami gaya penulisan yang digunakan oleh para pujangga pada zaman dahulu, terutama paralelisme, perumpamaan, dan akrostik.
Paralelisme digunakan di sepanjang Mazmur 18. Yang dimaksud dengan paralelisme adalah efek penggemaan dalam sebuah baris atau ayat puisi dengan penggunaan kontras atau pengulangan. Paralelisme mungkin merupakan gaya penulisan puisi yang paling penting karena sangat sering digunakan dalam puisi Ibrani.—Tremper Longman

Kurungan apa yang selama ini mengungkung kamu? Pernahkah kamu hidup seolah-olah masih berada dalam kurungan yang mengungkung dan membatasimu?

Ya Allah, Engkau berkata bahwa Engkau membebaskan tawanan. Tolonglah aku untuk mempercayainya. Tolonglah aku untuk menghayatinya. Aku ingin bebas dan berada di tempat lapang-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 14; Matius 26:51-75

Handlettering oleh Dinda Sopamena

Penawar yang Langsung Manjur

Senin, 30 September 2019

Penawar yang Langsung Manjur

Baca: Yesaya 53:1-6

53:1 Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?

53:2 Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.

53:3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.

53:4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.

53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. —Yesaya 53:5

Penawar yang Langsung Manjur

Sambil berjalan mengikuti pemandu taman, saya mencatat semua penjelasannya tentang berbagai tumbuhan yang terdapat di hutan purba Bahama. Ia memberi tahu saya pohon mana saja yang harus dihindari. Pohon poisonwood, katanya, mengeluarkan getah berwarna hitam yang mengakibatkan ruam yang gatal dan menyakitkan. Namun, jangan khawatir! Penawarnya biasanya bisa ditemukan pada tumbuhan yang persis ada di sampingnya. “Sayat kulit merah dari pohon kenari,” katanya, “dan oleskan getah pohon itu pada ruam. Ruam itu akan langsung sembuh.”

Hampir saja pensil saya jatuh saking kagetnya. Saya tidak menyangka akan menemukan gambaran tentang keselamatan di tengah hutan. Namun, pada pohon kenari, saya melihat gambaran tentang Yesus. Dialah penawar yang langsung menghapus racun dosa. Seperti kulit merah dari pohon kenari, darah Yesus membawa kesembuhan.

Nabi Yesaya mengerti bahwa manusia membutuhkan kesembuhan. Ruam dosa telah menjangkiti kita. Yesaya menjanjikan bahwa kesembuhan kita akan datang melalui “seorang yang penuh kesengsaraan” (Yes. 53:3). Dialah Yesus. Kita dahulu sakit, tetapi Kristus rela dilukai untuk menggantikan kita. Ketika kita percaya kepada-Nya, kita disembuhkan dari penyakit dosa (ay.5). Mungkin butuh waktu seumur hidup untuk belajar hidup layaknya seseorang yang sudah disembuhkan—dengan menyadari dan menolak dosa karena kita sudah diperbarui—tetapi karena Yesus, kita akan sanggup melakukannya. —Amy Peterson

WAWASAN
Dalam Perjanjian Lama, Yesaya 53 memberikan gambaran paling jelas mengenai pengorbanan Kristus. Di sana dinubuatkan tentang penolakan diri-Nya (ay.1-3), penderitaan-Nya menggantikan kita (ay.4-6), pengorbanan-Nya dalam kematian, penguburan-Nya (ay.7-9), karya penebusan-Nya yang mendamaikan, serta kebangkitan-Nya (ay.10-12). Pasal ini merupakan pasal terakhir dari empat nubuatan tentang Juruselamat dalam kitab Yesaya (42:1-9; 49:1-13; 50:4-11; 52:13-53:12). Keempatnya dikenal sebagai “Nyanyian Hamba” karena mengacu kepada Yesus sebagai Hamba (42:1; 49:3; 50:10; 52:13). Namun, para pakar Yahudi cenderung menafsirkan “Hamba” sebagai Israel sendiri. Dalam Perjanjian Baru, perkataan Yesaya dikutip atau disebut lebih dari enam puluh kali. Para penulis Perjanjian Baru dengan jelas mengartikan Yesaya 53 sebagai nubuatan tentang Yesus Kristus (Matius 8:17; Markus 15:28; Lukas 22:37; Yohanes 12:38-41; Kisah Para Rasul 8:32-35; Roma 10:16; 1 Petrus 2:24). —K.T. Sim

Apa saja dari alam ini yang mengingatkanmu kepada keselamatan yang Allah sediakan bagi kita? Apa makna dari kesembuhan yang ditawarkan-Nya itu bagimu?

Di mana ada dosa, di sana Yesus hadir dan siap menyelamatkan.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 9-10; Efesus 3

Handlettering oleh Novelia

Lebih Dari Sekadar Air

Selasa, 17 September 2019

Lebih Dari Sekadar Air

Baca: Galatia 3:23-29

3:23 Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.

3:24 Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.

3:25 Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.

3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.

3:27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.

3:28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

3:29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.

Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. —Galatia 3:27

Lebih Dari Sekadar Air

Salah satu kenangan masa kecil saya tentang gereja adalah seorang pendeta yang berjalan di lorong, sambil menantang jemaat untuk “mengingat air baptisan kita.” Mengingat air? tanya saya dalam hati. Bagaimana caranya? Kemudian pendeta itu berjalan dengan memercikkan air ke arah setiap orang, dan tindakannya membuat saya yang masih kecil itu senang sekaligus bingung.

Mengapa kita harus berpikir tentang baptisan? Ketika seseorang dibaptis, itu lebih dari sekadar soal air yang digunakan. Baptisan melambangkan bagaimana melalui iman kepada Yesus, kita “telah mengenakan” Dia (Gal. 3:27). Dengan kata lain, baptisan merayakan kenyataan bahwa kitalah milik kepunyaan-Nya dan bahwa Dia hidup di dalam dan melalui kita.

Tidak cukup sampai di situ, bagian Alkitab hari ini juga memberi tahu kita bahwa jika kita telah mengenakan Kristus, identitas kita yang sejati ada di dalam Dia. Kita adalah anak-anak Allah (ay.26). Dengan demikian, kita telah didamaikan dengan Allah karena iman dan bukan karena menaati hukum Taurat (ay.23-25). Kita tidak lagi dipisah-pisahkan oleh jenis kelamin, kebudayaan, dan status sosial. Kita semua sudah dimerdekakan, dipersatukan melalui Kristus, dan sekarang menjadi milik-Nya sendiri (ay.29).

Semua itu adalah alasan-alasan yang sangat tepat untuk mengingat baptisan dan segala sesautu yang dilambangkan olehnya. Kita tidak hanya berfokus kepada tindakan baptisan itu sendiri, tetapi pada kenyataan bahwa kita adalah milik Yesus dan telah menjadi anak-anak Allah. Identitas, masa depan, dan kemerdekaan rohani kita ada di dalam Dia. —Peter Chin

WAWASAN
Ada berbagai penafsiran mengenai pandangan Paulus tentang peranan hukum Taurat dalam kehidupan Kristen. Dalam surat-suratnya kepada orang percaya abad pertama, Paulus beberapa kali menyinggung tentang hukum Taurat, salah satu yang paling kentara terdapat dalam surat Roma. Di sini, dalam surat Galatia, Paulus mula-mula menggambarkan hukum sebagai penjara yang mengurung kita sampai iman dinyatakan (3:23). Penjara membatasi kegiatan tawanan dan menahan mereka di dalam ukuran tertentu. Namun, pada ayat 24, Paulus menyebut hukum Taurat sebagai penuntun, suatu peran dengan konotasi (nilai makna) yang berbeda. Penuntun bertugas melindungi dan menjaga keamanan, menaungi orang yang dilindunginya dari bahaya dan menolong mereka untuk bertumbuh dan berkembang. Menurut Paulus, karena iman telah datang, maka penjara atau penjaga tidak diperlukan lagi. —J.R. Hudberg

Apakah artinya bagimu mengenakan Kristus dan menjadi milik-Nya? Dengan cara apa saja kamu dapat secara teratur merayakan dan mengingat makna baptisan?

Ya Allah, tolonglah aku agar tidak pernah melupakan bahwa melalui Yesus aku kini menjadi anak Allah!

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 27-29; 2 Korintus 10

Lingkaran Kecil

Sabtu, 31 Agustus 2019

Lingkaran Kecil

Baca: Galatia 5:1,4-14

5:1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.

5:4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.

5:5 Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.

5:6 Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.

5:7 Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi?

5:8 Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu.

5:9 Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan.

5:10 Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain dari pada pendirian ini. Tetapi barangsiapa yang mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapapun juga dia.

5:11 Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi.

5:12 Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya!

5:13 Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.

5:14 Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”

Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. —Galatia 5:1

Lingkaran Kecil

Seorang teman sekelas memberikan kepada keluarga kami seekor anjing collie yang sudah terlalu tua untuk beranak. Tak lama kemudian kami menyadari bahwa anjing cantik itu pernah menghabiskan sebagian besar hidupnya dikurung di dalam kandang yang kecil. Akibatnya, ia hanya bisa berjalan berputar-putar dalam lingkaran kecil. Ia tidak bisa bermain menangkap barang yang dilemparkan kepadanya, dan tidak bisa lari dengan lurus. Bahkan ketika dilepaskan untuk bermain-main di halaman yang luas, ia mengira masih berada di dalam kandang.

Banyak dari jemaat Kristen mula-mula adalah orang Yahudi yang sudah terbiasa diatur oleh hukum Taurat. Meski hukum itu baik dan diberikan Allah untuk menginsafkan mereka dari dosa serta menuntun mereka kepada Yesus (gal. 3:19-25), sekarang mereka harus menjalani hidup baru dalam iman mereka berdasarkan anugerah Allah dan kemerdekaan dalam Kristus. Namun, mereka masih ragu. Setelah sekian lama diatur sedemikian rupa, mungkinkah mereka benar-benar merdeka?

Bisa jadi kamu menghadapi masalah yang sama. Mungkin kamu bertumbuh dalam gereja-gereja dengan peraturan kaku yang mengekangmu. Sebaliknya, mungkin kamu dibesarkan dalam keluarga yang terlalu terbuka, tetapi sekarang kamu merasa membutuhkan sejumlah aturan untuk membuat hidupmu lebih tertib. Apa pun itu, sekaranglah waktunya menyambut kemerdekaanmu dalam Kristus (gal. 5:1). Yesus Kristus telah memerdekakan kita sehingga kita bisa taat kepada-Nya karena kita mengasihi Dia (yoh. 14:21) dan “[melayani] seorang akan yang lain oleh kasih” (gal. 5:13). Sukacita dan kasih yang besar tersedia bagi mereka yang menyadari bahwa “apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka” (yoh. 8:36). —Mike Wittmer

WAWASAN
Sunat adalah adat yang lazim di Mesir dan Kanaan kuno (Yeremia 9:25), tetapi Allah menjadikan sunat sebagai tanda lahiriah dari perjanjian antara Dia dengan bangsa Israel (Kejadian 17:11). Sunat menjadi semacam lencana kerohanian Yahudi; orang non-Yahudi disebut “bangsa yang tidak bersunat”—mereka berada di luar ikatan perjanjian Allah. Paulus tidak mengecam sunat itu sendiri; ia menyunatkan Timotius—seorang Yunani—karena Timotius melayani orang-orang Yahudi (Kisah Para Rasul 16:1-3). Namun, Paulus menentang orang-orang Yudea yang memaksakan sunat sebagai syarat keselamatan (15:1-2). Dalam sidang di Yerusalem (ay.6-29), gereja mula-mula meneguhkan bahwa keselamatan adalah karena kasih karunia Kristus saja (ay.11). —K.T. Sim

Pernahkah kamu terhalang untuk mengalami kemerdekaan dalam Kristus? Bagaimana kesadaran akan kemerdekaan tersebut memampukanmu untuk melayani sesama?

Tuhan Yesus, tolonglah aku untuk percaya bahwa aku sudah merdeka seperti yang Engkau katakan.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 132-134; 1 Korintus 11:17-34

Bukan Tips Biasa

Kamis, 22 Agustus 2019

Bukan Tips Biasa

Baca: Mazmur 111

111:1 Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah.

111:2 Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.

111:3 Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya tetap untuk selamanya.

111:4 Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang.

111:5 Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya.

111:6 Kekuatan perbuatan-Nya diberitakan-Nya kepada umat-Nya, dengan memberikan kepada mereka milik pusaka bangsa-bangsa.

111:7 Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh,

111:8 kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.

111:9 Dikirim-Nya kebebasan kepada umat-Nya, diperintahkan-Nya supaya perjanjian-Nya itu untuk selama-lamanya; nama-Nya kudus dan dahsyat.

111:10 Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.

Dikirim-Nya kebebasan kepada umat-Nya, diperintahkan-Nya supaya perjanjian-Nya itu untuk selama-lamanya; nama-Nya kudus dan dahsyat. —Mazmur 111:9

Bukan Tips Biasa

Baru-baru ini, salah seorang cucu saya mencoba menghangatkan boneka kelincinya dengan meletakkannya pada kaca pembatas perapian. Akibatnya, bulu boneka itu menempel pada kaca dan terlihat sangat mengganggu, tetapi untunglah saya mendapat tips yang bermanfaat dari seorang tukang perapian untuk membuat kaca perapian terlihat baru. Tips itu sangat jitu, dan sejak saat itu, saya melarang orang menaruh boneka di dekat perapian!

Barangkali kita sering memandang Alkitab sebagai sekumpulan tips atau solusi yang membuat hidup menjadi lebih mudah. Walaupun Alkitab memang berbicara banyak tentang cara menjalani hidup baru yang memuliakan Kristus, tetapi itu bukan satu-satunya tujuan dari Alkitab. Apa yang diberikan Alkitab kepada kita adalah solusi bagi kebutuhan terbesar umat manusia: kebebasan dari dosa dan keterpisahan kekal dari Allah.

Dari janji keselamatan di Kejadian 3:15 hingga pengharapan sejati akan langit dan bumi yang baru (why. 21:1-2), Alkitab menjelaskan bahwa Allah mempunyai rencana kekal untuk menyelamatkan kita dari dosa supaya kita dapat menikmati persekutuan dengan Dia. Melalui setiap kisah dan petunjuk hidup di dalamnya, Alkitab selalu menuntun kita kepada Yesus Kristus, satu-satunya Pribadi yang sanggup menyelesaikan masalah terbesar yang kita hadapi.

Ketika kita membaca Alkitab hari ini, ingatlah bahwa yang kita cari adalah Yesus, keselamatan yang Dia berikan, serta petunjuk bagaimana kita dapat hidup sebagai anak-anak Allah. Solusi yang diberikan-Nya adalah yang terbaik! —Dave Branon

WAWASAN
Mazmur 111 adalah salah satu dari tujuh mazmur dalam Perjanjian Lama yang dikenal sebagai “mazmur akrostik” (yang lainnya adalah Mazmur 25, 34, 37, 112, 119, 145). Disebut akrostik karena susunan ayatnya sesuai urutan abjad. Abjad Ibrani memiliki dua puluh dua huruf (dari aleph sampai taw); mazmur akrostik memiliki 22 baris atau ayat, yang setiap awalnya dimulai sesuai urutan huruf abjad Ibrani. Mazmur 111 dan 112 saling berkaitan. Dalam bahasa aslinya, dua mazmur itu memiliki dua puluh dua baris dalam sepuluh ayat, dipisahkan oleh seruan “Haleluya!”
Dengan sentuhan kreativitasnya, penulis membanggakan “perbuatan-perbuatan” sang Mahakuasa (111:2, 6-7). Kata-kata dan ungkapan lain yang dipakai untuk menyebutkan perbuatan Allah adalah “pekerjaan-Nya” (ay.3) dan “perbuatan ajaib” (ay.4). Sifat-sifat Allah juga dipuji: “Keadilan-Nya tetap untuk selamanya”; Dia “pengasih dan penyayang”; dan “Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya” (ay.3-5). —Arthur Jackson

Bagaimana Yesus dan janji keselamatan-Nya telah menyentuh hati dan hidupmu? Mengapa penting melihat bahwa Alkitab secara konsisten menuntun kepada Kristus?

Ya Bapa, terima kasih atas keselamatan yang Engkau berikan melalui Yesus. Tolonglah aku untuk memuliakan Engkau dengan tetap memusatkan hidupku pada Sang Juruselamat dan kasih-Nya yang ajaib bagiku.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 110-112; 1 Korintus 5

Alasan untuk Bermegah

Rabu, 24 Juli 2019

Alasan untuk Bermegah

Baca: Yeremia 9:23-26

9:23 Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,

9:24 tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.”

9:25 “Lihat, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku menghukum orang-orang yang telah bersunat kulit khatannya:

9:26 orang Mesir, orang Yehuda, orang Edom, bani Amon, orang Moab dan semua orang yang berpotong tepi rambutnya berkeliling, orang-orang yang diam di padang gurun, sebab segala bangsa tidak bersunat dan segenap kaum Israel tidak bersunat hatinya.”

Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya. —Yeremia 9:23

Alasan untuk Bermegah

Bagaimana rasanya menjadi sesuatu yang nyata? Pertanyaan menggelitik itu dijawab dalam buku cerita anak The Velveteen Rabbit (Si Kelinci Beludru). Buku itu bercerita tentang mainan-mainan di ruang bermain anak dan perjalanan si kelinci beludru untuk menjadi nyata dengan mengizinkan dirinya dikasihi oleh seorang anak kecil. Salah satu mainan lainnya adalah Si Kuda Tua yang bijaksana. Diceritakan bahwa ia “telah menyaksikan mainan demi mainan mekanik datang silih berganti, berlagak jagoan, tetapi kemudian pelan-pelan rusak . . . dan akhirnya mati.” Pada awalnya gaya dan suara mereka sangat mengagumkan, tetapi akhirnya kesombongan menjadikan mereka tidak bisa dikasihi.

Bermegah dalam kesombongan selalu terlihat hebat di awal, tetapi pada akhirnya, selalu akan redup juga. Nabi Yeremia menuliskan tiga hal yang selalu menjadi alasan orang bermegah: “Kebijaksanaan . . . kekuatan . . . kekayaan” (Yer. 9:23). Nabi tua yang bijaksana itu telah cukup banyak makan asam-garam, sehingga ia menentang kemegahan pada hal-hal tersebut dengan kebenaran Tuhan: “Tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan” (ay.24).

Marilah kita, sebagai anak-anak Allah, bermegah tentang Dia, Bapa kita yang baik. Dalam kisah kasih-Nya yang luar biasa, kamu dan saya akan bertumbuh semakin hari semakin nyata. —John Blase

WAWASAN
Sunat bukan sesuatu yang dilakukan hanya oleh orang Israel, tetapi merupakan praktik yang umum dalam dunia kuno, termasuk Mesir dan Kanaan (orang Edom, Moab, dan Amon) sebagaimana dikatakan dalam Yeremia 9:26. Ketika Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham, Dia membuat sunat sebagai tanda untuk meneguhkan bahwa orang Yahudi adalah umat perjanjian Allah (Kejadian 17:10-14). Bagi Israel, sunat merupakan simbol pemisahan, kekudusan, dan kesetiaan pada perjanjian. Sunat adalah simbol perubahan hati yang jauh lebih penting (Ulangan 10:16). Musa menjelaskan, “TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu . . . sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup” (30:6). Sunat adalah tanda peringatan fisik yang mengingatkan bahwa umat Allah harus memiliki hati yang mengenal, mengasihi, menghormati, dan tunduk kepada Allah (Yeremia 9:24). —K. T. Sim

Pikirkanlah seorang kenalan kamu yang hidupnya menunjukkan bahwa ia “bermegah dalam Tuhan.” Satu hal apa yang dapat kamu teladani dari dirinya pada minggu ini?

Bapa, tolonglah aku mengingat firman-Mu dalam kitab Yeremia. Biarlah aku hanya bermegah karena pengenalan akan Engkau dan akan kebesaran kasih-Mu yang tak pernah berkesudahan.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 35-36; Kisah Para Rasul 25

Sepak Bola dan Gembala

Kamis, 11 Juli 2019

Sepak Bola dan Gembala

Baca: Yohanes 10:11-15

10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;

10:12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.

10:13 Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.

10:14 Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku

10:15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. —Yohanes 10:11

Sepak Bola dan Gembala

Salah satu elemen menarik dari dunia sepakbola Inggris adalah lagu kebangsaan dari masing-masing kesebelasan yang dinyanyikan oleh para penggemarnya di awal tiap pertandingan. Jenis lagunya bermacam-macam, dari yang kocak seperti Glad All Over (Senang Sekali) sampai yang janggal seperti I’m Forever Blowing Bubbles (Terus-Terusan Meniup Gelembung) dan ada juga yang mengejutkan. Contohnya, lagu Psalm 23 (Mazmur 23) yang menjadi lagu kebangsaan klub West Bromwich Albion. Kata-kata dari mazmur tersebut terpampang pada dinding bagian dalam stadion, sehingga semua orang yang datang menonton tim yang dijuluki “The Beggies” itu dapat membaca tentang kasih dan pemeliharaan Sang Gembala Agung yang baik.

Dalam Mazmur 23, Daud membuat satu pernyataan yang tak lekang oleh waktu, “Tuhan adalah gembalaku” (ay.1). Kemudian, penulis Injil Matius menulis, “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (Mat. 9:36). Lalu, dalam Yohanes 10, Yesus menyatakan kasih dan kepedulian-Nya kepada “domba-domba” manusia pada zaman-Nya. Dia berkata, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (ay.11). Belas kasihan Yesus mendorong-Nya untuk berinteraksi dengan orang-orang, menjawab kebutuhan mereka, dan akhirnya, menyerahkan diri-Nya bagi mereka (dan kita) semua.

Ungkapan “Tuhan adalah gembalaku” tersebut lebih dari lirik atau slogan semata, melainkan suatu pernyataan yang penuh keyakinan tentang apa artinya dikenal dan dikasihi oleh Allah kita yang luar biasa—dan apa artinya diselamatkan oleh Anak-Nya. —Bill Crowder

WAWASAN
Dalam istilah sastra, frasa yang diulang pada awal dan akhir suatu bagian disebut inklusio. Misalnya dalam Yohanes 10:11-15: “Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (ay. 11); “Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku” (ay. 15). Inklusio ini memberi gambaran menarik tentang seorang gembala. Saat membayangkan seorang gembala yang melindungi domba-dombanya, kita mungkin teringat pada pernyataan Daud tentang melawan singa dan beruang yang menyerang hewan gembalaannya (1 Samuel 17:34-36). Akan tetapi, alih-alih gembala baik yang melindungi dombanya dari serangan serigala, renungan hari ini berbicara tentang gembala yang memberikan Diri-Nya sebagai pengganti domba. Gembala yang baik adalah seseorang yang bersedia mengorbankan nyawa-Nya. —J.R. Hudberg

Apa bentuk pemeliharaan Allah yang telah kamu alami dalam hidupmu? Kepada siapa kamu bisa bersaksi tentang Dia hari ini?

Sungguh ajaib Sang Gembala Baik yang Engkau berikan bagi kami, ya Bapa! Tolonglah kami menjawab panggilan suara-Nya dan mendekat kepada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 1-3; Kisah Para Rasul 17:1-15

Handlettering oleh Priska Sitepu

Hanya Bocah Gelandangan

Kamis, 13 Juni 2019

Hanya Bocah Gelandangan

Baca: 1 Petrus 2:4-10

2:4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.

2:5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

2:6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.”

2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.”

2:8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. —1 Petrus 2:9

Hanya Bocah Gelandangan

“Oh, hanya bocah gelandangan,” bisik seseorang dengan nada menghina ketika Rodney Smith berjalan ke depan kapel untuk menerima Kristus dalam sebuah kebaktian di tahun 1877. Tidak ada yang memperhitungkan anak remaja dari sepasang gelandangan yang tidak berpendidikan itu. Namun, Rodney tidak menggubrisnya. Ia yakin Allah memiliki tujuan atas hidupnya sehingga ia membeli sendiri Alkitab dan kamus bahasa Inggris, serta belajar membaca dan menulis secara mandiri. Ia pernah berkata, “Jalan kepada Yesus bukanlah melalui Cambridge, Harvard, Yale, atau lewat para pujangga. Hanya . . . melalui bukit kuno bernama Golgota.” Di luar perkiraan banyak orang, Rodney dipakai Allah dengan luar biasa sebagai penginjil yang membawa banyak jiwa percaya kepada Yesus di Inggris dan Amerika Serikat.

Petrus juga orang yang sederhana—tidak berpendidikan dalam agama (Kis. 4:13), seorang nelayan dari Galilea—ketika Yesus memanggilnya dengan dua kata yang singkat: “Ikutlah Aku” (Mat. 4:19). Namun Petrus yang sama, sekalipun tidak terpelajar dan pernah gagal di tengah jalan, kemudian menegaskan bahwa semua yang mengikut Yesus adalah “bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (1ptr. 2:9).

Melalui Yesus Kristus, semua orang—apa pun latar belakang pendidikan, lingkungan, jenis kelamin, atau etnik mereka—dapat menjadi bagian dari keluarga Allah dan dipakai oleh-Nya. Semua yang percaya kepada Yesus Kristus adalah “umat kepunyaan Allah sendiri”. —Estera Pirosca Escobar

WAWASAN
Tulisan Petrus dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ia tahu banyak tentang Kitab Suci Yahudi (yang kita kenal sebagai Perjanjian Lama). Dalam 1 Petrus 2 saja, Petrus mengutip atau menyinggung setidaknya lima bagian kitab yang berbeda. Pada ayat 6, rujukannya adalah Yesaya 28:16, ayat ke-7 diambil dari Mazmur 118:22, dan ayat ke-8 dari Yesaya 8:14. Pilihan kata-kata dalam ayat ke-9, yang merujuk pada para orang percaya, berasal Keluaran 19:5-6 untuk menggambarkan bangsa Israel: “Kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, . . . Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.” Tulisan Nabi Hosea (Hosea 1:6, 9-10) pun dipakai Petrus ketika ia menulis 1 Petrus 2:10, “Kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.” —Arthur Jackson

Apa artinya bagimu menjadi bagian dari bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, umat kepunyaan Allah sendiri? Bagaimana kamu dikuatkan oleh kenyataan bahwa Allah dapat memakai kamu untuk memuliakan nama-Nya?

Ya Allah, aku berterima kasih karena identitasku yang sejati ditemukan di dalam Engkau.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 6-8; Yohanes 21

Handlettering oleh Teguh Arianto