Lonceng Gereja Bluestone

Minggu, 2 April 2023

Baca: Lukas 19:37-42

19:37 Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat.

19:38 Kata mereka: “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!”

19:39 Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu.”

19:40 Jawab-Nya: “Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.”

19:41 Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,

19:42 kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.

Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak. —Lukas 19:40

Bluestone adalah sejenis batuan yang menarik. Jika dipukul, bluestone tertentu akan mengeluarkan nada musik. Maenclochog, sebuah desa di Wales yang namanya berarti “bel” atau “batu berbunyi”, menggunakan bluestone sebagai lonceng gereja hingga abad kedelapan belas. Menariknya, reruntuhan Stonehenge, di Inggris, dibangun dari bluestone, sehingga sejumlah orang bertanya-tanya apakah maksud awal dari pendiriannya memiliki kaitan dengan musik. Karena sifat akustiknya yang unik, beberapa peneliti mengklaim bahwa bluestone di Stonehenge berasal dari dekat Maenclochog, yang berjarak hampir 320 kilometer jauhnya.

Batu-batu musikal tadi adalah salah satu keajaiban mahakarya Allah, dan itu mengingatkan kita akan ucapan Yesus pada Minggu Palem ketika Dia memasuki Yerusalem. Ketika orang-orang memuji-Nya, para pemuka agama meminta Yesus menegur mereka. Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak” (Luk. 19:40).

Jika bluestone dapat mengeluarkan musik, dan jika Yesus menyatakan bahwa batu-batu pun dapat menjadi saksi bagi Sang Pencipta, bagaimana kita dapat mengungkapkan pujian kita sendiri kepada Dia yang menciptakan, mengasihi, dan menyelamatkan kita? Dia layak menerima segala penyembahan. Kiranya Roh Kudus menggerakkan hati kita untuk mempersembahkan penghormatan yang memang layak diterima-Nya. Seluruh makhluk dan alam ciptaan memuji Dia! —BILL CROWDER

WAWASAN
Ketika memikirkan perayaan Minggu Palem, kita akan teringat pada peristiwa saat Yesus memasuki kota Yerusalem. Dia disambut dengan sorak-sorai penuh sukacita dari orang banyak yang sangat gembira atas “segala mujizat yang telah mereka lihat” (Lukas 19:37). Dalam kegirangan, mereka menyanyikan Mazmur 118:26, “Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN!” Namun, dalam Lukas 19:41-42, kita melihat ekspresi emosi yang berbeda, yang biasanya tidak kita kaitkan dengan perayaan dan penyambutan kepada Yesus pada hari itu. Di ayat 41, Yesus digambarkan sedang meratap: “Ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya” (lihat juga 13:31-35). Perayaan dan ratapan, pujian dan tangisan bertemu dalam Lukas 19:37-42. Meski orang banyak telah menyaksikan mukjizat-mukjizat dan merayakannya, mereka belum melihat penghakiman yang akan datang karena penolakan terhadap Yesus. Oleh karena itu, Yesus meratap. —Arthur Jackson

Lonceng Gereja Bluestone

Apa saja cara makhluk dan alam ciptaan memuji Allah? Bagaimana kamu dapat ikut serta menyembah Pencipta kita setiap hari?

Allah Pencipta kami, Engkau layak menerima segenap penyembahan, pujian, dan ucapan syukur. Saat hatiku menjadi keras dan tidak lagi menyadari bahwa Engkau layak, ingatkanlah aku bahwa seluruh alam ciptaan-Mu menaikkan pujian bagi-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 16-18; Lukas 7:1-30

Lebih Daripada Penampilan Luar

Sabtu, 1 April 2023

Baca: Mazmur 32

32:1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!

32:2 Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

32:3 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;

32:4 sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela

32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela

32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.

32:7 Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela

32:8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.

32:9 Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.

32:10 Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia.

32:11 Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!

Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! —Mazmur 32:1

José, seorang yang baru percaya, sedang mengunjungi gereja tempat saudara laki-lakinya berbakti. Ketika ia memasuki ruang kebaktian, saudaranya sempat terkejut saat melihatnya. Karena José mengenakan kaus, tato-tato yang memenuhi kedua lengannya terlihat jelas. Saudara José menyuruhnya untuk pulang dan mengenakan baju lengan panjang, karena banyak dari tato tersebut menunjukkan masa lalu José. Kontan José merasa dirinya sangat kotor. Namun, seorang pria kebetulan mendengarkan percakapan kedua saudara itu. Ia lalu mengajak José menemui pendeta gereja tersebut, sambil menceritakan apa yang terjadi. Sang pendeta tersenyum dan membuka beberapa kancing bajunya, lalu menunjukkan tato besar pada dadanya—jejak dari masa lalunya sendiri. Ia meyakinkan José bahwa karena Allah telah menyucikannya luar dalam, José tidak perlu menutup-nutupi lengannya.

Daud mengalami sukacita karena disucikan oleh Allah. Setelah mengakui dosanya kepada Allah, sang raja menulis, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!” (Mzm. 32:1). Ia kini dapat “bersorak-sorai” bersama “orang-orang jujur!” (ay.11). Rasul Paulus kemudian mengutip Mazmur 32:1-2 dalam Roma 4:7-8, suatu bagian yang menyatakan bahwa iman di dalam Tuhan Yesus membawa kita kepada keselamatan dan pembenaran di hadapan-Nya (lih. Rm. 4:23-25).

Kesucian kita di dalam Tuhan Yesus jauh lebih dalam daripada penampilan luar, karena Dia mengetahui dan menyucikan hati kita (1Sam. 16:7; 1yoh. 1:9). Kiranya kita bersukacita dalam karya penyucian-Nya hari ini. —TOM FELTEN

WAWASAN
Meski sebagian mazmur Daud berisi informasi pada keterangan pembuka mengenai konteks sejarah yang melahirkan mazmur tersebut, tidak demikian dengan Mazmur 32. Mazmur ini hanya menunjukkan Daud sebagai penulis dengan keterangan: “Nyanyian Pengajaran.” Terlepas dari kurangnya informasi terkait latar belakangnya, beberapa ahli meyakini bahwa Mazmur 32 adalah tembang pendamping Mazmur 51, yang menggambarkan pertobatan Daud setelah berdosa dengan Batsyeba. Mazmur 32 memang jelas memuat unsur pengakuan dosa dan pertobatan, tetapi tidak berarti isinya terkait dengan peristiwa Batsyeba. Kita perlu berhati-hati dalam membuat asumsi mengenai teks Alkitab, dan sebaiknya tidak mengatakan lebih atau kurang daripada yang tertulis dalam Alkitab. —Bill Crowder

Lebih Daripada Penampilan Luar

Apa saja dosa masa lalu yang pernah sulit kamu lepaskan? Apa artinya diubahkan dan disucikan oleh iman dalam Yesus?

Tuhan Yesus, terima kasih, karena Engkau telah mengampuni dosa-dosaku dan menyucikan diriku.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 13-15; Lukas 6:27-49

Yakin Sepenuhnya dalam Allah

Jumat, 31 Maret 2023

Baca: Yesaya 26:1-6

26:1 Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda: “Pada kita ada kota yang kuat, untuk keselamatan kita TUHAN telah memasang tembok dan benteng.

26:2 Bukalah pintu-pintu gerbang, supaya masuk bangsa yang benar dan yang tetap setia!

26:3 Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.

26:4 Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal.

26:5 Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu.

26:6 Kaki orang-orang sengsara, telapak kaki orang-orang lemah akan menginjak-injaknya.”

Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. —Yesaya 26:3

Para peneliti di Fujian, Tiongkok, bermaksud menolong para pasien Unit Perawatan Intensif (ICU) agar dapat tidur lebih nyenyak. Mereka mengukur pengaruh alat bantu tidur pada para subjek penelitian di dalam ruangan yang disimulasikan mirip dengan ruang ICU, lengkap dengan pencahayaan terang setara rumah sakit dan rekaman bunyi mesin-mesin serta suara perawat bercakap-cakap. Penelitian mereka menunjukkan bahwa perlengkapan seperti masker tidur dan penutup telinga meningkatkan kualitas istirahat para subjek penelitian. Namun, mereka mengakui bahwa bagi pasien yang benar-benar sakit di ruang ICU yang sesungguhnya, tidur nyenyak masih sulit untuk dialami.

Ketika kesukaran melanda dunia ini, bagaimana kita dapat menemukan ketenangan? Alkitab jelas menyatakan: ada damai sejahtera bagi mereka yang percaya kepada Allah, bagaimanapun keadaan yang mereka hadapi. Nabi Yesaya menulis tentang masa yang akan datang ketika bangsa Israel kuno akan dipulihkan setelah melewati kesulitan. Mereka akan hidup aman dalam kota mereka, karena tahu bahwa Allah yang membuatnya aman (Yes. 26:1). Mereka akan percaya bahwa Dia terus berkarya di sekitar mereka untuk mendatangkan kebaikan—“Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi,” membangkitkan mereka yang tertindas, dan menghadirkan keadilan (ay.5-6). Mereka akan tahu bahwa “Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal,” dan mereka dapat mempercayai-Nya selama-lamanya (ay.4).

Yesaya menulis, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya” (ay.3). Allah dapat memberikan damai sejahtera dan ketenangan bagi kita saat ini juga. Kita dapat meyakini sepenuhnya kasih dan kuasa-Nya, terlepas dari apa pun yang terjadi di sekitar kita. —Karen Pimpo

WAWASAN
Yesaya melayani Yehuda, Kerajaan Selatan, pada masa pemerintahan Raja Ahas (Yesaya 7–35) dan putranya Hizkia (pasal 36–39). Selama masa itu, musuh bebuyutan Yehuda, yaitu Israel, Aram, Mesir, dan Asyur, terus-menerus menyerang Yehuda (lihat 2 Tawarikh 26–32). Ahas adalah salah satu raja terburuk Yehuda, sedangkan Hizkia seorang raja saleh yang berkomitmen untuk mereformasi kerajaannya. Yesaya menantang Ahas dan Hizkia agar berpaling kepada Allah untuk meminta kelepasan. Ahas menolak mempercayai Allah (Yesaya 7:10-17; lihat 2 Tawarikh 28), tetapi Hizkia mau (Yesaya 37:14-21; lihat 2 Tawarikh 32:1-23). 

Yesaya 26 adalah nyanyian kepercayaan, menjanjikan dan merayakan kemenangan, penyelamatan, pembaruan, rasa aman, dan “damai sejahtera” dari Allah (ay.3; shalom, yang berarti damai, keselamatan, kemakmuran, kesejahteraan, keutuhan) bagi mereka yang merendahkan diri dan memuliakan Dia. Umat Allah dapat “[percaya] kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal” (ay.4). —K.T. Sim

Yakin Sepenuhnya dalam Allah

Apa yang mengancam untuk membuat kamu kewalahan hari ini? Bagaimana cara kamu untuk mengingatkan diri sendiri tentang kuasa dan kasih Allah?

Allah terkasih, aku percaya kepada-Mu dan memilih untuk meyakini sepenuhnya kasih-Mu hari ini.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 11-12; Lukas 6:1-26

Lakukan atau Tidak

Kamis, 30 Maret 2023

Baca: Roma 7:15-20

7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.

7:16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik.

7:17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.

7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.

7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.

7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.

Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan . . . yang jahat, yang aku perbuat. —Roma 7:19

Ketika saya masih kanak-kanak, sebuah tank bekas Perang Dunia II dipajang di taman dekat rumah kami. Terpasang beberapa papan peringatan untuk memperingatkan bahayanya menaiki kendaraan tersebut, tetapi beberapa teman saya langsung berebut memanjat dan menaikinya. Ada dari kami yang agak enggan, tetapi akhirnya kami memanjat juga. Seorang anak menolak, sambil menunjuk ke arah papan-papan peringatan tersebut. Yang lain bergegas melompat turun ketika ada orang dewasa mendekat. Godaan untuk bersenang-senang mengalahkan niat kami untuk menaati aturan.

Dalam diri kita semua ada kecenderungan yang kekanak-kanakan untuk memberontak. Kita tidak suka diberi tahu apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Meski demikian, kita membaca dalam Surat Yakobus bahwa jika kita tahu apa yang benar tetapi tidak melakukannya, itu adalah dosa (4:17). Dalam Surat Roma, Rasul Paulus menulis: “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku” (7:19-20).

Sebagai umat percaya, kita mungkin bingung dengan pergumulan kita melawan dosa. Namun, terlalu sering kita hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri untuk melakukan apa yang benar. Kelak, ketika hidup ini berakhir, barulah kita benar-benar mati terhadap kecenderungan berbuat dosa. Namun, sebelum hari itu tiba, kita dapat mengandalkan kuasa Kristus, yang telah meraih kemenangan atas dosa lewat kematian dan kebangkitan-Nya. —Cindy Hess Kasper

WAWASAN
Roma 7:14-25 sering menjadi perdebatan di antara para ahli Alkitab. Banyak orang percaya bahwa ayat-ayat tersebut menggambarkan pergumulan Paulus yang terus-menerus dengan dosa, karena ayat-ayat itu ditulis dalam bentuk waktu sekarang, dan menggunakan kata ganti orang pertama (“aku”). Namun, gambaran Roma 7 tentang manusia “di bawah kuasa dosa” (ay.14) sulit diselaraskan dengan kondisi manusia yang sudah dimerdekakan dari ikatan dosa yang digambarkan sebagai pemberian Roh bagi semua orang percaya dalam pasal 6 dan 8 (6:17-18; 8:1-2). 

Kini, para ahli meyakini bahwa deskripsi yang terus terang dalam Roma 7 tentang “[berbuat] apa yang tidak aku kehendaki” (ay.16) tidaklah menggambarkan pergumulan pribadi Paulus pada waktu itu. Sebaliknya, kemungkinan ia menggunakan suatu teknik sastra dengan berbicara dalam waktu sekarang untuk mendramatisasi kesia-siaan mencari keselamatan melalui hukum Taurat (8:3). Hanya melalui kuasa Roh Kristus orang percaya dapat mengalami kemerdekaan, hidup, dan kedamaian (ay.1-3,6,10). —Monica La Rose

Lakukan atau Tidak

Dosa apa saja yang menjadi pergumulan terbesar kamu? Bagaimana kamu dapat semakin mengandalkan kuasa Allah untuk melepaskan diri dari ikatan dosa tersebut?

Allah Mahakasih, tolonglah aku untuk memilih apa yang benar. Hatiku rindu mencerminkan karakter-Mu yang sempurna dan kehendak-Mu yang kudus.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 9-10; Lukas 5:17-39

Allah Memiliki Rencana Lain

Rabu, 29 Maret 2023

Baca: Keluaran 2:1-10

2:1 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi;

2:2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya.

2:3 Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil;

2:4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.

2:5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya.

2:6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: “Tentulah ini bayi orang Ibrani.”

2:7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: “Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?”

2:8 Sahut puteri Firaun kepadanya: “Baiklah.” Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu.

2:9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: “Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.” Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya.

2:10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: “Karena aku telah menariknya dari air.”

Puteri Firaun . . . menamainya Musa, sebab katanya: “Karena aku telah menariknya dari air.” —Keluaran 2:10

Tidak ada yang tahu berapa usia mereka sebenarnya. Yang satu ditemukan di tangga sebuah gereja; yang seorang lagi hanya tahu bahwa ia dibesarkan oleh para biarawati. Lahir di Polandia semasa Perang Dunia II, selama hampir delapan puluh tahun baik Halina maupun Krystyna tidak mengetahui keberadaan satu sama lain. Lalu, hasil tes DNA mengungkapkan bahwa mereka kakak dan adik. Mereka pun dipertemukan dalam reuni yang penuh sukacita. Tes itu juga mengungkapkan fakta bahwa mereka berdarah Yahudi, dan hal itu menjelaskan mengapa mereka dibuang. Mereka sudah ditandai untuk dibunuh hanya karena identitas mereka.

Membayangkan seorang ibu yang ketakutan harus meninggalkan anak-anaknya yang terancam bahaya di tempat mereka mungkin bisa diselamatkan mengingatkan kita pada kisah Musa. Sebagai bayi laki-laki Ibrani, Musa terancam akan dihabisi (lihat Kel. 1:22). Namun, dengan cerdik ibunya menempatkan Musa di Sungai Nil (2:3), sehingga Musa memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Allah memiliki rencana yang tak terbayangkan oleh sang ibu, yaitu untuk menyelamatkan umat-Nya melalui Musa.

Kisah Musa mengarahkan kita pada kisah Yesus. Sebagaimana Firaun berusaha membunuh seluruh bayi laki-laki Ibrani, demikian pula Herodes memerintahkan pembantaian seluruh bayi laki-laki di Betlehem (lihat Mat. 2:13-16).

Di balik semua kebencian tersebut—terutama terhadap anak-anak—adalah musuh kita, si Iblis. Allah tidak terkejut dengan kekerasan sekeji itu. Dia telah memiliki rencana untuk Musa, dan Dia telah memiliki rencana untuk kamu dan saya. Kemudian, melalui Putra-Nya, Yesus, Dia telah mengungkapkan rencana terbesar-Nya—untuk menyelamatkan dan memulihkan mereka yang pernah menjadi musuh-musuh-Nya. —Tim Gustafson

WAWASAN
Kebaikan putri Firaun (Keluaran 2:6) setara dengan belas kasihan para bidan Ibrani yang dikisahkan dalam pasal sebelumnya. Firaun telah memerintahkan Sifra dan Pua untuk membunuh bayi laki-laki yang dilahirkan para perempuan Ibrani (1:15-16). Apakah hanya ada dua bidan? Kita tidak tahu, tetapi nama kedua bidan itu disebutkan karena keberanian hati mereka. Sifra dan Pua “takut akan Allah” sehingga mereka menolak melakukan perintah jahat Firaun (ay.17). Ketika ditanyai Firaun, mereka berbohong tentang hal itu (ay.18-19). Allah memberkati mereka, karena mereka lebih takut kepada-Nya daripada kepada Firaun, dan karena tindakan mereka membela hidup kaum yang lemah (ay.21). —Tim Gustafson

Allah Memiliki Rencana Lain

Bagaimana kamu melihat rencana Allah berlangsung dalam hidup kamu? Dengan cara apa Dia telah menyelamatkan kamu?

Bapa Surgawi, ada begitu banyak kejahatan di dunia. Terima kasih atas karya penyelamatan-Mu. Tolonglah aku untuk mempercayai rencana-Mu yang sempurna.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 7-8; Lukas 5:1-16

Dari Stres kepada Damai Sejahtera

Selasa, 28 Maret 2023

Baca: Filipi 4:4-8

4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

4:5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!

4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. —Filipi 4:6

Pindah rumah adalah salah satu penyebab stres terbesar dalam hidup. Setelah menempati rumah lama selama hampir dua puluh tahun, kami memutuskan untuk pindah ke rumah kami yang sekarang. Sebelum menikah, selama delapan tahun saya tinggal seorang diri di rumah lama tersebut. Kemudian suami saya bergabung, membawa semua barang miliknya. Setelahnya anak kami lahir, dan itu berarti lebih banyak lagi barang.

Hari kepindahan kami ke rumah baru bukannya tanpa insiden. Lima menit sebelum petugas pindahan tiba, saya masih menyelesaikan sebuah naskah buku. Lalu, rumah yang baru memiliki beberapa tangga sehingga proses pindahan memerlukan waktu dan personel dua kali lebih banyak daripada yang direncanakan.

Meski demikian, saya tidak merasa stres dengan beragam kejadian hari itu. Kemudian baru saya tersadar: selama proses itu, saya menghabiskan waktu berjam-jam menyelesaikan penulisan sebuah buku—buku yang sarat dengan ayat-ayat Alkitab dan konsep alkitabiah. Oleh anugerah Allah, saya terus mendalami Alkitab, berdoa, dan menulis untuk memenuhi tenggat. Jadi, saya percaya kuncinya adalah karena saya tenggelam dalam firman Tuhan dan doa.

Paulus menulis, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6). Ketika kita berdoa—dan bersukacita dalam Allah (ay.4)—kita memusatkan kembali pikiran kita dari masalah kepada Pemelihara kita yang agung. Mungkin kita meminta Allah menolong kita mengatasi sumber stres yang ada, tetapi selain itu, kita juga menjalin relasi dengan-Nya. Dari relasi itulah kita dapat menerima damai sejahtera “yang melampaui segala akal” (ay.7). —Katara Patton

WAWASAN
Paulus “dipenjarakan karena Kristus” (Filipi 1:13) ketika ia menulis surat kepada jemaat di Filipi. Karena ia menyebutkan “semua pengawal istana” (ay.13 BIS) dan “mereka yang di istana Kaisar” (4:22), kemungkinan ia dipenjarakan di Roma. Meski dipenjarakan, Paulus menulis surat “penuh sukacita” ini (1:4,25; 2:2,29; 4:1). Ia dengan gigih mendorong umat Tuhan di Filipi: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!” (4:4). Kira-kira sepuluh tahun sebelumnya, dalam perjalanan misinya yang kedua, Paulus telah membawa Injil ke koloni Romawi ini, dan itu mengakibatkan dirinya dianiaya (Kisah Para Rasul 16:11-40). Meski berkali-kali didera dan dipenjara secara ilegal, Paulus memancarkan sukacita dan kedamaian. Karena dalam kesengsaraan, “Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah” (ay.25). Sang rasul menulis, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:6-7). —K.T. Sim

Dari Stres kepada Damai Sejahtera

Dalam situasi penuh tekanan seperti apa kamu membutuhkan damai sejahtera dari Allah hari ini? Bagaimana berdoa dengan ucapan syukur dapat mengubah pikiran kamu?

Ya Pemelihara dan Pelindung kami, aku menyerahkan kekhawatiranku kepada-Mu. Jagalah pikiran dan hatiku dengan damai sejahtera-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 4-6; Lukas 4:31-44

Allah Mendengarkan

Senin, 27 Maret 2023

Baca: Yakobus 5:13-16

5:13 Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!

5:14 Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.

5:15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.

5:16 Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. —Yakobus 5:16

Chuck, seorang aktor dan ahli bela diri, memberikan penghormatan kepada ibunya pada ulang tahun beliau yang ke-100, dengan menceritakan peranan besar sang ibu dalam transformasi rohani yang dialaminya. “Ibu telah menjadi teladan dalam ketekunan dan iman,” tulisnya. Beliau membesarkan tiga putranya seorang diri pada masa Depresi Besar; melewati kematian dua orang suami, seorang putra, seorang putra tiri, dan cucu-cucu; serta bertahan menjalani banyak pembedahan. “[Beliau] selalu berdoa untukku di sepanjang hidupku, dalam susah maupun senang.” Chuck melanjutkan, “Ketika aku hampir tersesat dalam pergaulan di Hollywood, jauh di rumah Ibu mendoakan kesuksesan dan keselamatanku.” Ia mengakhiri dengan berkata, “Aku berterima kasih kepada [ibuku] yang telah dipakai Allah untuk menjadikanku sebagaimana adanya diriku saat ini.”

Doa-doa yang dipanjatkan sang ibunda telah menuntun Chuck kepada keselamatan—dan juga istri yang takut akan Tuhan. Dengan tekun beliau berdoa bagi sang putra, dan Allah mendengarkan doanya. Doa-doa kita tidak selalu dijawab seperti yang kita inginkan, jadi kita tidak dapat memakai doa seperti tongkat sihir. Meski begitu, Yakobus meyakinkan kita bahwa “doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yak. 5:16). Seperti ibu tersebut, marilah kita terus mendoakan mereka yang sakit dan menderita (ay. 13-15). Ketika kita, seperti beliau, bersekutu dengan Allah di dalam doa, kita akan menemukan kekuatan, kedamaian, dan keyakinan bahwa Roh Allah sedang bekerja.

Adakah seseorang dalam hidup kamu yang membutuhkan keselamatan, kesembuhan, atau pertolongan? Panjatkanlah doa kamu kepada Allah di dalam iman. Dia mendengarkannya. —Alyson Kieda

WAWASAN
Ada delapan kata doa dalam Yakobus 5:13-18, yang berasal dari tiga kata Yunani. “Doa” di ayat 13 (juga ay.14,17,18) adalah proseuchomai, yang berarti berdoa kepada Allah, memohon, beribadah. Inilah kata yang paling sering digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menyebut tentang doa. Kata yang diterjemahkan sebagai “doa” dalam ayat 15 adalah euche, yang mengandung suatu permintaan, yang diutarakan sebagai permohonan kepada Allah. Kata kerja dari kata ini, euchomai, muncul dalam ayat 16: “saling mendoakan, supaya kamu sembuh.” Kata lain yang diterjemahkan sebagai “doa” dalam Yakobus 5 juga muncul di ayat 16: “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Kata yang digunakan di sini adalah deesis, suatu petisi, doa, permintaan, permohonan. Berbagai jenis doa itu pasti sampai ke telinga Allah yang mendengarkan dan hati-Nya yang peduli. —Arthur Jackson

Allah Mendengarkan

Kapan kamu menyaksikan Allah menjawab doa-doa kamu? Siapa saja yang selalu kamu doakan?

Ya Bapa, tolonglah aku untuk terus berdoa dan tidak menyerah. Terima kasih untuk kasih-Mu yang memampukanku bertekun.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 1-3; Lukas 4:1-30

Ruang Cerita

Minggu, 26 Maret 2023

Baca: 1 Samuel 18:1-4

18:1 Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.

18:2 Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya.

18:3 Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri.

18:4 Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.

Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. —1 Samuel 18:3

Warga di wilayah utara Spanyol memiliki cara yang indah untuk mengungkapkan rasa persatuan dan persahabatan. Kawasan pedesaan di sana sarat dengan gua-gua buatan, dan setiap kali panen selesai para petani akan duduk di dalam ruangan yang dibangun di atas sebuah gua untuk mencatat hasil panen mereka. Seiring berjalannya waktu, ruangan itu dikenal sebagai “ruang cerita”—suatu tempat berkumpul bagi teman-teman dan anggota keluarga untuk saling berbagi cerita, rahasia, dan impian mereka. Apabila seseorang membutuhkan kehadiran dan persekutuan dari sahabat-sahabat karib, ia dapat pergi ke ruang cerita tersebut.

Seandainya Yonatan dan Daud tinggal di utara Spanyol, bisa jadi dua sahabat karib itu juga memiliki sebuah ruang cerita. Ketika Raja Saul menjadi sangat iri hingga ingin membunuh Daud, Yonatan, putra sulung sang raja, memilih untuk melindungi Daud dan berteman akrab dengannya. “Berpadulah jiwa” keduanya (1Sam. 18:1). Yonatan pun “mengasihi [Daud] seperti dirinya sendiri” (ay.1,3) dan meski dirinya adalah pewaris takhta, Yonatan menyadari bahwa Allah telah memilih Daud menjadi raja. Ia memberikan jubah, baju perang, pedang, panah, dan ikat pinggangnya kepada Daud (ay.4). Di kemudian hari, Daud menyatakan betapa indahnya kasih persahabatan Yonatan yang mendalam kepadanya (2Sam. 1:26).

Sebagai orang percaya, kiranya Tuhan Yesus menolong kita membangun “ruang cerita” kita sendiri, yakni persahabatan yang mencerminkan kasih dan kepedulian Kristus. Marilah kita meluangkan waktu untuk bercengkerama dengan teman-teman, mengungkapkan isi hati kita, dan menjalani hidup dalam persekutuan yang sejati dengan satu sama lain di dalam Dia. —Marvin Williams

WAWASAN
Pertama kalinya kita membaca tentang Yonatan, putra sulung Raja Saul, adalah dalam 1 Samuel 13–14, 18–20. Yonatan seorang prajurit yang gagah berani. Dalam sebuah tindakan heroik, Yonatan dan pembawa senjatanya pergi melawan orang-orang Filistin di Mikhmas, dan ia membunuh dua puluh orang dengan tangannya sendiri. Saul dan tentaranya bergabung dalam pertempuran itu, dan Allah memimpin umat Israel meraih kemenangan (13:23–14:23).

Sebelum kejadian itu, Saul telah tergesa-gesa membuat sumpah, “Terkutuklah orang yang memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas dendam terhadap musuhku.” (14:24). Karenanya, tentara Saul pun berperang dalam keadaan lapar. Namun, Yonatan yang tidak berada di situ dan tidak mendengar sumpah tersebut telah menyegarkan dirinya dengan madu sembari mengejar musuh. Untungnya, para tentara berhasil mencegah Saul melaksanakan sumpahnya yang bodoh (ay.41-45). Dalam perikop hari ini, kita belajar tentang persahabatan Yonatan dan Daud. Yonatan mengutamakan Daud di atas kepentingannya sendiri dan menyelamatkan Daud dari upaya pembunuhan yang diniatkan Saul (pasal 20). —Alyson Kieda

Ruang Cerita

Komitmen seperti apa yang kamu berikan kepada teman-teman kamu? Bagaimana kamu dapat mengungkapkan kasih kamu kepada mereka minggu ini?

Allah terkasih, tolonglah aku membangun persahabatan yang tulus, terbuka, dan penuh kasih dengan sesamaku.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 22-24; Lukas 3

Kasih Karunia yang Mengalami “Reboot”

Sabtu, 25 Maret 2023

Baca: Ratapan 3:16-33

3:16 Ia meremukkan gigi-gigiku dengan memberi aku makan kerikil; Ia menekan aku ke dalam debu.

3:17 Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan.

3:18 Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada TUHAN.

3:19 “Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu.”

3:20 Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku.

3:21 Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap:

3:22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,

3:23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!

3:24 “TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.

3:25 TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.

3:26 Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.

3:27 Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.

3:28 Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN membebankannya.

3:29 Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan.

3:30 Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan.

3:31 Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan.

3:32 Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya.

3:33 Karena tidak dengan rela hati Ia menindas dan merisaukan anak-anak manusia.

Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! —Ratapan 3:22-23

Selama beberapa dekade terakhir, sebuah kata baru muncul dalam kosakata perfilman, yakni reboot. Dalam dunia sinema, reboot berarti mengambil sebuah cerita lama untuk kemudian dibuat ulang dengan versi baru. Beberapa reboot menceritakan ulang sebuah kisah yang sudah dikenal luas, seperti kisah jagoan super atau dongeng. Reboot yang lain menggunakan cerita yang kurang dikenal dan mengisahkannya kembali dengan cara berbeda. Namun, setiap reboot adalah upaya untuk memulai kembali. Itulah awal yang baru, seperti kesempatan untuk meniupkan napas hidup yang baru ke dalam sesuatu yang lama.

Ada sebuah cerita lain yang melibatkan reboot, yakni kisah Injil. Di dalamnya, Tuhan Yesus mengundang kita untuk menerima tawaran pengampunan-Nya, juga hidup yang kekal dan berkelimpahan (Yoh. 10:10). Dalam Kitab Ratapan, Yeremia mengingatkan kita bahwa kasih Allah bagi kita menjadikan setiap hari seperti suatu reboot. “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu” (Rat. 3:22-23).

Kasih karunia Allah mengundang kita menyambut setiap hari sebagai kesempatan baru untuk mengalami kesetiaan-Nya. Entah kita masih bergumul karena dampak dari kesalahan kita, atau kita sedang mengalami kesulitan-kesulitan lain, Roh Allah sanggup meniupkan pengampunan, hidup baru, dan pengharapan ke dalam setiap hari baru. Hari baru adalah suatu reboot, kesempatan untuk mengikuti tuntunan Sang Sutradara Agung, yang merangkai kisah hidup kita ke dalam kisah-Nya yang lebih besar. —Adam R.Holz

WAWASAN
Nama penulis Kitab Ratapan memang tidak disebutkan, tetapi tradisi Yahudi menganggap Nabi Yeremia adalah penulisnya. Kitab yang tersusun atas lima ratapan atau nyanyian penguburan itu berisi catatan pandangan mata Yeremia yang sangat emosional tentang keruntuhan Yerusalem dan Bait Suci oleh orang-orang Babel pada tahun 586 SM (lihat 2 Raja-Raja 25; Yeremia 52). Namun, di tengah kehancuran dan keputusasaan, Yeremia juga mengungkapkan pengharapan yang besar (Ratapan 3:19-21). Allah, yang selayaknya menghakimi ketidaksetiaan umat terhadap perjanjian mereka dengan-Nya, tetaplah Allah yang kasih setia dan rahmat-Nya tidak berkesudahan (ay.22,32-33), Allah yang setia (ay.23), Allah sumber pengharapan (ay.24-25), dan Allah penolong mereka (ay.26). —K.T. Sim

Kasih Karunia yang Mengalami “Reboot”

Bagaimana cara pandang kamu terhadap pencobaan yang kamu alami berubah saat kamu mengingat dan merenungkan kasih setia Allah di tengah kesulitan yang ada? Bagaimana pengampunan dan kasih karunia Allah telah melakukan reboot dalam hidup kamu?

Ya Bapa, terima kasih atas kasih karunia dan pengampunan-Mu yang mengundangku untuk memulai kembali setiap hari dengan langkah yang baru.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 19-21; Lukas 2:25-52