Posts

Jangan Kehilangan Bola

tangkap-bola

Dalam dunia olahraga kita mengenal prinsip: jangan sampai kehilangan bola—jika perlu kejarlah bola itu sampai ke luar lapangan permainan. Dalam olahraga bisbol, para pemain yang bertugas menangkap bola harus dapat melakukannya sebelum bola itu menyentuh tanah. Usaha keras itulah yang ditunjukkan tim nasional bisbol Kuba demi meraih emas dalam Olimpiade Barcelona.

Hal itu berlaku dalam dunia olahraga, suatu permainan yang tidak berarti besar. Meskipun demikian, alangkah pentingnya seseorang berjuang untuk mempertahankan sesuatu! Berjuang agar tidak kehilangan bola juga berkaitan dengan apa yang penting dalam hidup ini, terutama dalam kehidupan rohani.

Kita semua pernah mengalami situasi di mana kita harus berjuang sampai batas akhir kekuatan kita untuk memulihkan kembali seseorang yang kita kasihi. Terkadang di sekitar kita ada orang-orang yang merasa sulit untuk bangkit kembali. Mereka tidak mau mendengar nasihat orang lain atas masalah yang mereka hadapi, dan semakin sering kita menasihati mereka, semakin mereka mengabaikannya. Mungkin kita pernah memberi tahu mereka untuk bergantung kepada Allah, tetapi mereka tidak menurutinya dan kita seakan kehabisan waktu. Lalu kita pun kehilangan semangat, karena kita berpikir segalanya sia-sia saja. Kita akhirnya berkata, “Mustahil ia dapat mengenal Tuhan.”

Keputusasaan yang menimpa kita juga dialami oleh orang Israel kuno. Mungkin Anda berkata, “Kau tak tahu betapa keras kepalanya orang itu.” Sekalipun pergumulan itu terasa begitu berat, Allah hendak mengajar kita untuk terus maju. Kita harus terus berdoa baginya, terus berbicara dengan penuh hikmat dan kasih, sehingga dalam setiap kesempatan, kita tidak berputus asa tetapi juga tidak terdengar menggurui. Sekalipun sangat sulit melakukannya, atau telah lama kita berusaha, yakinlah bahwa orang tersebut tidaklah mustahil untuk berubah. Allah dapat berbicara kepada dirinya dan hatinya.

Kita harus terus maju dengan mengandalkan kuasa Allah. Kita perlu berdoa, bersaksi, dan bersikap sebagaimana yang Allah kehendaki dari kita. Pada waktunya kelak, di saat-saat yang tidak terduga, kita akan menerima kejutan. Kejutan yang luar biasa indahnya. Semua itu tergantung pada perjuangan kita.

Teruslah berjuang dan berdoa untuk setiap orang.

Hari Libur

kalender-01

Bagi sejumlah orang, ucapan “Aku tidak akan meninggalkanmu”
sebenarnya berarti, “paling tidak, untuk 5 menit ke depan”.

Jujur saja, waktu saya mendengar kabar itu, saya pikir hal itu tidak mungkin akan bertahan lama. Salah seorang pemain tenis terbaik sepanjang masa, Björn Borg, akan menikahi Marianna Simionescu. Ketika mereka menikah, salah satu perjanjian dalam kontrak nikah mereka adalah soal satu hari libur setiap minggunya bagi mereka masing-masing untuk melakukan apa saja yang mereka suka tanpa harus diketahui satu sama lain.

Ketika kita berbicara tentang karakter Allah, tidak mungkin kita tidak berbicara tentang kesetiaan. Coba bandingkan itu dengan karakter diri kita sendiri. Meski contoh yang diberikan Björn dan Marianna tidak lazim, tetap saja kesetiaan bukanlah sifat yang alami bagi manusia pada umumnya! Namun kesetiaan Allah kepada kita tidak terbatas. Kita bisa selalu yakin bahwa Dia akan memenuhi janji-janji-Nya.

Betapa berbedanya kita! Coba pikirkan kesetiaan kita kepada sahabat atau keluarga kita. Pada kenyataannya, masa-masa kita gagal untuk setia adalah masa-masa yang menghasilkan kepahitan dan sikap tidak percaya. Pernikahan sepasang suami-istri yang saling tidak setia tak akan bertahan lama. Tidak ada jalan lain: kita tidak dapat “meliburkan diri” dari sikap setia tanpa menimbulkan akibat yang harus kita tanggung kemudian.

Kita begitu mudah mengucapkan kata setia kepada orang-orang di sekitar kita, tetapi sesungguhnya kita bergumul untuk hidup dengan setia. Bahkan ketika sepasang mempelai memulai bahtera pernikahan, mereka berjanji untuk saling mengasihi selama-lamanya. Mereka berkata, “Sayangku, kita akan selalu bersama, sampai selamanya.” Di hadapan para saksi, mereka berjanji untuk tidak akan meninggalkan satu sama lain, dalam sakit maupun sehat, dalam kekurangan maupun saat kaya, dsb. Namun betapa mudahnya tekad-tekad itu dilupakan! Mungkinkah kita bisa dianggap sungguh-sungguh oleh orang lain? Akan tetapi Allah memandang kata-kata kita dengan sangat serius; itulah mengapa Dia memperingatkan bahwa meninggalkan pasangan hidup kita itu sama dengan mengabaikan perjanjian kita dengan-Nya. Memang perkataan yang keras, tetapi Allah tidak berkompromi; bagi Dia tidak ada hari libur bagi kesetiaan.

Syukurlah, seberat apa pun kita bergumul, Dia selalu ingat akan janji-Nya kepada kita; Dia selalu setia kepada anak-anak-Nya. Kiranya Dia menjadi teladan kita, agar kita tidak pernah lupa akan nilai penting dari kesetiaan.

Karena Allah setia
kita bisa berpegang pada janji-Nya

Miliuner

basket ball 01

Jumlah uang yang tercantum dalam kontrak para pemain liga bola basket NBA bisa membuat Anda berdecak kagum. Banyak pemain yang digaji lebih dari 8 juta dolar setiap tahunnya. Ketika masih bermain, Michael Jordan pernah menghasilkan 10 juta dolar setiap tahunnya dari nilai kontrak dan iklan yang diterimanya. Sebelumnya, Magic Johnson pernah menandatangani kontrak senilai 23 juta dolar, dan para pemain papan atas masa kini biasa menandatangani kontrak sebesar 70 juta dolar untuk beberapa musim pertandingan. Angka-angka sebesar itu membuat saya berpikir, berapa besar nilai diri saya?

Pernahkah Anda menanyakan hal yang sama? Kita mungkin pernah bermimpi untuk menjadi seorang atlet miliuner. Namun mungkin tidak ada yang pernah mengatakan kepada Anda betapa berharganya diri Anda. Nilai diri Anda tidak bisa diukur dalam angka jutaan. Malam ini, sebelum terlelap, lihatlah bintang-bintang (kalau langit sedang cerah). Semua bintang itu adalah milik Anda. Semuanya itu milik Allah, dan Dialah Bapa Anda. Alkitab berkata, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yoh. 1:12). “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris” (Rm. 8:17). Sadarkah Anda bahwa Anda akan mewarisi kerajaan Allah?

Allah tidak menghendaki kita merasa rendah diri. Memang kerendahan hati adalah sifat yang penting bagi seorang Kristen, tetapi itu tidak berarti kita harus memandang diri sendiri sebagai orang yang tak berharga. Kerendahan hati berarti kita bergantung kepada Allah saja dalam setiap situasi yang ada dan selalu siap untuk belajar dari-Nya. Hal itu juga berarti kita mengakui bahwa Allah yang telah menjadikan setiap dari kita dan bahwa kita sangat berharga di mata-Nya.

Dia adalah Allah kita. Kita tidak berhak untuk berpikir bahwa Allah telah membuat kesalahan saat Dia menciptakan kita. Kita tidak berhak untuk berpikir: Andai saja aku lahir di tempat dan keluarga yang lain, dan dalam keadaan yang lain . . . Allah telah menempatkan kita di sini, pada saat ini, karena Dia bersuka atas diri kita dan pada keberadaan kita di masa mendatang. Dengan kata lain, Allah bersukacita atas diri Anda dan menikmati kehadiran Anda, seperti orangtua yang menyukai kehadiran anak-anak mereka.

Apabila Anda seorang anak Allah, bersyukurlah atas diri Anda! Dalam diri Anda tercermin sifat Bapa Anda di surga. Dialah Allah Anda, Raja atas alam semesta! Dia akan membuat Anda tersenyum kembali, karena Anda sangat berharga di mata-Nya.

Allah membuat kita tersenyum karena Dia senang bersama kita.

Allah Masih Bekerja dalam Hidup Saya

pion-catur

Bacaan: Ratapan 3:18-25

Bagi beberapa orang, catur adalah olahraga yang seru dan menantang! Jika kita memperhatikan peraturan pertandingannya, kita bisa melihat keunikan dari olahraga catur itu. Semasa kecil, saya pernah berkesempatan menyaksikan Anatoly Karpov, juara dunia catur pada masanya, bertanding dalam suatu kejuaraan. Salah satu peraturan favorit saya dari catur adalah tentang pion. Pion adalah bidak catur yang dianggap paling tidak berarti, tetapi jika ia dapat maju selangkah demi selangkah—kotak demi kotak—hingga tiba di baris kedelapan, pion itu dapat berubah menjadi ratu, bidak catur yang paling tinggi nilainya!

Inilah gambaran dari karya Allah yang mendasar: menjadikan kita serupa dengan Anak-Nya, Yesus. Sejak kita mengambil keputusan terpenting dalam hidup kita, untuk percaya dan mempercayakan hidup kepada Allah demi kekekalan kita, kita pun menjadi seperti bidak pion dalam catur itu. Allah kemudian membentuk kita hingga akhir hayat dengan mendorong kita maju, selangkah demi selangkah, sembari menumbuhkan karakter kita.

Dan salah satu sifat terpenting dari karakter Allah yang Dia ingin kita miliki adalah kesetiaan-Nya. Kita membaca dalam kitab Ratapan: “besar kesetiaan-Mu!” (3:23). Dan Dia akan terus berkarya dalam diri kita hingga Dia telah mengubah seluruh karakter kita menjadi seperti sifat Sang Raja.

Terkadang hidup terasa sulit. Kita tumbang dan gagal di sana-sini, lalu menjadi tawar hati ketika kita gagal. Kita lupa bahwa dalam segala keadaan, Allah sedang membentuk kita, hari demi hari, untuk menjadi serupa dalam sifat dan gambaran Anak-Nya, Yesus. Seperti bidak pion yang hanya melangkah maju sekotak demi sekotak, rasanya memang begitu lama dan perlahan. Namun ketika kita melihat ke belakang dalam hidup kita, kita dapat melihat bagaimana Allah telah menggerakkan kita maju sepanjang hari, bulan, dan tahun-tahun yang telah kita lalui.

Ingatlah, pion adalah bidak terlemah di atas papan catur. Keberhasilan akan kita peroleh ketika kita melakukan persis dengan yang Allah kehendaki. Dialah yang mengatur semua bidaknya. Jangan lupa bahwa pion bisa menjadi penentu kemenangan. Mungkin kita tidak bisa bergerak leluasa, tidak memiliki banyak kekuatan, tidak memberikan kesan pada siapa pun . . . tetapi jangan salah! Allah masih bekerja dalam hidup kita. Dia sedang mengubah pion menjadi ratu; umat-Nya menjadi serupa Kristus.

Pertumbuhan seorang Kristen terjadi di hadapan Allah, hari demi hari, lewat pergumulan dan kebergantungan pada Roh-Nya setiap hari. Dia masih terus bekerja dalam diri Anda. Alangkah indahnya menjadi sebuah pion di tangan Allah!

Pion yang kecil bisa menjadi penentu kemenangan.

Berjalan Tanpa Tahu Arah

racing-road

Bacaan: 1 Petrus 3:15-16

Pada tahun 2001, saya berkendara bersama keluarga melewati wilayah selatan Prancis untuk mengunjungi beberapa kota yang belum pernah kami datangi sebelumnya. Salah satunya adalah Monako. Yang sangat berkesan bagi saya adalah pengalaman kami mengendarai mobil di atas jalanan yang setiap tahunnya dipakai juga dalam lomba balapan Formula 1.

Kami bertanya-tanya bagaimana para pembalap itu dapat mengendarai begitu cepat di tengah jalanan yang penuh dengan tikungan tajam. Saya pikir para pembalap itu pasti sudah sering mencoba rute itu sebelum lomba berlangsung agar dapat mengenali susunan jalur perlombaannya. Akan sangat sulit berkendara dengan kecepatan tinggi apabila pembalap itu tidak mengenali rute yang harus dilaluinya.

Ketika kita hendak menerangkan hubungan kita dengan Allah kepada orang lain, sering kita tidak tahu apa yang akan menjadi tanggapan mereka atau pertanyaan yang ada dalam benak mereka. Bagaikan jalanan yang tidak pernah kita lalui sebelumnya, arah pembicaraan kita dengan mereka pun tidak mungkin kita tebak. Karena kita tidak tahu apa yang akan mereka kemukakan, firman Allah memberi tahu kita untuk selalu siap memberi jawaban mengenai harapan yang kita miliki (1Ptr. 3:15).

Apakah ini artinya mulai sekarang kita harus menuliskan segala pertanyaan atau keberatan yang mungkin dikemukakan mereka? Tentu tidak, karena hal itu memang tidak mungkin. Satu-satunya cara untuk mempersiapkan diri adalah dengan mengenal firman Tuhan sebaik mungkin. Bagaimana caranya? Sederhana saja: dengan menghafal ayat-ayat Alkitab. Jika kita menghafal satu ayat sehari, setelah 40 tahun kita akan dapat mengenal seluruh isi Alkitab!

Anda mungkin bertanya, apa pentingnya kita menghafal firman Tuhan? Ada sejumlah alasan yang bisa saya ajukan. Di tengah ujian, godaan, kesulitan, dan keputusan hidup yang kita hadapi, Allah Roh Kudus dapat mengingatkan kita pada bagian-bagian firman-Nya yang tepat bagi kita, apabila kita telah mempersiapkan diri sebelumnya dengan menyimpan ayat-ayat itu dalam hati kita.

Jadi bagaimana caranya kita menghafal ayat-ayat Alkitab? Sederhana saja:
Buatlah sasaran untuk menghafal satu ayat untuk satu hari.
Terapkanlah masing-masing ayat yang Anda hafalkan pada situasi nyata yang sedang Anda hadapi.
Kelompokkanlah ayat-ayat itu berdasarkan suatu tema dan simpanlah dalam sebuah catatan.
Tuliskanlah ayat-ayat yang dipakai Allah untuk berbicara kepada Anda.

Apakah Anda merasa takut, gentar, atau panik ketika Anda harus membagikan Injil kepada seseorang? Apakah Anda merasa gemetar ketika masuk dalam situasi yang tidak Anda kenali? Pertama-tama, janganlah khawatir! Satu-satunya hal yang perlu Anda lakukan adalah bersiap diri. Apa pun jalan yang diperkenankan Allah untuk Anda lalui, Dia akan menuntun Anda lewat firman-Nya.

Cara terbaik untuk berbicara tentang Allah
adalah dengan mengizinkan-Nya berbicara melalui hidup kita.

Raksasa

muggsy-bogues

Bacaan:
1 Samuel 17

Dalam Kejuaraan Dunia Bola Basket tahun 1986 di Spanyol, ada seorang pemain yang menarik perhatian banyak orang. Namanya Tyrone Bogues. Yang menarik perhatian adalah tinggi badannya yang hanya 1,6 meter. Ia adalah salah seorang pemain terpendek dalam sejarah bola basket dunia.

Sekalipun berbadan kecil, Bogues mampu menunjukkan kemampuannya dalam bertahan menghadapi para pemain yang setidaknya lebih tinggi 40 cm dari dirinya. Ia pun menjadi pengatur serangan yang andal bagi tim dalam liga NBA berjuluk Charlotte Hornets. Di mata banyak orang, Bogues adalah seorang raksasa karena keandalannya itu.

Banyak dari kita yang tidak asing lagi dengan kisah Daud melawan Goliat. Daud adalah seorang anak muda yang berani menghadapi Goliat, seorang prajurit bertubuh raksasa setinggi hampir 3 meter. Goliat mati terbunuh oleh sebuah batu yang dilontarkan Daud dari umbannya. Kemudian Daud memakai pedang Goliat untuk memenggal kepala pemiliknya.

Mungkin saja pergumulan kita bukanlah melawan raksasa dalam arti fisik (atau mungkin saja begitu, jika Anda seorang pemain bola basket!), tetapi kita tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa ada banyak ‘raksasa’ yang menghadang kita. Raksasa macam apa yang sedang mencemooh Anda saat ini? Siapakah ‘Goliat’ yang membuat Anda mundur dan kecut?

Mungkin raksasa itu berupa perasaan kesepian, keraguan, depresi, ketakutan, dosa tertentu, kesulitan keuangan, sakit-penyakit, atau serangkaian masalah lainnya. Apa pun yang diperbuat raksasa itu untuk menghadang Anda, ingatlah bahwa ia bukan hanya menyerang Anda, tetapi ia juga berhadapan dengan Allah Mahakuasa.

Daud tahu bahwa Allah lebih berkuasa daripada raksasa mana pun, dan oleh karena itu, ia berani menantang Goliat. “Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku,” kata Daud (1Sam. 17:46). Daud juga tahu bahwa Allah tidak membutuhkan pedang atau tombak untuk menyelamatkannya. Roh Kudus akan bekerja melalui diri siapa saja yang menaati Allah, berapa pun ukuran tubuhnya. Daud berkata, “Aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam” (ay.45). Kita semua tahu akhir ceritanya: tidak ada raksasa yang dapat melawan Allah dan menang.

Semua peristiwa itu terjadi sekitar tiga ribu tahun yang lalu; bagaimana dengan masa kini? Apakah Anda masih takut pada raksasa-raksasa yang menantang Anda? Tuhan sanggup memberi kemenangan kepada Anda! Jangan berusaha melawan mereka dengan kekuatan Anda sendiri. Bawalah pergumulan itu kepada Allah dalam doa. Maka Anda akan sanggup menyatakan: “Aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam.”

Hasil dari segala pergumulan kita, ada di tangan Tuhan. Jadi, majulah dan hadapilah raksasa-raksasa hidup kita dengan Dia di sisi kita!

Raksasa sebesar apa pun, ia tidak akan lebih besar daripada Allah Mahakuasa.