Posts

Hidup Dalam Kasih

Jumat, 22 Agustus 2014

Hidup Dalam Kasih

Baca: Mazmur 112

112:1 Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.

112:2 Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.

112:3 Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya.

112:4 Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil.

112:5 Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.

112:6 Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya.

112:7 Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN.

112:8 Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya.

112:9 Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.

112:10 Orang fasik melihatnya, lalu sakit hati, ia menggertakkan giginya, lalu hancur; keinginan orang fasik akan menuju kebinasaan.

Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. —Mazmur 112:4

Hidup Dalam Kasih

Di negara Afrika, tempat tinggal teman saya, Roxanne, air merupakan komoditas berharga yang langka. Sering orang harus menempuh perjalanan yang jauh untuk mendapatkan air dari sungai-sungai kecil yang telah tercemar, dan akibatnya ada warga yang jatuh sakit bahkan meninggal. Kondisi kurangnya air bersih itu juga menyulitkan lembaga-lembaga seperti panti asuhan dan gereja yang hendak melayani mereka. Namun perubahan sudah mulai terjadi.

Lewat kepemimpinan Roxanne dan persembahan kasih yang diberikan secara sukarela oleh sejumlah orang dari gereja-gereja yang berdiri di sana, berlangsunglah penggalian untuk membangun sumur air bersih. Sekarang setidaknya enam sumur baru sudah berfungsi, dan gereja pun berperan menjadi sumber pengharapan dan penghiburan. Sebuah pusat kesehatan dan panti bagi 700 anak yatim-piatu juga dapat dibuka karena sudah ada akses untuk mendapatkan air bersih.

Itulah kasih yang dapat mengalir dari hati orang-orang percaya dalam Kristus yang telah mengalami kasih dan kemurahan Allah. Paulus berkata di dalam 1 Korintus 13 bahwa jika kita tidak mempunyai kasih, suara kita hanya bergemerincing di telinga orang-orang dan iman kita bernilai hampa. Dan Rasul Yohanes berkata bahwa jika kita memiliki harta benda, dan kita bertindak untuk menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan kita, hal itu membuktikan bahwa kasih Allah tinggal di dalam kita (1Yoh. 3:16).

Allah rindu kita “menaruh belas kasihan” (Mzm. 112:5) kepada orang-orang yang membutuhkan, karena hati-Nya pun menaruh belas kasihan kepada kita. —JDB

Janganlah lelah dalam pelayanan kita;
Lakukan yang terbaik bagi yang membutuhkan;
Kebaikan akan mendapat upahnya
Dari Tuhan yang mendorong kita. —NN.

Kebaikan adalah wujud nyata dari iman Kristen.

Karya Tangan Kita

Sabtu, 26 Juli 2014

Karya Tangan Kita

Baca: Yesaya 17:7-11

17:7 Pada waktu itu manusia akan memandang kepada Dia yang menjadikannya, dan matanya akan melihat kepada Yang Mahakudus, Allah Israel;

17:8 ia tidak akan memandang kepada mezbah-mezbah buatan tangannya sendiri, dan tidak akan melihat kepada yang dikerjakan oleh tangannya, yakni tiang-tiang berhala dan pedupaan-pedupaan.

17:9 Pada waktu itu kota-kotamu akan ditinggalkan seperti kota-kota orang Hewi dan orang Amori yang mereka tinggalkan karena orang Israel, sehingga menjadi sunyi sepi.

17:10 Sebab engkau telah melupakan Allah yang menyelamatkan engkau, dan tidak mengingat gunung batu kekuatanmu. Sebab itu sekalipun engkau membuat taman yang permai dan menanaminya dengan cangkokan luar negeri,

17:11 sekalipun pada hari menanamnya engkau membuatnya tumbuh subur, dan pada pagi mencangkokkannya engkau membuatnya berbunga, namun panen akan segera lenyap pada hari kesakitan dan hari penderitaan yang sangat payah.

Sebab engkau telah melupakan Allah yang menyelamatkan engkau, . . . panen akan segera lenyap pada hari kesakitan dan hari penderitaan yang sangat payah. —Yesaya 17:10-11

Karya Tangan Kita

Musim semi baru saja berganti menjadi musim panas dan panenan mulai berbuah. Pemandangan itulah yang terlihat ketika kereta yang kami tumpangi melintasi ladang yang subur di pesisir Michigan Barat. Stroberi telah matang dan orang berlutut di atas embun pagi untuk memetik buah-buah manis itu. Pohon buah blueberry juga menyerap panas dari sinar matahari dan nutrisi dari tanah.

Setelah menyusuri ladang demi ladang dengan buah-buahnya yang telah matang, kereta kami pun melintasi setumpukan besi berkarat yang dibiarkan begitu saja. Puingpuing besi berkarat yang menancap di atas permukaan tanah itu memberikan pemandangan yang sangat kontras dengan hijaunya ladang-ladang yang sudah siap panen. Besibesi berkarat itu tidak menghasilkan apa-apa. Namun di sisi lain, buah-buahan di ladang itu bertumbuh semakin matang dan menjadi santapan bagi orang-orang yang lapar.

Perbedaan antara buah di ladang dengan besi berkarat itu mengingatkan saya tentang nubuat-nubuat Allah terhadap kota-kota kuno seperti Damsyik (Yes. 17:1,11). Allah berkata, “Sebab engkau telah melupakan Allah yang menyelamatkan engkau, . . . panen akan segera lenyap pada hari kesakitan dan hari penderitaan yang sangat payah” (Yes. 17:10-11). Bagi kita di masa kini, nubuat ini menjadi peringatan akan betapa bahaya dan sia-sianya pemikiran bahwa kita dapat menghasilkan sesuatu lewat daya upaya kita sendiri. Di luar Allah, karya tangan kita hanya akan menjadi tumpukan puing. Namun saat kita terlibat bersama Allah dalam melakukan karya-Nya, Allah akan melipatgandakan usaha kita dan menyediakan santapan rohani bagi banyak orang. —JAL

Tuhan, aku ingin menjadi bagian dari karya-Mu di atas bumi.
Di luar Engkau, pekerjaanku tiada artinya. Pimpin, penuhi,
dan pakailah aku. Kiranya melalu diriku, orang lain
bisa menerima santapan yang menyehatkan jiwa mereka.

“Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” —Yesus (Yohanes 15:5)

Cara Dan Tempat Yang Sepele

Minggu, 20 Juli 2014

ID_Week30_Sunday_July20_Yang-Sepele

Baca: Yesaya 49:1-6

49:1 Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku.

49:2 Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.

49:3 Ia berfirman kepadaku: “Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.”

49:4 Tetapi aku berkata: “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna; namun, hakku terjamin pada TUHAN dan upahku pada Allahku.”

49:5 Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya–maka aku dipermuliakan di mata TUHAN, dan Allahku menjadi kekuatanku–,firman-Nya:

49:6 “Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.”

 

Sebab siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. —Zakharia 4:10

Cara Dan Tempat Yang Sepele

Saya kerap bertemu dengan orang yang melihat dirinya sedang melayani dalam pekerjaan dan tempat yang sepele. Mereka sering berkecil hati karena merasa kesepian, dan menganggap pelayanan mereka tidaklah berarti. Saat mendengarkan kisah mereka, saya terpikir pada seorang malaikat dalam buku Out of the Silent Planet karya C. S. Lewis. Ia berkata: “Bangsaku punya aturan: Jangan pernah membicarakan soal ukuran atau jumlah. . . . Sikap itu hanya akan membuat kita menghargai apa yang tidak penting dan mengabaikan apa yang benar-benar penting.”

Dunia kerap menyatakan bahwa semakin besar itu semakin hebat, dan jumlah menjadi ukuran bagi kesuksesan. Hanya orang yang berhati teguh yang dapat menolak tren tersebut, terutama apabila ia bekerja di tempat yang sederhana. Namun kita tidak boleh “mengabaikan apa yang benar-benar penting”.

Ini bukan berarti bahwa jumlah tidak penting (lagipula, para rasul menghitung jumlah para petobat; lihat Kis. 2:41). Jumlah memberi gambaran tentang banyaknya orang yang membutuhkan keselamatan kekal. Kita semua patut melayani dan berdoa agar ada banyak orang yang akan masuk dalam kerajaan Allah, tetapi jumlah tidak boleh menjadi dasar untuk membanggakan diri sendiri.

Allah tidak menghendaki kita untuk merasa puas karena banyaknya pelayanan yang kita lakukan bagi-Nya, atau karena besarnya jumlah orang yang ambil bagian dalam pelayanan itu. Allah menghendaki kita untuk melakukan pelayanan kita dengan tekun bagi kemuliaan-Nya. Pelayanan sederhana yang kita lakukan bagi Allah Mahabesar dengan kuat kuasa-Nya janganlah dipandang sebagai batu loncatan, karena sesungguhnya pelayanan ini pun adalah hal yang penting. —DHR

Tuhan, tolonglah aku mengingat bahwa tidak ada tempat
atau orang yang sepele. Semuanya berharga di mata-Mu.
Kiranya aku melihat nilai penting dari segala yang kukerjakan
dan menghargainya sebagaimana Engkau menghargainya.

Setiap orang yang mengerjakan pekerjaan Allah dengan cara Allah, ia dipandang mulia oleh-Nya.

Kesetiaan Sejati

Selasa, 15 Juli 2014

Kesetiaan Sejati

Baca: 2 Korintus 11:23-31

11:23 Apakah mereka pelayan Kristus? –aku berkata seperti orang gila–aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.

11:24 Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,

11:25 tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.

11:26 Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.

11:27 Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian,

11:28 dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.

11:29 Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?

11:30 Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.

11:31 Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta.

Jika aku harus bermegah,
maka aku akan bermegah
atas kelemahanku.
—2 Korintus 11:30

Kesetiaan Sejati

Diperkirakan lebih dari 14 triliun mil jarak terbang telah dikumpulkan para penumpang yang kerap bepergian dengan menggunakan pesawat udara di seluruh dunia. Hal ini bermula dari awal 1980-an, ketika untuk pertama kalinya maskapai penerbangan memulai program penumpang setia (frequent-flyer) guna mendorong terjadinya transaksi yang berulang dengan menghadiahi para penumpang atas kesetiaan mereka dalam menggunakan layanan maskapai tersebut. Akumulasi jarak terbang tersebut dapat ditukar dengan perjalanan gratis, barang, dan jasa khusus. Alhasil, orang-orang mulai merencanakan perjalanan mereka tidak hanya berdasarkan harga dan jadwal tetapi juga menurut hadiah yang ingin mereka dapatkan.

Rasul Paulus sering sekali melakukan perjalanan di abad pertama, tetapi bukan untuk mengumpulkan “jarak berlayar”. Tujuan Paulus adalah memberitakan kabar sukacita tentang pengampunan dan hidup kekal oleh iman di dalam Yesus kepada sebanyak mungkin orang. Ketika sejumlah orang di Korintus mempertanyakan wewenangnya, ia menulis surat untuk menggambarkan harga yang harus dibayarnya demi membawa kabar Injil tersebut: “Tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut” (2Kor. 11:25). Allah telah memberi Paulus anugerah dan ketahanan untuk mempertaruhkan hidupnya tanpa pamrih guna memberitakan tentang Yesus kepada orang banyak.

Baik kita dianiaya ataupun dipuji karena pelayanan kita kepada Tuhan, kiranya hati kita senantiasa terpusat untuk setia mengikut-Nya dan mengucap syukur atas kasih pengorbanan-Nya. —DCM

Aku milik-Mu, Tuhan, ajarilah aku artinya,
Seluruhnya dalam kasih dan kesetiaan,
Mengabdi sepenuhnya, berserah dalam sukacita,
Dan taat tanpa syarat kepada-Mu! —Bennett

Kesetiaan kita kepada Yesus berasal dari kasih-Nya kepada kita.

Fokus Pada Proses

Minggu, 29 Juni 2014

Fokus Pada Proses

Baca: 2 Petrus 1:2-11

1:2 Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.

1:3 Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.

1:4 Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.

1:5 Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,

1:6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,

1:7 dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.

1:8 Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.

1:9 Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.

1:10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

1:11 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. —2 Petrus 1:8

Fokus Pada Proses

Dalam bukunya On Writing Well (Menulis dengan Baik), William Zinsser berkata bahwa banyak penulis dibebani oleh “tirani dari hasil akhir”. Mereka begitu khawatir dengan hasil penjualan artikel atau buku mereka hingga lalai untuk mempelajari proses dalam berpikir, berencana, dan mengorganisir. Zinsser meyakini, apabila “sang penulis, dengan mata yang tertuju hanya pada garis akhir, tak pernah memikirkan sungguh-sungguh bagaimana caranya menempuh perlombaannya”, yang dihasilkan hanyalah sebuah naskah yang campur aduk.

Penulis dan pendeta A. W. Tozer menerapkan prinsip itu pada kehidupan rohani kita. Dalam bukunya The Root of the Righteous (Akar Hidup Orang Benar), Tozer menyebutkan bahwa kita cenderung “hanya peduli dengan buah . . . [dan] mengabaikan akar yang menjadi sumber buah itu.”

Rasul Petrus mengingatkan umat percaya di abad pertama bahwa hidup yang meneladankan Kristus dan pelayanan yang berhasil adalah buah dari suatu proses. Ia menghimbau mereka untuk bertumbuh dalam delapan area pertumbuhan rohani: iman, kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara seiman, dan kasih akan semua orang (2Ptr. 1:5-7). Apabila semua itu ada pada dirimu dengan berlimpah-limpah, Petrus berkata, “[Kamu] akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita” (ay.8).

Allah memanggil kita untuk menjalani suatu proses belajar yang indah untuk mengenal Dia, dengan jaminan bahwa proses itu akan membuat pelayanan kita berhasil memberi buah demi kemuliaan dan kehormatan nama-Nya. —DCM

Tuhan, seringkali kami ingin solusi yang lengkap dan sempurna
saat ini juga. Namun Engkau bekerja dengan indah pada waktu-Mu
yang terbaik. Kiranya kebaikan, kesabaran, dan kebajikan-Mu
terpancar melalui diri kami agar kami dapat memberkati orang lain.

Hidup Kristen merupakan suatu proses yang membawa kita belajar bergantung sepenuhnya kepada Allah.

Masih Giat Bekerja

Jumat, 21 Maret 2014

Masih Giat Bekerja

Baca: Matius 25:14-21

25:14 “Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.

25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.

25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.

25:17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.

25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.

25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.

25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.

25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” —Matius 25:23

Masih Giat Bekerja

Vivian dan Don kini sama-sama berusia 90-an tahun dan mereka telah menikah selama lebih dari 70 tahun. Baru-baru ini kesehatan Vivian memburuk ketika ia jatuh dan tulang panggulnya patah. Keadaan itu semakin menyulitkan mereka, karena selama beberapa tahun belakangan, Don dan Vivian merasa sedih saat menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak lagi cukup kuat untuk tetap aktif dalam beragam kegiatan dan pelayanan di gereja mereka.

Meski diperhadapkan pada keadaan yang sulit, Vivian dan Don masih giat bekerja bagi Tuhan. Mereka kini menjadi pendoa syafaat yang tekun. Meski mereka tidak selalu hadir secara fisik dan ikut aktif dalam berbagai kegiatan gereja, mereka tetap setia “di balik layar” dalam pelayanan mereka bagi-Nya.

Perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25 mengingatkan kita bahwa kita harus menggunakan “talenta” yang Allah berikan kepada kita dengan bijaksana. Kita semua memiliki berbagai tingkat keahlian dan kemampuan yang telah diberikan oleh Allah—dan kita tidak boleh mengubur dan menelantarkan pemberian Allah kepada kita.

Allah akan memakai kita bukan hanya pada masa-masa ketika kita masih kuat. Baik saat kita masih remaja atau sudah menua, bahkan ketika kita sedang sakit maupun lemah, Dia akan memakai kita. Vivian dan Don terus melayani Allah melalui doa-doa mereka. Dan seperti mereka, kita pun menghormati Sang Juruselamat dengan memakai kemampuan kita—“masing-masing menurut kesanggupannya” (ay.15) untuk melayani Dia yang memang layak menerimanya. —JDB

Tuhan, Engkau telah berbuat begitu banyak bagiku. Tunjukkanlah
padaku apa yang bisa kulakukan untuk melayani dan menghormati-Mu
lewat kemampuan yang Kau beri. Kuserahkan hidupku menjadi
persembahan dalam rupa kasih dan tindakan yang memuliakan-Mu.

Berapa pun usiamu, Allah bisa memakaimu— asal kamu bersedia dipakai oleh-Nya.

Aku Dan Ayah

Rabu, 5 Maret 2014

Komik-Strip-WarungSateKamu-20140305-Pohon-Papa-web
Cerita & Ilustrasi komik strip oleh Heri Kurniawan

Baca: Matius 9:35-10:1

9:35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.

9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

9:37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.

9:38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

10:1 Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.

TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. —Kejadian 2:15

Aku Dan Ayah

Suatu waktu seorang teman meluangkan harinya untuk membuat pijakan dari batu-batu yang lebar di halaman belakang rumahnya. Ketika putrinya yang berusia 5 tahun berniat untuk membantu, ia meminta putrinya itu bernyanyi saja untuk memberinya semangat. Putrinya tidak mau, karena ia ingin membantu ayahnya. Dengan hati-hati, ketika keadaannya tidak membahayakan, teman saya membiarkan putrinya menaruh tangannya pada batu-batu itu saat ia menaruhnya.

Teman saya bisa saja menuntaskan pekerjaannya itu dalam waktu yang lebih singkat tanpa bantuan putrinya. Namun di akhir hari, ia tidak saja memiliki pijakan batu yang baru, tetapi juga seorang putri kecil yang hatinya dipenuhi dengan letupan rasa bangga. “Aku dan ayah berhasil membuat pijakan batu,” katanya saat makan malam.

Sejak awal, Allah telah memberi kepercayaan kepada umat manusia untuk memperluas pekerjaan-Nya. Setelah memperlengkapi Adam untuk mengolah tanah dan memelihara kawanan binatang, Allah menyerahkan pemeliharaan taman itu ke tangan Adam (Kej. 2:15-20).

Pola ini terus berlanjut. Saat Allah menghendaki kediaman di bumi, Dia tidak menurunkan kemah dan bait dari langit; melainkan ribuan perajin dan seniman bekerja membuatnya (Kel. 35-38; 1Raj. 6). Saat Yesus menyiarkan hadirnya pemerintahan baru dari kerajaan Allah di bumi, Dia mengajak manusia untuk terlibat. Dia berkata kepada para murid-Nya, “Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (Mat. 9:38).

Sebagaimana yang dilakukan seorang ayah dengan anaknya, Allah menyambut kita sebagai rekan kerja dalam kerajaan-Nya. —PDY

Bapa Surgawi, aku bersyukur bahwa dalam hikmat dan kasih-Mu,
Engkau mengundang kami untuk menunaikan perbuatan kasih,
pelayanan, dan kebaikan yang Engkau kerjakan di atas bumi ini.
Aku bersyukur atas hak istimewa menjadi rekan kerja-Mu.

Allah menggunakan hamba-hamba yang sederhana untuk menunaikan karya-Nya yang agung.

Keagungan Sejati

Senin, 20 Januari 2014

Keagungan Sejati

Baca: Markus 10:35-45

10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!”

10:36 Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?”

10:37 Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.”

10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?”

10:39 Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.

10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”

10:41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.

10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.

10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. —Markus 10:43

Keagungan Sejati

Ada orang-orang yang merasa dirinya bagaikan sebuah batu kerikil kecil yang tak berarti di tengah suatu jurang yang dalam. Namun sekecil apa pun kita menilai diri sendiri, Allah dapat memakai kita secara luar biasa.

Dalam khotbahnya di awal tahun 1968, Martin Luther King Jr. mengutip perkataan Yesus dari Markus 10 tentang hal melayani. Kemudian King mengatakan, “Setiap orang bisa menjadi besar, karena setiap orang bisa melayani. Anda tak perlu gelar sarjana untuk bisa melayani. Anda tak perlu membuat satu kalimat yang sempurna untuk bisa melayani. Anda tak perlu mengetahui tentang Plato dan Aristoteles untuk bisa melayani. . . . Anda hanya perlu sebuah hati yang penuh kasih karunia dan jiwa yang digerakkan oleh kasih.”

Ketika murid-murid Yesus bertengkar tentang siapa di antara mereka yang akan menduduki tempat terhormat di surga, Yesus berkata kepada mereka: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang’’ (Mrk. 10:43-45).

Bagaimanakah dengan kita? Seperti itukah pemahaman kita tentang keagungan? Apakah kita melayani dengan gembira, saat melakukan pekerjaan yang mungkin tidak diperhatikan oleh orang lain? Apakah tujuan kita melayani adalah untuk menyenangkan Tuhan dan bukan untuk mendapatkan pujian? Jika kita bersedia menjadi seorang pelayan, hidup kita akan memuliakan Tuhan yang sungguh agung. —VCG

Tak ada pelayanan yang dipandang kecil,
Ataupun terlalu besar, meski seluruh bumi diraihnya;
Hal itu kecil jika demi kemuliaan diri sendiri,
Dan itu besar jika seturut kehendak Tuhan. —NN.

Perbuatan sederhana yang dilakukan demi nama Kristus merupakan perbuatan yang sungguh agung.

Hidup Yang Tersembunyi

Rabu, 8 Januari 2014

Komik Strip: Sia-Sia

Baca: Kolose 3:12-17

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus. —Kolose 3:17

Hidup Yang Tersembunyi

Beberapa tahun yang lalu, saya membaca sebuah puisi karya George MacDonald yang berjudul “The Hidden Life” (Hidup yang Tersembunyi). Puisi ini menceritakan tentang seorang cendekiawan berbakat asal Skotlandia yang meninggalkan karir akademisnya yang bergengsi demi menemani ayahnya yang telah lanjut usia dan mengurus peternakan keluarga. Di sana ia mengerjakan apa yang disebut MacDonald sebagai “perbuatan sepele” dan “pekerjaan manusiawi yang sederhana”. Teman-teman sang cendekiawan mengeluhkan bahwa ia sedang menyia-nyiakan bakatnya.

Mungkin Anda juga sedang melayani di suatu tempat yang tersembunyi dan melakukan pekerjaan yang biasa-biasa saja. Orang lain mungkin melihatnya sebagai kesia-siaan. Namun Allah tidak menyia-nyiakan apa pun. Setiap tindakan kasih yang dipersembahkan bagi-Nya diingat dan memberi dampak kekal. Setiap tempat, sekecil apa pun itu, merupakan tempat suci. Kita memberikan pengaruh tidak hanya lewat ucapan dan tindakan mulia. Pengaruh juga dapat berupa pekerjaan manusiawi yang sederhana—lewat kehadiran dan kesediaan kita untuk mendengarkan, memahami kebutuhan, mengasihi, dan mendoakan sesama. Inilah yang membuat pekerjaan sehari-hari menjadi suatu ibadah dan pelayanan.

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Kolose: “Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus,” dan “perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah” (Kol. 3:17,23-24). Allah terus memperhatikan dan senang dalam memakai hidup kita. —DHR

Ya Tuhan, kiranya aku rela hidupku tersembunyi dan tak dikenal
saat ini, tetapi siap untuk menghibur mereka yang berbeban berat.
Kiranya Roh-Mu menjamah ucapanku dan menjadikannya sebagai
berkat yang bisa memperkaya dan menyegarkan orang lain.

Kita dapat mencapai banyak hal bagi Kristus dengan melayani-Nya lewat apa pun yang bisa kita kerjakan.