Tim Terbaik Sepanjang Masa

Sabtu, 5 Juli 2014

Header-TaktikJitu
Day 23
Lihat Sumber Foto

Baca: Matius 28:16-20

28:16 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.

28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.

28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.

28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

 

Berbicara tentang supremasi sepakbola dunia, kebanyakan penggemar memiliki tim impian yang terdiri dari para pemain favorit mereka. Bayangkan memasang Pele dan Maradona pada masa kejayaan mereka, atau Beckenbauer dan Scirea, atau Cruyff dan Charlton. Alangkah tangguhnya tim tersebut, suatu tim yang pasti akan menggentarkan tim mana pun yang melawan mereka! Namun pemain-pemain hebat saja tidak cukup. Kita juga membutuhkan pelatih yang hebat. Ah, andai saja kita ini Tuhan.

Yesus sebenarnya juga membangun sebuah “tim impian” pada abad pertama, dengan memilih sendiri 12 orang yang akan melaksanakan misi-Nya. Luar biasanya, mereka hanyalah orang biasa—kebanyakan para nelayan dan pemungut pajak yang dibenci. Namun mereka ditugaskan dalam misi yang akan mempengaruhi kekekalan umat manusia. Mereka kemudian menjungkir-balikkan dunia, dengan membagikan kabar baik tentang Yesus Kristus dan menuntun ribuan orang untuk berbalik dari dosa mereka dan datang kepada Allah. Para murid Yesus mungkin tak memiliki keterampilan yang lihai atau berbudaya luhur, tetapi mereka memiliki iman yang besar. Mereka mengatasi rasa takut dan kemampuannya yang terbatas dengan mempercayai penuh “pelatih” mereka, Yesus, yang datang dan mengubah segala sesuatu yang ada.

Apakah Anda merasa gentar menghadapi tantangan hidup? Berserahlah kepada Tuhan. Dia senang mengubah orang yang biasa saja menjadi pemenang.

Yang kita perlukan bukan tukang sulap, tetapi pemimpin hidup yang sejati.

 

🙂 Trivia Piala Dunia

46. Siapakah kapten Italia tertua yang pernah membawa timnya menjuarai Piala Dunia? Kapankah itu terjadi?

47. Siapakah pemain yang mencetak gol pertama dalam sejarah Piala Dunia? Dari negara manakah asalnya?

48. Berapakah jumlah negara yang ikut dalam Piala Dunia pertama?

Babak Final

Jumat, 4 Juli 2014

Header-TaktikJitu
Day 22
Lihat Sumber Foto

Baca: Lukas 12:4-9

12:4 Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

12:5 Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!

12:6 Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah,

12:7 bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.

12:8 Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.

12:9 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah.

 

Ribuan orang memadati stadion di Rio de Janeiro untuk menyaksikan pertandingan final Piala Dunia 1950 antara Uruguay melawan Brasil, tuan rumah yang diunggulkan. Untuk pertama kalinya kejuaraan itu memakai sistem setengah kompetisi. Dalam pertandingan itu Brasil hanya perlu hasil seri untuk menjadi juara dunia. Di sisi lain, Uruguay hanya berhasil mencatat satu kemenangan dan satu seri, sehingga mereka harus mengalahkan sang tuan rumah. Namun tanpa diduga, Uruguay berhasil menyamakan kedudukan lalu mengalahkan Brasil. Meski telah memulai dengan baik, tim unggulan itu pun gagal pada pertandingan akhir.

Pernahkah Anda memikirkan “babak final” dari kehidupan—suatu peristwa yang tidak akan dapat kita elakkan? Cepat atau lambat kita akan berhadapan dengan kematian, memaksa kita untuk memikirkan di mana kita akan menghabiskan kekekalan—di surga atau di neraka. Saat kita berdiri di hadapan Sang Pencipta, pencapaian kita di masa lalu tdak akan berarti. Kita tidak dapat memakainya untuk menuntut surga, sama seperti Brasil tidak dapat mengandalkan kesuksesan mereka di masa lalu untuk meraih juara. Pada babak final itu, Brasil harus berjuang merebut kemenangan. Demikian juga kita. Namun bagaimana kita dapat mencapai standar Allah yang benar dan sempurna? Kita tidak dapat. “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1Kor.15:57). Syukurlah, kita mencapainya bukan melalui upaya kita. Kematian Yesus di kayu salib membuka jalan bagi mereka yang percaya kepada-Nya untuk dapat masuk surga. Jangan gagal dalam babak final hidup ini. Percayalah kepada Yesus hari ini.

Memenangi pertandingan akhir adalah yang terpenting.

 

🙂 Trivia Piala Dunia

42. Siapakah pencetak gol terbanyak dalam Piala Dunia 1970?

43. Siapakah penjaga gawang yang dijuluki “si laba-laba hitam” dalam Piala Dunia 1966?

44. Tim manakah yang kalah karena gol Maradona yang disebut “Gol Tangan Tuhan”?

45. Hingga Piala Dunia 2010, manakah dari antara negara berikut yang belum pernah ikut dalam kejuaraan? Kuba, Jamaika, China, atau Finlandia?

Tak Ada yang Bisa Hidup Tanpa Allah!

Seri Kesaksian Atlet

Isaac Diaz

Sepakbola telah menjadi bagian dari hidup Isaac Diaz, sejak ia masih bayi dengan sebuah bola sepak di atas ranjangnya hingga pengalamannya bermain sebagai pemain profesional di tengah stadion yang gegap gempita. Ia mencapai banyak kesuksesan meskipun ia berasal dari suatu kota kecil.

“Ketika aku lahir, di ranjang bayiku ada sebuah bola sepak… dan aku bermain sepakbola terus sejak saat itu,” kata Diaz. “Kota kelahiranku, Fresia, adalah kota kecil, tetapi ada sebuah akademi sepakbola bagi kaum muda di sana. Selain bermain di tingkat lokal, ayahku membawaku ke berbagai pelosok negeri untuk membuatku menikmati pengalaman dari beragam turnamen dan kompetisi lainnya. Aku sangat beruntung bisa naik ke tingkat profesional dan bermain di tengah stadion-stadion yang penuh dengan penonton. Sungguh luar biasa rasanya.” Diaz bermain bagi klub divisi satu Universidad de Chile dan dua kali berhasil membawa timnya masuk dalam Copa Libertadores.

Namun suatu pengalaman tragedi menimpanya, dan dengan kematian saudara laki-lakinya, iman yang sangat berarti dan dihayati oleh orangtuanya tidak lagi menjadi bagian penting dari hidup Diaz. Setelah beberapa waktu lamanya ia merenungi pengalaman itu, dan setelah Allah menyatakan diri-Nya kepada Diaz, ia pun kembali meyakini imannya dan menyerahkan hidupnya bagi Kristus.

“Keluargaku selalu beribadah di gereja, tetapi jujur saja, aku ikut dengan mereka karena aku diharuskan oleh orangtuaku,” kata Diaz. “Aku masih ingat betul ketika kami duduk di bangku gereja. Dengan kematian kakakku, akhirnya aku menyadari siapa Allah bagiku—dan apa artinya Dia di dalam hidupku. Aku percaya 100 persen tidak ada orang yang dapat hidup tanpa Allah!”

Sekalipun iman Diaz menolongnya untuk bertahan dari hari ke hari, ia memahami bahwa ia tidaklah kebal terhadap kesulitan hidup. Imannya tidak mencegah kejadian buruk terjadi dalam hidupnya, tetapi iman itu sanggup menolongnya mengatasi masa-masa sulit yang akan terjadi sewaktu-waktu.

“Aku telah menyadari bahwa Allah sering melakukan hal-hal yang mustahil. Aku hanya perlu percaya kepada-Nya dan pada firman-Nya,” kata Diaz.

Diaz kemudian membagikan salah satu pelajaran berharga yang ia dapatkan dari firman Tuhan: “Raja Salomo adalah orang yang sangat bijaksana. Ketika ia menjadi raja di usia muda, Tuhan menampakkan diri kepada-Nya dan berkata, ‘Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu’ (1 Raja-Raja 3:5). Dari semua hal yang dapat dikehendaki oleh Salomo, ia meminta ‘hati yang faham menimbang perkara’. Ia tahu bahwa mengandalkan Allah untuk menuntun langkahnya adalah kunci dari hidup yang berhasil. Dari Amsal 3:5-6, Salomo menuliskan pengalaman pribadinya, ‘Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.’ Kiranya engkau juga akan percaya kepada Allah dan mengenal Dia dengan sepenuh hatimu.”

Sumber: Sports Spectrum

 

🙂 Untuk direnungkan

1. Mana yang selama ini lebih membuatmu makin bergantung pada Allah: hidup yang lancar atau pengalaman hidup yang sulit?

2. Menurutmu, mungkinkah ada orang yang bisa hidup tanpa Allah? Mengapa?

Miskin Jadi Kaya

Kamis, 3 Juli 2014

Header-TaktikJitu
Day 21
Lihat Sumber Foto

Baca: Kejadian 50:15-22

50:15 Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: “Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya.”

50:16 Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: “Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan:

50:17 Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu.” Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya.

50:18 Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: “Kami datang untuk menjadi budakmu.”

50:19 Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?

50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

50:21 Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.” Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.

50:22 Adapun Yusuf, ia tetap tinggal di Mesir beserta kaum keluarganya; dan Yusuf hidup seratus sepuluh tahun.

 

Konon, Garrincha, sang pemain legendaris asal Brasil, seharusnya tidak pernah menjadi seorang pemain. Kedua kakinya tidak sama panjang. Pergelangan kaki kirinya melengkung keluar, sementara yang kanan bengkok ke dalam. Dokter anak yang menanganinya memperkirakan ia akan tumbuh dengan pincang. Namun Anjo de Pernas Tortas atau “sang malaikat berkaki bengkok” telah mencengangkan semua orang. Ia menjadi penggiring bola terbaik dalam sejarah sepakbola, bermain dalam kompetisi tingkat tertinggi, dan membantu Brasil memenangi Piala Dunia dua kali. Permainannya yang luar biasa pada semifinal Piala Dunia 1962 membuat surat kabar asal Cile Mercurio menulis, “Dari planet apa Garrincha berasal?” Kisah hidup sang bintang yang tak disangka ini menjadi contoh kisah klasik tentang si miskin yang jadi kaya.

Kisah Yusuf bahkan jauh lebih menakjubkan. Meskipun dibenci oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak di negeri asing, didekati oleh istri majikannya, dan dipenjarakan karena tuduhan yang direkayasa, ia pun akhirnya menjadi perdana menteri Mesir dan menyelamatkan seluruh keluarganya dari kelaparan. Kisah semacam itu menyentuh hati kita karena sifatnya yang mencerminkan kisah terbesar sepanjang masa—kisah karya penebusan Allah bagi kita. Kecemerlangan Garrincha memang pudar dalam sekejap setelah kemunculannya sekilas di hadapan dunia, tetapi warisan Yusuf tetap hidup lewat keturunannya pada masa kini. Ia tidak mengandalkan kemampuannya sendiri, keberuntungan, atau kegigihannya, tetapi mengandalkan Allah yang menyertainya (Kej. 39:2).

Apakah Anda merasa hidup ini tidak adil? Lakukanlah apa yang dilakukan Yusuf, dan serahkan selebihnya kepada Allah untuk bertindak.

Kejarlah transformasi; jangan cuma puas dengan reformasi.

 

🙂 Trivia Piala Dunia

41. Tim “kuda hitam” manakah yang berhasil menjungkalkan Inggris 1-0 dalam putaran pertama Piala Dunia FIFA tahun 1950?

Yang Terpenting Bukan Sepakbola

Seri Kesaksian Atlet

Lee Young-Pyo

Ketika Lee Young Pyo melangkah keluar lapangan untuk terakhir kalinya sebagai seorang pemain sepakbola profesional pada pertandingan penutup musim 2013 bersama Vancouver Whitecaps, para penonton di stadion BC Place pun berdiri dan memberikan tepuk tangan meriah kepada sang pemain belakang yang telah melalui dua musim yang luar biasa sebagai anggota Vancouver Whitecaps dan 14 tahun sebagai pemain profesional. Para hadirin yang memenuhi stadion itu menyerukan dengan lantang, “Y.P. Lee!” Ada dari mereka yang mengangkat bendera Korea Selatan dengan wajah Lee terpampang di tengahnya. Rekan-rekan setim Lee mengelilinginya dan kemudian melemparkannya ke udara berulang-ulang.

Bagaimana kamu akan menanggapi limpahan pujian dari orang-orang di sekitarmu?

“Allah adalah yang terpenting bagiku, bukan sepakbola,” ujar Lee. “Sepakbola hanyalah satu dari banyak cara bagiku untuk memuliakan dan melayani Tuhanku.”

Sebelum pensiun dari lapangan hijau, Lee merupakan salah seorang pemain sepakbola asal Asia yang paling populer dan menawan sepanjang sejarah. Terlahir di Hongcheon, sepanjang karirnya Lee telah mengenakan kostum tim nasional sebanyak 127 kali—ketiga terbanyak di Korea Selatan—dan bertanding dalam 3 kejuaraan Piala Dunia (2002, 2006, 2010), dan membantu tim yang dijuluki Taeguk Warriors itu mencapai semifinal Piala Dunia tahun 2002.

Setelah memulai karir profesionalnya di Liga Sepakbola Profesional Korea Selatan, Lee terjun dalam kompetisi tingkat tinggi di Eropa ketika ia dikontrak oleh PSV Eindhoven dari Liga Eredivisie Belanda. Setelah tiga tahun bermain di Belanda ia melanjutkan karirnya bersama Tottenham Hotspurs di Liga Primer Inggris, Borussia Dortmund di Bundesliga Jerman dan Al-Hilal di Liga Profesional Arab Saudi.

Di penghujung karirnya, untuk dua tahun ia bermain bagi Vancouver Whitecaps dari Liga Sepakbola Utama Amerika (MLS). Meski ia dikabarkan menerima tawaran yang lebih tinggi di tempat lain, langkah ini dilakukannya karena ia berpikir bahwa Vancouver akan memberinya kesempatan yang lebih baik untuk belajar tentang sisi bisnis dari dunia sepakbola.

Yang paling membuat takjub Lee bukanlah karirnya yang luar biasa di atas lapangan hijau, melainkan keselamatan jiwa yang telah diterimanya. Dengan latar belakang keyakinan yang berbeda, ia kini telah mempercayakan imannya kepada Kristus setelah beberapa sahabatnya menyaksikan iman mereka dan menantangnya untuk membaca Alkitab.

“Ketika aku dengan tulus mencari kebenaran dengan membaca dan berbicara dengan sahabat-sahabat dekatku, aku sungguh terkagum,” kata Lee. “Allah menunjukkan padaku bahwa Dia memang ada, dan hidupku pun berubah selamanya.”

Sumber: Sports Spectrum

 

🙂 Untuk direnungkan

1. Lee dengan tulus mencari kebenaran sebelum akhirnya memercayakan imannya kepada Kristus. Pernahkah kamu sungguh-sungguh mempertimbangkan semua pilihan yang ada selain Kristus? Apa yang membuatmu akhirnya memercayakan imanmu kepada Kristus?

2. Apa yang berubah dalam hidupmu sebelum dan sesudah kamu percaya kepada Kristus?

Tanpa Tanda Jasa

Rabu, 2 Juli 2014

Header-TaktikJitu
Day 20
Lihat Sumber Foto

Baca: 2 Raja-raja 7:3-11

7:3 Empat orang yang sakit kusta ada di depan pintu gerbang. Berkatalah yang seorang kepada yang lain: “Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?

7:4 Jika kita berkata: Baiklah kita masuk ke kota, padahal dalam kota ada kelaparan, kita akan mati di sana. Dan jika kita tinggal di sini, kita akan mati juga. Jadi sekarang, marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati.”

7:5 Lalu pada waktu senja bangkitlah mereka masuk ke tempat perkemahan orang Aram. Tetapi ketika mereka sampai ke pinggir tempat perkemahan orang Aram itu, tampaklah tidak ada orang di sana.

7:6 Sebab TUHAN telah membuat tentara Aram itu mendengar bunyi kereta, bunyi kuda, bunyi tentara yang besar, sehingga berkatalah yang seorang kepada yang lain: “Sesungguhnya raja Israel telah mengupah raja-raja orang Het dan raja-raja orang Misraim melawan kita, supaya mereka menyerang kita.”

7:7 Karena itu bangkitlah mereka melarikan diri pada waktu senja dengan meninggalkan kemah dan kuda dan keledai mereka serta tempat perkemahan itu dengan begitu saja; mereka melarikan diri menyelamatkan nyawanya.

7:8 Ketika orang-orang yang sakit kusta itu sampai ke pinggir tempat perkemahan, masuklah mereka ke dalam sebuah kemah, lalu makan dan minum. Sesudah itu mereka mengangkut dari sana emas dan perak dan pakaian, kemudian pergilah mereka menyembunyikannya. Lalu datanglah mereka kembali, masuk ke dalam kemah yang lain dan mengangkut juga barang-barang dari sana, kemudian pergilah mereka menyembunyikannya.

7:9 Lalu berkatalah yang seorang kepada yang lain: “Tidak patut yang kita lakukan ini. Hari ini ialah hari kabar baik, tetapi kita ini tinggal diam saja. Apabila kita menanti sampai terang pagi, maka hukuman akan menimpa kita. Jadi sekarang, marilah kita pergi menghadap untuk memberitahukan hal itu ke istana raja.”

7:10 Mereka pergi, lalu berseru kepada penunggu pintu gerbang kota dan menceritakan kepada orang-orang itu, katanya: “Kami sudah masuk ke tempat perkemahan orang Aram, dan ternyata tidak ada orang di sana, dan tidak ada suara manusia kedengaran, hanya ada kuda dan keledai tertambat dan kemah-kemah ditinggalkan dengan begitu saja.”

7:11 Para penunggu pintu gerbang menyerukan dan memberitahukan hal itu ke istana raja.
Halaman sebelumnya

 

Setelah memperoleh bola di paruh lapangannya sendiri, ia berlari maju dan saling mengoper bola dengan rekan satu timnya dalam kotak penalti lawan. Dengan cekatan, ia menggiring bola melewati bek lawan, lalu melakukan operan ke belakang kepada Tardelli yang berada tepat di luar kotak penalti. Meskipun sentuhan pertamanya kurang mulus, Tardelli berhasil menendang masuk bola itu ke arah sudut jauh dalam gawang. Sejarah pun mencatat, Italia berhasil mengalahkan Jerman dan memenangi Piala Dunia tahun 1982. Itulah Gaetano Scirea, sang “libero” (penyapu), seorang pemain yang bisa berperan ganda untuk bertahan maupun menyerang. “Gai” adalah seorang pendiam yang menjauhkan diri dari media sekalipun ia telah memenangi banyak kejuaraan sepakbola penting bagi klub dan negaranya. Setelah ia pensiun barulah bakatnya yang luar biasa diakui banyak pihak. Seperti semua pahlawan tanpa tanda jasa, tekadnya adalah untuk melakukan apa yang benar.

Alkitab mencatat kisah tentang empat penderita kusta tanpa nama yang telah melakukan apa yang benar. Setelah terusir dari kota mereka yang tengah terkepung, mereka menemukan sebuah perkemahan musuh yang telah ditinggalkan. Mereka tidak mau merahasiakan hal itu dan sibuk menikmati bagian mereka sendiri. Mereka memutuskan “pergi menghadap untuk memberitahukan hal itu ke istana raja” (2Raj.7:9). Orang-orang buangan itu benar-benar telah menyelamatkan penduduk Samaria dari bencana kelaparan. Setiap orang dapat menjadi pahlawan tanpa tanda jasa. Ketika kita memilih untuk hidup di bawah ketetapan Allah dan mengakui diri-Nya, kita akan mulai membuat pilihan yang lebih baik dan mendahulukan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan kita.

Para pahlawan surga biasanya bukan siapa-siapa di bumi.

 

🙂 Trivia Piala Dunia

40. Sebutkan benua mana saja yang menghasilkan juara Piala Dunia terbanyak!

Keluar Garis

Selasa, 1 Juli 2014

Header-TaktikJitu
Day 19
Lihat Sumber Foto

Baca: Markus 10:17-23

10:17 Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”

10:18 Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.

10:19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!”

10:20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.”

10:21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

10:22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.

10:23 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

 

Ketika waktu pertandingan tinggal tersisa beberapa menit, para pemain bermain habis-habisan dan bergerak maju ke depan, termasuk sang penjaga gawang, demi mempertahankan peluang mereka. Sambil mendorong dan menarik lawan, mereka berusaha keras untuk memanfaatkan bola dari sebuah tendangan penjuru. Penjaga gawang lawan mencoba keluar dari gawangnya untuk menangkap bola, tetapi kemudian ia berubah pikiran dan melangkah mundur sementara para pemain melompat untuk mendapatkan bola. Akan tetapi bola itu ternyata melaju melewati mereka semua dan jatuh ke kaki seorang pemain bertubuh mungil yang telah menyelinap di belakang semua pemain itu. Dengan tak terbendung, ia pun berhasil menyundul bola melewat si penjaga gawang yang sedang kewalahan.

Berubah pikiran dan mundur setelah bergerak maju bisa berujung pada bencana. Seorang pemuda kaya dalam Markus 10:17-23 mengalami hal itu ketka ia mencari Yesus demi mendapatkan hidup kekal. Ia telah menjalani hidup yang lurus secara moral dan menyangka bahwa kekayaannya adalah tanda bahwa Allah merestuinya (ay.19-20). Ia mengira bahwa ia hanya perlu menambah sedikit kebaikan dan surga pasti menjadi miliknya. Akankah Yesus dapat menolongnya? Namun Yesus menantangnya untuk melepaskan kekayaan yang telah menjadi lambang jaminan hidupnya (ay.21). Upaya manusia tidak akan pernah memuaskan Allah dan membuat kita memperoleh hidup kekal. Itulah mengapa hidup kekal adalah anugerah dari Allah. Si pemuda kaya perlu mengikuti Yesus. Sayangnya, ia sudah maju untuk bertemu Yesus, tetapi mundur
kembali dengan tangan hampa. Bagaimana dengan Anda?

Komitmen tidak bisa dikerjakan setengah hati.

 

🙂 Trivia Piala Dunia

38. Sebutkan nama julukan yang diberikan untuk tim Uruguay!

39. Siapakah pemain Italia yang gagal tendangan penaltinya pada tahun 1994 sehingga membuat Brasil memenangi Piala Dunia untuk keempat kalinya?

Dia Menopang Kehidupanku

Seri Kesaksian Atlet

Radamel Falcao

Radamel Falcão, salah seorang penyerang terbaik di dunia, direkrut oleh Monaco pada Mei 2013 dengan nilai transfer fantastis dari Atletico Madrid. Kemudian, hidup Falcão menjadi makin semarak. Tiga bulan setelah kontraknya, Falcão dan istrinya, penyanyi asal Argentina Lorelei Taron, mendapatkan buah hati mereka yang pertama, Dominique Garcia Taron.

Kontrak baru. Anak pertama. Sungguh tahun yang indah bagi Falcão, pemain berusia 28 tahun yang telah menjadi simbol bagi tim nasional Kolombia.

Namun demikian, pada 22 Januari 2014, saat bertanding bersama Monaco dalam pertandingan Piala Perancis, lutut kiri Falcão cedera setelah terkena jegalan yang keras. Akibatnya, ia harus menjalani operasi pada ligamen anterior tiga hari kemudian. Saat itu impiannya bermain bersama tim nasional runtuh seketika. Piala Dunia adalah kesempatan yang datang empat tahun sekali, dan cedera yang dideritanya seakan membawa petaka bagi tim nasional Kolombia.

Akan tetapi apa yang telah membuatnya teguh di masa-masa gemilang juga telah menguatkannya di tengah masa-masa yang sulit itu. Allah. Ya, Falcão selalu bergantung pada Allah. Dan ia tahu pasti bahwa Allah punya rencana yang lebih baik ketika mengizinkannya mengalami cedera.

Siapa sebenarnya pemain sepakbola yang tangguh ini? Falcão—yang dikenal “El Tigre” atau “Sang Harimau”—adalah seorang yang sangat mencintai keluarganya, seorang Kristen yang saleh, dan pemimpin dari suatu pelayanan olahraga. Para penggila sepakbola berdecak kagum menyaksikan keterampilan dan kemampuannya mencetak gol. Para pengagum dan pebisnis menyukai penampilannya yang unik—wajah yang ramah dengan rambut hitam yang panjang dan kentara. Tim-tim sepakbola menyanjung reputasinya yang tak bercela di luar lapangan.

Falcão pertama kali dikenal publik ketika ia berusia 13 tahun dan bermain untuk klub Lanceros Boyaca di Kolombia. Sejak saat itu ia terus membuat orang mengagumi permainannya di atas lapangan. Ketenarannya mulai memuncak ketika ia bermain bagi Atletico Madrid pada tahun 2011-2013, saat ia berhasil mencetak lebih dari 100 gol. Pada tahun 2012, harian The Guardian menempatkan Falcão pada posisi nomor 6 dalam peringkat 100 pesepakbola terbaik di dunia. Pelatih top Fábio Capello menganggap Falcão dapat disejajarkan dengan bintang-bintang internasional seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Namun prestasinya itu juga membawa tekanan dan godaan—tekanan untuk selalu tampil prima dan godaan untuk menerima sanjungan orang yang memuji penampilannya.

“Saya merasa diberkati dapat bermain sebagai penyerang dan mencetak gol,” ujar Falcão. “Itulah puncak sukacita yang bisa dirasakan dalam suatu pertandingan dan suatu momen spesial bagi para pemain dan penggemar. Namun dengan sanjungan dan tanggung jawab untuk mencetak gol, aku juga merasakan banyak tekanan. Aku bergantung pada Allah di dalam tekanan tersebut, karena aku sadar Dia selalu ada bersamaku untuk menolongku. Imanku di dalam Dia telah menolongku menguasai diri dan tetap teguh dalam keyakinanku di sepanjang karir—dan juga sepanjang hidupku.”

Itulah yang membuat Falcão begitu unik—cara pandangnya di tengah ketenaran dan kekayaan yang diterimanya, serta sikapnya yang selalu bergantung kepada Allah sekalipun nampaknya ia telah mendapatkan segala-galanya yang diingini di dunia.

“Ada yang berkata bahwa semua yang dapat memberikan kepuasan sejati adalah prestasi di lapangan, pengakuan dunia dan uang yang banyak,” komentar Falcão. “Tetapi banyak orang merasa hampa dan hatinya kosong meskipun mereka terkenal dan kaya-raya. Aku percaya hanya Allah yang dapat memuaskan dahaga jiwa kita. Yesus Kristus memberikan nyawa-Nya untuk memuaskan dahaga itu. Bersama Dia, kita dapat merasa yakin bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Aku meyakini betul hal ini karena aku telah sering mengalami bukti kesetiaan dan kasih-Nya dalam hidupku sendiri.”

Orang yang belum pernah menikmati kesenangan dunia ini mungkin pantas mengatakan bahwa dunia ini tidak berarti, tetapi alangkah luar biasanya apabila itu keluar dari seseorang yang telah mencapai puncak kesuksesan, seperti Falcão. Orang yang tidak mempunyai uang bisa saja berkata kalau kekayaan itu tak berarti; tetapi sungguh mengagumkan apabila pengejaran akan uang itu diabaikan oleh seseorang yang telah benar-benar merasakan nikmatnya kekayaan.

Kesaksian Falcão mengingatkan kita untuk melihat dunia sebagaimana adanya, tidak diperdaya oleh kemasannya yang menggiurkan. Seorang teolog bernama Henri Nouwen pernah menulis dalam bukunya Life of the Beloved, “Anda harus terus membongkar pandangan dunia tentang diri Anda apa adanya: pandangan yang penuh tipu daya, berhasrat menguasai, gila kuasa, dan pada akhirnya, membawa kehancuran.”

Teolog lain, Agustinus, pernah berkata, “Engkau telah mencipta kami bagi diri-Mu, ya Tuhan, dan hati kami takkan tenteram sebelum menemukan perteduhannya di dalam Engkau.” Ada yang menyebutnya kegelisahan itu sebagai “kehampaan seukuran Allah” di dalam hati kita yang akan menganga selamanya, tak peduli betapa hebatnya prestasi atau banyaknya uang yang ada di rekening kita.

Iman Falcão adalah hal yang terpenting baginya ketika ia bermain baik. Iman itu jugalah yang menjaganya untuk bergantung pada Allah di dalam kegagalannya. Iman Falcão menjadi penopang hidupnya di tengah berbagai keadaan yang tidak menentu.

Sumber: Sports Spectrum

 

🙂 Untuk direnungkan

1. Hal apa yang menurutmu jika diraih akan memberikan kepuasan dalam hidup ini?

2. Bayangkanlah kamu meraih kesuksesan dalam banyak hal seperti Falcão. Lalu mendadak Allah mengizinkan impianmu runtuh dalam semalam. Bagaimana iman kepada Yesus Kristus dapat menopangmu dalam naik turunnya kehidupanmu?

Keadaan yang Panas

Senin, 30 Juni 2014

Header-TaktikJitu
Day 18
Lihat Sumber Foto

Baca: Efesus 4:20-32

4:20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.

4:21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,

4:22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,

4:23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,

4:24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.

4:26 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu

4:27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

4:28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.

4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

 

Selama bertahun-tahun, penyelenggaraan kejuaraan Piala Dunia telah diwarnai cukup banyak tindakan kekerasan. Tawuran yang terjadi antar pemain dan ofisial dari tim yang saling berhadapan maupun perkelahian antar penggemar dan suporter, telah mengakibatkan cedera serius, kerusakan harta benda, hingga kematian. Panasnya pertandingan di atas lapangan dapat menyulut pertikaian di antara penonton hingga ke luar stadion. Kebanggaan sebagai bangsa, rasa iri hati, atau dugaan kecurangan dapat menjerumuskan penonton untuk melakukan tindak kekerasan yang membabi-buta. Bahkan ada bangsa-bangsa yang berperang karena sebuah pertandingan sepakbola. Terkadang pertandingan itu hanya menjadi alasan untuk melampiaskan rasa permusuhan, frustrasi, atau kemarahan yang telah lama dipendam.

Rasul Paulus memahami bagaimana kemarahan yang tak terkendali dapat dengan cepat meningkat dan menjadi alat tipu daya yang sempurna bagi musuh kita. Ia mendorong kita untuk tidak memberikan kesempatan kepada Iblis dengan cara mengendalikan kemarahan kita. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Ef. 4:26). Kita harus segera mengendalikan kemarahan sebelum kemarahan itu mengendalikan kita. Aristoteles pernah berkata, “Setiap orang bisa marah, itu mudah; tetapi marah kepada orang yang tepat, sampai batas yang tepat, pada waktu yang tepat, untuk tujuan yang tepat, dengan cara yang tepat, tidak dapat dilakukan semua orang; itu tidak mudah.” Hanya perubahan total dari Allah yang dapat menolong kita (Ef. 4:20-24).

Kemarahan yang tak terselesaikan akan menambah beban dan memperberat kerja.

 

🙂 Trivia Piala Dunia

37. Pada tahun 1990, Roger Milla, dalam usia 38 tahun, menjadi pemain tertua yang pernah mencetak gol dalam sejarah Piala Dunia. Berasal dari tim manakah ia?