Ketika Sulit Tidur Mengingatkanku akan Kesetiaan Tuhan

Oleh Still Ricardo Peea, Tangerang

Sulit tidur, sulit memulai tidur, insomnia ataupun masalah-masalah tidur lainnya, pernahkah kamu rasakan? Menjaga pola tidur sehat adalah keharusan karena jika kita gagal melakukannya, dampaknya bukan hanya ke kesehatan fisik tapi juga berdampak terhadap kesehatan mental kita.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa selama masa pandemi, lebih banyak orang mengalami masalah-masalah tidur, termasuk aku. Aku sudah tiga minggu lebih pindah ke tempat tinggal sementaraku yang baru, sebuah asrama yang menampung petugas kesehatan yang merawat pasien Covid. Tapi, ketika orang lain bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, aku mengalami beberapa kendala. Aku punya masalah hidung sensitif dan kesulitanku beradaptasi dengan lingkungan baru memicu kambuhnya insomnia. Kupaparkan gejala-gejalaku pada seorang kawanku yang dokter, dan dia setuju kalau apa yang kualami sungguh gejala insomnia. Jujur, aku malah jadi stress dengan hal ini dan terpikir untuk menyerah saja. Dia menawariku obat tidur sebagai solusi sementara, tetapi aku tidak memilih opsti itu.

Tiga minggu berkutat dengan insomnia membuatku bergumul. Kualitas dan kuantitas tidurku berkurang drastis. Aku baru bisa tidur pulas sekitar jam 3 atau 5 subuh meskipun aku sudah mendengar musik, membaca, atau melupakan kepenatan sepanjang hari yang kualami. Kelelahan fisik yang tak teratasi melalui tidur pulas juga mempengaruhi kondisi psikisku. Ketika aku terjaga di malam hari, pikiran-pikiran buruk datang: bilaku lulus nanti, apakah aku mampu jadi orang yang Tuhan dan orang tuaku inginkan?

Namun, di tengah pikiran-pikiran negatif yang muncul itu, aku teringat akan kisah seorang Gerasa, anak Yairus, dan perempuan yang sakit pendarahan. Kisah tiga tokoh ini tercatat dalam Markus 5:1-43. Tokoh pertama ialah seorang di Gerasa yang kerasukan roh jahat. Ayat ke-4 mencatat saking kuatnya kendali roh jahat atas tubuh orang tersebut, tak ada satupun orang yang sanggup menjinakkannya, padahal orang itu sudah diikat dan dibelenggu bahkan oleh rantai. Hingga akhirnya ketika Yesus datang dan berseru, “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” (ayat 8), keluarlah roh jahat dari tubuh orang Gerasa itu.

Tokoh kedua ialah Yairus yang tersungkur di depan kaki Yesus. “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup” (ayat 22), ucap Yairus memelas. Yesus memenuhi permintaan Yairus, Dia pun pergi ke rumah untuk menjumpai anak yang terbaring sakit itu. Di tengah perjalanan, muncullah tokoh ketiga, sang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita sakit pendarahan. Tak ada obat maupun tabib yang mampu menyembuhkannya. Ketika dia tahu ada Yesus di dekatnya, segera dia berpikir, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” (ayat 28). Perempuan itu ternyata sembuh setelah menjamah jubah Yesus hingga ia pun tersungkur di kaki-Nya. Kesembuhan juga dialami oleh anak Yairus. Ketika orang-orang di rumah meratap dan menangisi anak yang dianggap sudah mati itu, Yesus malah membangkitkannya.

Bagian ayat Alkitab ini bergema kuat di hatiku. Selama kita hidup, kita tidak akan pernah bisa luput ataupun kebal dari pencobaan, masalah, penyakit, juga dosa, seperti yang dialami juga oleh ketiga tokoh di atas. Upaya kita sendiri untuk ‘sembuh’ seringkali menemui jalan buntu. Namun, di sinilah kabar baiknya: kendati kita mungkin tak berdaya menghadapi segala penderitaan itu, Yesus berkuasa untuk mengatasinya. Yang kita perlukan hanyalah datang kepada-Nya dan mengakui ketidakmampuan kita.

Aku sadar aku tak berdaya mengatasi gangguan sulit tidurku ini, dan ketakutanku yang muncul setiap kali insomnia akan menelanku jika aku tidak segera datang tersungkur ke kaki Tuhan. Saat mulutku enggan berkata dan mengakui apa saja yang kuresahkan, Yesus hadir dan menyapaku. Belas kasihan-Nya menjawab seruanku, bahkan yang tak terkatakan sekalipun. Aku percaya ketika aku bergumul hebat dengan kesulitan tidurku, Yesus turut hadir menemani dan menjamahku. Hingga tanpa kusadari, di akhir bulan kedua ini aku jatuh tertidur lebih awal dan ketika bangun di pagi hari aku telah tiba di bulan yang baru.

Insomniaku mungkin tidak akan hilang dalam sekejap. Ketika aku pindah ke tempat yang baru atau mengalami kondisi yang mengguncangkan jiwa, mungkin aku akan bergumul lagi dengan gangguan ini. Tapi, saat ini aku merasa lebih baik. Aku mencoba lebih disiplin lagi dalam hal-hal sederhana yang sebelumnya belum kulakukan maksimal. Aku menjaga tubuhku terhidrasi dengan minum air yang cukup, juga mengompres kepala dan hidungku saat mandi, atau membaca buku dan mendengarkan musik dengan volume yang kupastikan tidak mengganggu teman sekamarku, serta tidak tidur siang supaya malamnya aku lebih mudah tertidur.

Aku perlu untuk tetap disiplin melakukannya dan tidak menyerah karena hal ini tidak terjadi satu dua kali. Aku juga perlu sadar akan keterbatasan diri, tidak selamanya dan tidak selalu tubuhku mampu untuk dapat berespons dengan cepat.
Untuk kamu yang masih bergumul dengan hal ap apun itu, jangan menyerah ataupun berhenti untuk datang dan melekat pada-Nya, Ia tak akan menyerah atas kita dan mau selalu beserta kita.


Kamu diberkati oleh artikel ini?

Yuk, jadi berkat dengan mendukung pelayanan WarungSateKaMu!


Baca Juga:

Disiplin Rohani: Perlukah Menjadi Orang Saleh di Abad Ke-21?

Disiplin rohani dan kesalehan, kita mungkin tidak asing dengan dua istilah ini, tapi sejauh mana kita memahami keduanya sebagai sebuah cara hidup orang Kristen? Yuk temukan jawabannya di artikel pertama dari #SeriDisiplinRohani ini.

Bagikan Konten Ini
7 replies
  1. Rusni
    Rusni says:

    Terimakasih banyak Still:).. semoga lewat artikel ini saya juga bisa lebih merenungi lagi betapa hebatnya Tuhan Yesus

  2. Minerva
    Minerva says:

    Hai still!! Ya ampun, udah lama kita ga ketemu ya. Rindu pelayanan nyanyi bareng kamu.. Hehe. Tetap semangat ya, Still!! Selalu berdoa dan andalkan Tuhan. Terimakasih sudah sharing pengalamanmu.. Jangan pernah menyerah juga 🙂 Semoga kt bs bertemu lagi.. Gbu

  3. Ale Bako
    Ale Bako says:

    Terima kasih utk tulisannya, saya diberkati membacanya. Beberapa hari kebelakang saya sulit tidur krn ada beban pikiran yg mengganggu saya.

  4. Sorayani yaya
    Sorayani yaya says:

    shalom, aku sangat terberkati dengan ada artikel ini. Aku juga sedang mengalami susah tidur beberapa bulan ini. Semangat!! Tuhan memberkati

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *