Melangkah dalam Kesatuan

Hari ke-7 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 2:1-4

2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,

2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,

2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;

2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Aku tumbuh besar di keluarga Kristen, jadi aku menghabiskan banyak hari Minggu pagiku di gereja. Namun aku tidak pernah memiliki keinginan untuk terlibat di dalamnya.

Bahkan, sepanjang masa kuliahku, aku datang tepat waktu untuk ibadah Minggu, lalu langsung menyelinap keluar setelah lagu terakhir selesai dinyanyikan. Hingga suatu hari, seorang teman bertanya padaku, “Tidakkah kamu ingin tinggal sejenak dan mengobrol bersama saudara-saudarimu dalam Kristus?

Nyatanya, jangankan menganggap mereka sebagai saudara dan saudariku, aku bahkan tidak pernah berpikir mengenai kesamaanku dengan orang-orang di gerejaku. Namun ketika temanku bertanya dengan terus terang, aku merasa bersalah karena tidak berusaha mengenal mereka.

Orang-orang di gereja bukanlah kumpulan orang-orang asing. Kita tidak dipersatukan oleh ketertarikan yang dangkal, atau kesamaan latar belakang belaka. Kita memiliki kesamaan yang jauh lebih dalam. Rasul Paulus, dalam suratnya pada jemaat Filipi, mengingatkan mereka bahwa orang-orang Kristen dipersatukan oleh penguatan yang sama-sama kita dapatkan melalui Kristus, penghiburan dalam kasih-Nya, persekutuan dalam Roh, oleh kasih mesra dan belas kasihan.

Pernahkah kamu merasakan karya Tuhan dalam hidupmu? Pernahkah kamu merasakan kedamaian ilahi yang Ia berikan setelah kamu menaikkan sebuah doa? Pernahkah kamu digerakkan pada belas kasih dan kelemahlembutan seperti Kristus? Pengalaman-pengalaman ini juga dirasakan oleh orang-orang yang duduk di sebelahmu di gereja. Hal itulah yang menyatukan kita semua.

Paulus mengatakan jika Kristus ada di dalam hidup kita, maka seharusnya kita “sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.” Mengapa kita harus sedemikian disatukan? agar kita dapat “sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil” (Filipi 1:27).

Jika kita tidak mengenal saudara-saudari kita di dalam Kristus, jika kita tidak memberi diri kita dalam kehidupan mereka, dan tidak mengizinkan mereka memberi diri dalam hidup kita, bagaimana mungkin kita dapat sehati sepikir berjuang bersama demi Berita Injil?

Alih-alih bertengkar atas perbedaan semu dan mencoba mengungguli satu sama lain, orang-orang Kristen seharusnya bekerja sama untuk menunjukkan keberagaman dan kesatuan yang indah, yang telah dikaruniakan oleh Kristus.

Secara praktis, bagaimana kita dapat menghidupi kesatuan ini? Paulus memberikan petunjuk yang jelas dalam ayat 3-4: “tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”

Ketika aku langsung menyelinap keluar dari gereja setelah ibadah Minggu selesai, aku sedang memperhatikan kepentinganku saja. Namun Paulus mendorongku untuk menganggap orang lain lebih utama daripada diriku sendiri. Aku sedang mencoba untuk tinggal lebih lama setelah ibadah. Aku berusaha melakukan perbincangan yang berarti dan tidak basa-basi semata dengan saudara-saudariku, dengan menanyakan bagaimana Allah berkarya di hidup mereka minggu ini, atau jika ada suatu hal yang dapat kudoakan. Semakin aku berusaha mengenal mereka, semakin aku diberkati untuk menanggung beban sesamaku, dan juga bersuka dengan yang orang-orang lain.

Maukah kamu berusaha bersamaku untuk mengesampingkan kepentingan diri atau pujian yang sia-sia, dan memperhatikan kepentingan orang-orang di sekitar kita demi menjalankan tugas yang dipercayakan Allah pada kita? Tentunya hal ini tidaklah mudah, namun sebagaimana kita telah diselamatkan oleh pengorbanan Kristus, kita juga dapat percaya bahwa kasih dan penguatan-Nya akan memampukan kita untuk hidup bersama dalam kesatuan yang luar biasa, yang tidak dikenal dunia.—Christine Emmert, Amerika Serikat

Handlettering oleh Septianto Nugroho

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Apakah kamu sedang menjadi orang yang memikirkan diri sendiri atau orang lain? Bagaimana bacaan hari ini meyakinkan dan menguatkanmu?

2. Apakah kamu memiliki ambisi atau kepentingan pribadi yang menghalangimu untuk hidup dalam kesatuan? Apa langkah-langkah praktis yang dapat kamu lakukan untuk mengesampingkan hal-hal tersebut?

3. Bagaimana kamu telah mengalami Kristus minggu ini (Filipi 2:1)? Apakah ada orang percaya lainnya yang dapat kamu temui untuk kamu bagikan pengalamanmu tentang karya Kristus dalam hidupmu?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Christine Emmert, Amerika Serikat | Christine adalah seorang pengikut Kristus, kutu buku, dan penyuka makanan. Hidup ini indah, setiap hembusan nafas adalah pengingat bahwa apapun keadaannya, Tuhan itu baik.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Bagikan Konten Ini
6 replies
  1. happy
    happy says:

    1. saya sekarang menjadi orang yang memikirkan orang lain, dulu saya juga seperti itu setelah ibadah selesai langsung pulang, namun satu tahun ini mencoba untuk menjadi lebih dekat dengan orang-orang di gereja, terutama sesama pemuda. senang sekali bisa menguatkan satu sama lain dengan mereka. renungan pada hari ini mengingatkan saya kembali untuk selalu menjaga hubungan yang baik terutama saudara-saudara seiman.

    2. tidak ada ambisi untuk menjadi lebih baik dari yang lain, hanya berpikir mengutamakan kepentingan Allah diatas kepentingan saya.

    3. pada Minggu ini saya merasakan kasih Allah yg begitu besar, saya ditolong oleh orang yang bahkan bukan org Kristen. ini mengingatkan saya bukankah menolong saudara yg seiman jauh lebih penting? berharap bahwa setiap pengikut Kristus tdk egois dengan mementingkan dirinya sendiri, melainkan kepentingan orang lain.

    semoga memberkati…

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *