Harapan yang Pasti

Minggu, 11 November 2018

Harapan yang Pasti

Baca: Filipi 1:19-26

1:19 karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus.

1:20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.

1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.

1:22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.

1:23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus—itu memang jauh lebih baik;

1:24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.

1:25 Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman,

1:26 sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. —Filipi 1:21

Harapan yang Pasti

Dr. William Wallace pernah melayani sebagai misionaris dengan profesi ahli bedah di Wuzhou, Tiongkok, di dekade 1940-an, tepat pada saat Jepang menyerang negara itu. Wallace, yang saat itu memimpin Rumah Sakit Stout Memorial, memberikan instruksi kepada pihak rumah sakit untuk mengangkut peralatan medis ke atas kapal tongkang agar dapat terus berfungsi sebagai rumah sakit sambil berlayar menyusuri sungai guna menghindari serangan dari darat.

Selama masa-masa berbahaya itu, Filipi 1:21—salah satu ayat favorit Wallace—mengingatkannya bahwa jika ia masih hidup, ia mempunyai tugas untuk terus melayani Juruselamatnya; tetapi jika ia mati, ia telah memiliki janji kekekalan bersama Kristus. Ayat tersebut kemudian menjadi sangat berarti ketika Wallace wafat saat dipenjarakan karena tuduhan palsu pada tahun 1951.

Ayat yang ditulis Paulus tersebut mencerminkan kedalaman pengabdian yang ingin kita miliki sebagai pengikut Yesus. Kita pun dimampukan untuk menghadapi pencobaan dan bahkan mara bahaya demi nama-Nya. Kita diberi kesanggupan untuk memiliki pengabdian seperti itu karena kuasa Roh Kudus dan doa-doa dari mereka yang mengasihi kita (ay.19). Hal itu juga merupakan sebuah janji. Bahkan ketika kita menyerahkan diri untuk terus melayani di tengah situasi-situasi sulit, kita menerima janji itu dengan suatu pengingat: ketika hidup dan pekerjaan kita di dunia berakhir, kita masih memiliki sukacita kekal bersama Yesus di dalam keabadian.

Di dalam momen-momen terberat yang kita hadapi, kiranya dengan hati yang taat untuk berjalan bersama Kristus di masa sekarang dan mata yang terus tertuju kepada janji kekekalan yang akan kita jalani bersama-Nya kelak, perbuatan dan keseharian kita akan memberkati orang lain dengan kasih dari Allah sendiri. —Randy Kilgore

Bapa, jadikanlah aku pelayan yang setia, baik dalam kelemahan maupun kekuatanku.

Pengorbanan yang diberikan kepada Allah merupakan kesempatan bagi kita untuk memperlihatkan kasih-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 50; Ibrani 8

Bagikan Konten Ini
31 replies
  1. bella
    bella says:

    Aminn, hdp adalh kristus dan mati adlh keuntungan….ajr kami slluu taat dlm klemahan maupun kekuatan kami….

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *