Posts

Selalu Diperbarui

Rabu, 11 September 2019

Selalu Diperbarui

Baca: 2 Korintus 4:16-5:9

4:16 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

4:17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

4:18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

5:1 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

5:2 Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini,

5:3 sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.

5:4 Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.

5:5 Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.

5:6 Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan,

5:7 —sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat—

5:8 tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.

5:9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. —2 Korintus 4:16

Selalu Diperbarui

Katedral Notre Dame di Paris adalah bangunan yang sangat menakjubkan. Arsitekturnya memukau, jendela-jendelanya yang berkaca patri dan interiornya yang indah sangatlah mempesona. Namun, setelah berabad-abad menjulang di atas kota Paris, sudah saatnya gereja itu diperbaiki—dan prosesnya telah berjalan pada saat kebakaran besar mengakibatkan kerusakan hebat pada bangunan kuno yang megah itu.

Warga yang mencintai gedung bersejarah yang dibangun pada abad kedelapan itu pun berbondong-bondong menyelamatkannya. Belum lama ini, pemerintah Prancis menyisihkan dana hingga lebih dari enam juta dolar untuk membantu pemugaran gereja tersebut. Tiang-tiang penopangnya harus diperkuat. Sebagian besar dinding batu di bagian luar perlu diganti, dan atapnya harus diperbaiki. Dana yang besar itu tidak akan keluar dengan sia-sia, karena bagi banyak orang, katedral kuno ini melambangkan harapan.

Demikian juga dengan diri kita. Tubuh kita, seperti gereja tua itu, lama-lama juga akan menua seiring berjalannya waktu! Namun, seperti dijelaskan Rasul Paulus, kabar baiknya adalah: walaupun kita lambat laun kehilangan kekuatan masa muda kita, tetapi diri kita yang sejati—“manusia batiniah” kita—dapat terus dibarui dan bertumbuh (2Kor. 4:16).

Ketika kita berusaha supaya kita “berkenan kepada [Allah]” (5:9), dengan bergantung kepada Roh Kudus yang memenuhi dan mengubah kita (3:18; EF. 5:18), pertumbuhan iman kita sama sekali tidak perlu berhenti—bagaimanapun keadaan “bangunan” kita. —Dave Branon

WAWASAN
Paulus kerap membandingkan keadaan saat ini dengan kehidupan bersama Allah dalam kekekalan nanti, contohnya dalam bacaan 2 Korintus hari ini. Untuk kedua kalinya, Paulus membicarakan hal tersebut kepada gereja Korintus. Dalam suratnya yang pertama, Paulus menghabiskan sebagian besar pasal 15 untuk membahas perbedaan kehidupan yang sekarang dan yang akan datang. Ia juga berbicara tentang pengharapan masa depan dalam surat Efesus (1:18-23), Filipi (1:20-23), 1 Tesalonika (4:13-18), dan 1 Timotius (6:17-19). —J.R. Hudberg

Kapan kamu melihat karya Roh Kudus memperbarui manusia batiniahmu? Bagaimana kesadaran bahwa pertumbuhan iman kita tidak pernah berhenti dapat mengilhamimu untuk terus berharap kepada Allah?

Ya Allah, terima kasih untuk Roh-Mu yang senantiasa memperbarui dan mengubah kami. Teruslah memberikan kami kekuatan dan keberanian untuk bersandar kepada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 10-12; 2 Korintus 4

Menemukan Jati Diri

Sabtu, 9 Februari 2019

Menemukan Jati Diri

Baca: 1 Yohanes 2:28-3:3

2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

2:29 Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari pada-Nya.

3:1 Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.

3:2 Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.

3:3 Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.

Kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. —1 Yohanes 3:2

Menemukan Jati Diri

Siapa aku? Itulah yang ditanyakan oleh sebuah boneka binatang lusuh pada dirinya sendiri dalam buku cerita anak berjudul Nothing karya Mick Inkpen. Terlupakan di sudut loteng yang berdebu, boneka itu mendengar tukang pengangkut barang menyebutnya “Nothing” (bukan siapa-siapa) sehingga ia mengira namanya adalah Nothing.

Pertemuan dengan boneka-boneka lain lalu membangkitkan ingatannya. Nothing pun menyadari bahwa ia pernah memiliki ekor, kumis, dan garis-garis di tubuhnya. Namun, setelah ia bertemu seekor kucing kelabu yang membantunya menemukan jalan pulang, Nothing akhirnya ingat siapa dirinya sebenarnya: sebuah boneka kucing bernama Toby. Sang pemilik dengan penuh kasih memperbaikinya, menjahit sepasang telinga baru, ekor, kumis, dan garis-garis di tubuhnya.

Setiap kali membaca buku itu, saya jadi memikirkan identitas diri saya sendiri. Siapa saya? Dalam suratnya kepada orang percaya, Yohanes menuliskan bahwa Allah menyebut kita sebagai anak-anak-Nya (1Yoh. 3:1). Kita tidak mengerti identitas itu sepenuhnya, tetapi saat melihat Yesus, kita akan menjadi sama seperti Dia (ay.2). Seperti halnya Toby si boneka kucing, suatu hari nanti, diri kita yang telah tercemar oleh dosa akan dipulihkan Allah sesuai dengan identitas yang dikehendaki-Nya bagi kita. Untuk saat ini, kita dapat mengerti identitas itu secara tidak sempurna, dan kita dapat melihat rupa Allah dalam diri sesama. Namun kelak, ketika berjumpa dengan Yesus, kita akan sepenuhnya dipulihkan sesuai jati diri yang Allah kehendaki bagi kita. Kita akan dijadikan-Nya baru. —Amy Peterson

Di mana saya bisa menemukan jati diri saya? Menurut Kitab Suci, bagaimana Allah memandang saya?

Ya Allah, terima kasih, Engkau telah menyelamatkan dan memulihkan kami.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 6-7; Matius 25:1-30

Artikel Terkait:

Kata Dunia vs Firman Tuhan

Kasih Kristus Mengubah Kita

Rabu, 6 Februari 2019

Kasih Kristus Mengubah Kita

Baca: Kisah Para Rasul 9:1-22

9:1 Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,

9:2 dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

9:3 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.

9:4 Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”

9:5 Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.

9:6 Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.”

9:7 Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun.

9:8 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik.

9:9 Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.

9:10 Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: “Ananias!” Jawabnya: “Ini aku, Tuhan!”

9:11 Firman Tuhan: “Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa,

9:12 dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.”

9:13 Jawab Ananias: “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.

9:14 Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.”

9:15 Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.

9:16 Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.”

9:17 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.”

9:18 Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.

9:19 Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. (9-19b) Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik.

9:20 Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.

9:21 Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: “Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?”

9:22 Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias.

Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. —Kisah Para Rasul 9:20

Kasih Kristus Mengubah Kita

Sebelum mengenal Yesus, hati saya pernah begitu terluka hingga saya enggan menjalin hubungan akrab karena takut terluka lebih dalam. Ibu menjadi sahabat terdekat saya, sampai kemudian saya menikah dengan Alan. Tujuh tahun kemudian, di ambang perceraian, saya pergi ke sebuah kebaktian bersama anak kami yang masih TK, Xavier. Saya duduk di dekat pintu, enggan untuk percaya, meski sebenarnya sangat mengharapkan pertolongan.

Syukurlah, jemaat di sana menyambut kami, mendoakan keluarga kami, dan mengajari saya cara menjalin hubungan dengan Allah melalui doa dan pembacaan Alkitab. Seiring waktu, kasih Kristus dan para pengikut-Nya mengubah saya.

Dua tahun setelah pertama kalinya menghadiri kebaktian itu, saya, Alan, dan Xavier meminta untuk dibaptis. Beberapa waktu kemudian, dalam perbincangan yang biasa kami lakukan tiap minggu, ibu saya berkata, “Sekarang kamu lain. Ceritakan lebih banyak tentang Yesus.” Beberapa bulan kemudian, ia pun menerima Kristus sebagai Juruselamatnya.

Yesus mengubah kehidupan . . . seperti kehidupan Saulus, salah satu penganiaya yang paling ditakuti oleh gereja pada zamannya sebelum ia bertemu dengan Kristus (Kis. 9:1-5). Orang percaya lainnya menolong Saulus belajar lebih banyak tentang Yesus (ay.17-19). Perubahan hidupnya yang drastis telah meneguhkan kredibilitas pengajarannya yang penuh dengan kuasa Roh Kudus (ay.20-22).

Perjumpaan pertama kita secara pribadi dengan Yesus mungkin tidak sedramatis pengalaman Saulus. Perubahan hidup kita mungkin tidak terjadi begitu cepat atau drastis. Namun, karena orang-orang memperhatikan bagaimana kasih Kristus mengubah kita dari waktu ke waktu, akan datang kesempatan bagi kita untuk menceritakan kepada orang lain tentang karya Allah dalam diri kita. —Xochitl Dixon

Kehidupan yang diubahkan oleh kasih Kristus layak untuk diceritakan.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 39-40; Matius 23:23-39

Artikel Terkait:

Apakah Kita Mencari Tuhan?

Berbagi Segalanya

Rabu, 16 Januari 2019

Berbagi Segalanya

Baca: Rut 1:11-18

1:11 Tetapi Naomi berkata: “Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti?

1:12 Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,

1:13 masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?”

1:14 Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.

1:15 Berkatalah Naomi: “Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu.”

1:16 Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;

1:17 di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!”

1:18 Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata kepadanya.

Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku. —Rut 1:16

Berbagi Segalanya

“Aku tak mau berbagi!” jerit anak bungsu saya. Ia tidak rela melepaskan satu saja dari sekian banyak keping LEGO miliknya. Saya tidak habis pikir melihat sikapnya itu. Namun, sejujurnya, sikap kekanak-kanakan itu tak hanya dimiliki oleh anak-anak. Seberapa sering kita sebagai orang dewasa menunjukkan sikap keras kepala lewat keengganan kita untuk memberi dengan tulus dan murah hati kepada orang lain?

Sebagai pengikut Yesus, kita dipanggil untuk berbagi hidup satu sama lain. Rut telah melakukan itu kepada Naomi, mertuanya. Naomi adalah janda miskin yang hampir tak punya apa-apa untuk diberikan kepada Rut. Namun, Rut tetap mengabdikan hidupnya kepada sang ibu mertua, dengan bersumpah bahwa mereka akan selalu bersama dan dalam kematian pun mereka tidak akan terpisahkan. Ia berkata kepada Naomi, ”Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (Rut 1:16). Dengan tulus dan murah hati, Rut berbagi hidup dengan mertuanya—ia menunjukkan cinta dan belas kasihnya.

Berbagi hidup seperti itu memang tidak mudah, tetapi ingatlah ada buah dari kemurahan hati. Rut berbagi hidup dengan Naomi, dan kemudian ia melahirkan seorang putra yang menjadi kakek dari Raja Daud. Yesus memberikan nyawa-Nya bagi kita, lalu Dia dimuliakan dan sekarang memerintah di sebelah kanan Allah Bapa di surga. Ketika kita saling berbagi, yakinlah bahwa kita akan mengalami hidup yang jauh lebih indah. —Peter Chin

Tuhan Yesus, kiranya hati-Mu yang penuh kasih terpancar saat kami berbagi hidup dengan sesama.

Membagikan kasih Allah dinyatakan lewat kerelaan memperhatikan sesama.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 39-40; Matius 11

Cermin dan Firman

Minggu, 16 Desember 2018

Cermin dan Firman

Baca: Yakobus 1:16-27

1:16 Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat!

1:17 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

1:18 Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.

1:19 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

1:20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

1:21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

1:23 Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.

1:24 Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

1:25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

1:26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.

1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya . . . ia akan berbahagia oleh perbuatannya. —Yakobus 1:25

Cermin dan Firman

Saat keluar dari tempat penginapan saya di Kampala, Uganda, tuan rumah yang menjemput saya ke acara seminar menatap dengan senyum geli. “Apakah ada yang lucu?” tanya saya. Ia tertawa dan bertanya, “Sudahkah kamu menyisir rambut?” Giliran saya yang tertawa, karena saya memang lupa menyisir rambut, padahal tadi sudah becermin. Bisa-bisanya saya tidak sadar.

Yakobus menggunakan analogi dari kehidupan sehari-hari tentang cermin supaya pembelajaran Alkitab yang kita lakukan lebih memberi dampak. Kita becermin untuk memeriksa adakah yang perlu dikoreksi pada diri kita—rambut sudah disisir, muka sudah dicuci, baju sudah dikancing dengan benar. Seperti cermin, Alkitab membantu kita melihat pada karakter, sikap, pikiran, dan perilaku kita (Yak. 1:23-24). Dengan begitu, kita dapat menyelaraskan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah dinyatakan Allah. Kita mau “mengekang” lidah (ay.26), “mengunjungi yatim piatu dan janda-janda” yang berkesusahan (ay.27), memperhatikan pimpinan Roh Kudus di dalam kita, dan menjaga diri supaya “tidak dicemarkan oleh dunia” (ay.27).

Bila kita menyimak dan melakukan “hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang,” kita akan diberkati dalam apa yang kita lakukan (ay.25). Ketika memandang cermin Kitab Suci, kita dapat menerima “dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hati [kita]” (ay.21). —Lawrence Darmani

Bapa Surgawi, “singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu” (Mzm. 119:18). Tolong aku menata hidupku sesuai dengan pengajaran-Mu dalam Kitab Suci.

Seperti cermin memantulkan rupa kita, demikianlah Alkitab menyingkapkan jati diri kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Amos 4-6; Wahyu 7

Artikel Terkait:

Ada Apa Dengan Natal?

Tampil Apa Adanya

Minggu, 21 Oktober 2018

Tampil Apa Adanya

Baca: 1 Timotius 1:12-17

1:12 Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku—

1:13 aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.

1:14 Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

1:15 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.

1:16 Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.

1:17 Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.

Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku. —1 Timotius 1:12

Tampil Apa Adanya

Selama bertahun-tahun, perasaan tak berharga dan malu atas masa lalu saya yang bobrok telah merusak hidup saya. Saya khawatir ada yang tahu tentang kebobrokan saya. Suatu hari saya mengundang seorang rohaniwan makan siang di rumah saya. Untuk itu, saya mencoba tampil sempurna. Saya memastikan rumah saya bersih total, menyiapkan hidangan berkelas, dan mengenakan pakaian yang terbaik.

Setelah itu, saya berusaha mematikan alat penyiram tanaman di halaman. Namun, saat memutar ujung pipa yang bocor, saya justru disembur air. Dengan rambut masih terbungkus handuk dan riasan wajah yang berlepotan, saya mengganti pakaian saya dengan celana santai dan kaos . . . dan bel pintu pun berbunyi. Dengan frustrasi, saya mengakui kelakuan dan motivasi saya pagi itu kepada tamu saya. Ia pun menceritakan pergumulannya menghadapi ketakutan dan ketidakpercayaan dirinya karena perasaan bersalahnya di masa lalu. Kami pun berdoa bersama. Dalam ketidaksempurnaan saya, saya merasa diterima.

Rasul Paulus menerima hidup barunya di dalam Kristus, tanpa menyangkali masa lalunya atau membiarkan hal itu menghalangi pelayanannya kepada Tuhan (1Tim. 1:12-14). Karena Paulus menyadari karya Yesus di kayu salib yang menyelamatkan dan mengubah hidupnya—sebagai yang paling berdosa dari semua pendosa—ia memuji Allah dan mendorong orang lain untuk memuliakan dan menaati-Nya juga (ay.15-17).

Saat menerima anugerah dan pengampunan Allah, kita dibebaskan dari masa lalu kita. Meski tercela, kita sangat dikasihi; karena itu kita tak perlu lagi malu untuk tampil apa adanya di saat kita melayani sesama dengan karunia yang diberikan Allah kepada kita. —Xochitl Dixon

Tuhan, terima kasih Engkau menghapus rasa malu dan ketidakpercayaan diri kami. Engkau mau memakai kami melayani-Mu, tanpa memandang hidup kami dahulu.

Allah menerima kita apa adanya, dan mengubah kita lewat pelayanan kasih kita kepada-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 62-64; 1 Timotius 1

Artikel Terkait:

Let Go and Let God

Selalu Diterima

Sabtu, 20 Oktober 2018

Selalu Diterima

Baca: Lukas 19:1-10

19:1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.

19:2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.

19:3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.

19:4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.

19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”

19:6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.

19:7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”

19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

19:9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.

19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. —Lukas 19:10

Selalu Diterima

Setelah bertahun-tahun bergumul dengan studinya, Angie akhirnya dipindahkan oleh orangtuanya dari sekolah dasarnya yang elite ke sekolah “normal”. Di dunia pendidikan Singapura yang sangat kompetitif, ketika prospek masa depan seseorang dapat meningkat dengan menjadi siswa di sekolah yang “bagus”, banyak orang akan melihat pengalaman Angie itu sebagai suatu kegagalan.

Orangtua Angie merasa kecewa, dan Angie sendiri juga merasa seolah-olah direndahkan. Namun, tidak lama setelah bergabung dengan sekolah barunya, anak perempuan berusia sembilan tahun itu baru menyadari apa artinya berada di suatu kelas yang isinya murid kebanyakan. “Mami, aku senang di sini,” katanya. “Aku bisa diterima teman-temanku!”

Sikapnya mengingatkan saya pada kegembiraan yang pasti dirasakan Zakhaeus, si pemungut cukai, ketika Yesus berencana menumpang di rumahnya (Luk. 19:5). Kristus mau makan bersama orang-orang yang menyadari keberdosaan dan ketidaklayakan mereka dalam menerima kasih karunia Allah (ay.10). Setelah menemukan kita—dan mengasihi kita—apa adanya, Yesus berjanji akan menyempurnakan kita melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kita akan disempurnakan semata-mata oleh anugerah-Nya.

Saya sendiri terus-menerus bergumul dalam perjalanan iman saya, karena menyadari bahwa hidup saya jauh dari rancangan Allah yang sempurna. Alangkah terhiburnya hati ini saat mengetahui bahwa kita selalu diterima oleh-Nya, karena Roh Kudus senantiasa bekerja untuk membentuk kita semakin serupa dengan Yesus. —Leslie Koh

Ya Bapa, terima kasih karena Engkau telah mengasihiku apa adanya, dan menjadikanku sempurna melalui pengorbanan Anak-Mu. Ajarlah aku untuk bersedia diperbarui oleh-Mu setiap hari.

Kita tidak sempurna, tetapi kita dikasihi.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 59-61; 2 Tesalonika 3

Dengarkan Saudara Seimanmu

Minggu, 23 September 2018

Dengarkan Saudara Seimanmu

Baca: Matius 18:15-20

18:15 “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.

18:16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.

18:17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.

18:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.

18:19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.

18:20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

Barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa. —Yakobus 5:20

Dengarkan Saudara Seimanmu

“Dengarkan aku, aku ini kakakmu!” Permohonan yang diucapkan seorang kakak di lingkungan tempat tinggal kami itu ditujukan kepada adiknya yang ingin pergi jauh, dan keputusan itu membuat kakaknya khawatir. Jelaslah sang kakak lebih bijak untuk menentukan apa yang terbaik dalam situasi yang mereka hadapi.

Berapa banyak dari kita yang pernah menolak nasihat bijak dari seseorang? Jika kamu pernah mengalami konsekuensi karena menolak nasihat yang baik dari seseorang yang lebih dewasa, kamu tidak sendirian.

Salah satu berkat terbesar yang kita miliki sebagai orang beriman adalah keluarga di dalam Tuhan, yakni orang-orang yang terhubung secara rohani karena sama-sama beriman kepada Yesus Kristus. Di dalam keluarga iman ini, terdapat pria dan wanita dewasa rohani yang mengasihi Allah dan satu sama lain. Seperti si adik di lingkungan saya tadi, terkadang kita membutuhkan peringatan atau teguran supaya kita kembali ke jalur yang benar. Hal itu benar terutama ketika kita melukai seseorang atau sebaliknya, ketika seseorang melukai kita. Melakukan hal yang benar mungkin sulit. Akan tetapi, perkataan Yesus dalam Matius 18:15-20 menunjukkan kepada kita apa yang perlu dilakukan ketika terjadi pelanggaran di dalam keluarga rohani kita.

Syukurlah, Bapa Surgawi kita yang murah hati menempatkan dalam kehidupan kita orang-orang yang siap menolong upaya kita untuk menghormati Dia dan sesama. Ketika kita mendengarkan mereka, hubungan kita pun akan pulih kembali (ay.15). —Arthur Jackson

Bapa, kami memuji-Mu karena Engkau menempatkan kami di dalam keluarga rohani-Mu. Tolonglah kami untuk belajar dan bertumbuh melalui perkataan yang bijak dan perilaku yang saleh dari saudara seiman kami yang dewasa rohani.

Hikmat tumbuh ketika kita mendengarkan perkataan saudara seiman kita yang dewasa rohani.

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 1-3; Galatia 2

Tidak Terus-Terusan Menghukum

Minggu, 26 Agustus 2018

Tidak Terus-Terusan Menghukum

Baca: Galatia 2:11-16

2:11 Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah.

2:12 Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat.

2:13 Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka.

2:14 Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: “Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?”

2:15 Menurut kelahiran kami adalah orang Yahudi dan bukan orang berdosa dari bangsa-bangsa lain.

2:16 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: “tidak ada seorangpun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum Taurat.

Ketika Petrus datang ke Antiokhia, saya menentang dia terang-terangan, sebab tindakannya salah. —Galatia 2:11 BIS

Tidak Terus-Terusan Menghukum

Dalam suatu diskusi tentang rekonsiliasi, seorang peserta dengan bijak mengatakan, “Janganlah kita terus-terusan menghukum orang lain.” Ia berkomentar tentang sikap kita yang cenderung mengingat-ingat kesalahan orang lain dan tak pernah memberi mereka kesempatan untuk berubah.

Ada begitu banyak momen dalam kehidupan Petrus yang bisa saja membuat Allah terus-terusan menghukum Petrus. Namun, Dia tidak melakukannya. Petrus yang impulsif pernah berusaha “menegur” Yesus, tetapi ia justru mendapat teguran tajam dari Tuhan (Mat. 16:21-23). Petrus pernah menyangkal Kristus (Yoh. 18:15-27), tetapi kemudian dipulihkan kembali (21:15-19). Ia juga pernah ambil bagian dalam perpecahan rasial dalam gereja.

Masalah tersebut muncul saat Petrus memisahkan diri dari orang-orang non-Yahudi (Gal. 2:11-12). Ia baru saja makan bersama-sama dengan mereka, tetapi ketika sejumlah orang Yahudi datang (dari pihak yang bersikeras mewajibkan sunat bagi orang percaya), Petrus pun menjauhi orang-orang non-Yahudi yang tidak disunat itu. Rasul Paulus lalu menyebut sikap Petrus itu “munafik” (ay.13). Karena teguran yang keras dari Paulus, masalah itu dapat diselesaikan. Petrus kemudian melanjutkan pelayanannya kepada Allah dalam kesatuan yang indah seperti yang dikehendaki-Nya untuk kita semua.

Tak seorang pun perlu dihukum terus-terusan dalam kesalahan mereka. Dalam anugerah Allah, kita dapat saling menerima, saling belajar, saling menegur jika memang dibutuhkan, dan bertumbuh bersama dalam kasih-Nya. —Tim Gustafson

Tuhan, bawa kami mendekat kepada-Mu hari ini, agar kami juga dapat mendekat dengan sesama kami. Lindungilah kesatuan gereja-Mu. Berilah kami kesepahaman di saat muncul ketidakpercayaan. Pulihkan kami di saat terjadi perpecahan.

Saat menegur seseorang, kita patut memiliki satu tujuan: untuk memulihkan dan bukan mempermalukan dirinya. —Chuck Swindoll

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:89-176; 1 Korintus 8