Posts

Masih Lanjut atau Sudah Selesai?

Senin, 20 Agustus 2018

Masih Lanjut atau Sudah Selesai?

Baca: Ibrani 10:5-14

10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki—tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku—.

10:6 Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.

10:7 Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.”

10:8 Di atas Ia berkata: “Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” —meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat—.

10:9 Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.

10:10 Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

10:11 Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.

10:12 Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah,

10:13 dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.

10:14 Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.

Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. —Ibrani 10:14

Masih Lanjut atau Sudah Selesai?

Rasanya sangat puas jika dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Setiap bulan, misalnya, salah satu pekerjaan saya mengalami pergeseran status, dari “Masih Dikerjakan” ke “Sudah Selesai”. Saya suka menekan tanda “Sudah Selesai”. Namun, bulan lalu saat menekan tombol itu, saya sempat berpikir, Andai saja aku juga bisa mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan imanku dengan sama mudahnya! Rasanya kehidupan orang Kristen selalu dalam status “masih dikerjakan”, tidak pernah “sudah selesai”.

Kemudian saya teringat pada Ibrani 10:14. Ayat tersebut menggambarkan bagaimana pengorbanan Kristus telah menebus kita secara total. Jadi kita bisa meyakini bahwa “tombol sudah selesai” itu telah ditekan bagi kita. Kematian Yesus Kristus memberikan kepada kita sesuatu yang tidak bisa kita capai sendiri, yakni Dia menjadikan kita layak di hadapan Allah ketika kita beriman kepada-Nya. Itu “sudah selesai”, seperti yang Yesus sendiri katakan (Yoh. 19:30). Namun demikian, meskipun pengorbanan-Nya sudah selesai dan bersifat total, kita masih menjalani sisa hidup kita dengan terus menyelaraskan diri dengan realitas rohani tersebut—kita “dikuduskan”, sebagaimana yang ditulis oleh penulis kitab Ibrani (ay.14).

Fakta bahwa Yesus telah menyelesaikan apa yang masih terus dikerjakan dalam hidup kita memang sulit untuk dimengerti. Pada saat saya bergumul dalam iman, betapa melegakannya saat mengingat bahwa pengorbanan Yesus bagimu dan saya sudah selesai, meskipun menjalani hidup yang telah ditebus itu masih berlanjut. Namun, tidak ada yang dapat menghentikan tercapainya tujuan yang dikehendaki Tuhan: kita menjadi serupa dengan-Nya (lihat 2kor. 3:18). —Adam Holz

Tuhan Yesus, terima kasih Engkau telah memberikan hidup-Mu bagi kami. Tolong kami terus mempercayai-Mu saat kami bertumbuh dari hari ke hari menjadi murid yang makin serupa dengan-Mu, karena hanya Engkau yang menyempurnakan kami.

Allah senantiasa bekerja membentuk kita menjadi pribadi yang dikehendaki-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 105-106; 1 Korintus 3

Pemulihan yang Besar

Kamis, 2 Agustus 2018

Pemulihan yang Besar

Baca: Mazmur 107:1-16, 35-36

107:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

107:2 Biarlah itu dikatakan orang-orang yang ditebus TUHAN, yang ditebus-Nya dari kuasa yang menyesakkan,

107:3 yang dikumpulkan-Nya dari negeri-negeri, dari timur dan dari barat, dari utara dan dari selatan.

107:4 Ada orang-orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan;

107:5 mereka lapar dan haus, jiwa mereka lemah lesu di dalam diri mereka.

107:6 Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dilepaskan-Nya mereka dari kecemasan mereka.

107:7 Dibawa-Nya mereka menempuh jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang.

107:8 Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia,

107:9 sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan.

107:10 Ada orang-orang yang duduk di dalam gelap dan kelam, terkurung dalam sengsara dan besi.

107:11 Karena mereka memberontak terhadap perintah-perintah Allah, dan menista nasihat Yang Mahatinggi,

107:12 maka ditundukkan-Nya hati mereka ke dalam kesusahan, mereka tergelincir, dan tidak ada yang menolong.

107:13 Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nyalah mereka dari kecemasan mereka,

107:14 dibawa-Nya mereka keluar dari dalam gelap dan kelam, dan diputuskan-Nya belenggu-belenggu mereka.

107:15 Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia,

107:16 sebab dipecahkan-Nya pintu-pintu tembaga, dan dihancurkan-Nya palang-palang pintu besi.

107:35 Dibuat-Nya padang gurun menjadi kolam air, dan tanah kering menjadi pancaran-pancaran air.

107:36 Ditempatkan-Nya di sana orang-orang lapar, dan mereka mendirikan kota tempat kediaman;

Dibuat-Nya padang gurun menjadi kolam air, dan tanah kering menjadi pancaran-pancaran air. —Mazmur 107:35

Pemulihan yang Besar

Saya sangat menyukai hujan lebat. Waktu masih kanak-kanak, manakala hujan lebat datang—dengan guntur yang menggelegar dan air yang turun menghunjam ke bumi—saya dan saudara-saudara saya langsung lari keluar rumah untuk bermain air dan meluncur di bawah guyuran hujan. Setelah beberapa saat lamanya, kami pun masuk kembali ke rumah dalam keadaan basah kuyup.

Pengalaman beberapa menit itu sangat seru karena kami begitu terhanyut dalam sesuatu yang luar biasa, sampai-sampai kami tak bisa membedakan apakah kami sebenarnya bersenang-senang atau justru ketakutan.

Gambaran tersebut muncul di benak saya ketika membaca dalam Mazmur 107 bagaimana pemulihan dari Allah disamakan dengan padang gurun yang diubah menjadi “kolam air” (ay.35). Hujan yang bisa mengubah padang gurun menjadi mata air tentu bukan hujan yang ringan, melainkan hujan deras yang airnya membanjiri setiap retakan tanah kering dan mengalirinya dengan kehidupan baru.

Bukankah pemulihan seperti itu yang selama ini kita nanti-nantikan? Ketika kehidupan kita terasa berjalan tanpa arah dan kita “lapar dan haus” akan pemulihan yang tampaknya tak kunjung tiba (ay.4-5), yang kita butuhkan bukanlah pengharapan yang secuil saja. Ketika pola-pola dosa telah berakar dalam diri kita dan menjerat kita “di dalam gelap dan kelam” (ay.10-11), yang dibutuhkan hati kita bukanlah perubahan yang sekadarnya.

Yang kita butuhkan adalah pemulihan yang besar, dan itulah yang sanggup dikerjakan Allah (ay.20). Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk membawa ketakutan dan cela kita kepada-Nya. Allah lebih dari sanggup untuk memutuskan belenggu dosa kita dan menghalau kekelaman dari hidup kita dengan terang-Nya (ay.13-14). —Monica Brands

Bapa, tolonglah kami untuk datang kepada-Mu dengan beban-beban kami, karena kami mempercayai kasih dan kuasa-Mu yang sanggup mengubah dan memulihkan.

Kuasa Allah sanggup membawa perubahan.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 60-62; Roma 5

Menyadari Ketidaksempurnaan

Rabu, 25 Juli 2018

Menyadari Ketidaksempurnaan

Baca: Efesus 3:8-19

3:8 Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu,

3:9 dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu,

3:10 supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga,

3:11 sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

3:12 Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.

3:13 Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.

3:14 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,

3:15 yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya.

3:16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,

3:17 sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.

3:18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,

3:19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.

Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu. —Efesus 3:16

Menyadari Ketidaksempurnaan

Seorang dosen di kampus memberi saya nasihat yang bijak setelah melihat sifat perfeksionis membuat saya sering menunda-nunda. “Jangan biarkan kesempurnaan mematikan apa yang baik,” katanya. Ia menjelaskan bahwa usaha menampilkan sesuatu yang sempurna bisa menghalangi risiko-risiko yang sebenarnya diperlukan seseorang untuk bertumbuh. Dengan menerima kenyataan bahwa pekerjaan saya tidak akan pernah sempurna, saya justru memperoleh kebebasan untuk terus bertumbuh.

Rasul Paulus memberi kita alasan yang lebih penting untuk berhenti mengupayakan sendiri kesempurnaan diri: kita menjadi tidak sadar bahwa kita membutuhkan Kristus.

Paulus pernah mengalami sendiri kebenaran tersebut. Setelah bertahun-tahun berusaha menaati Hukum Taurat secara sempurna, segalanya berubah total ketika ia bertemu dengan Yesus Kristus (Gal. 1:11-16). Paulus menyadari bahwa jika usahanya sendiri cukup untuk menjadikannya utuh dan benar di hadapan Allah, “maka sia-sialah kematian Kristus” (2:21). Hanya dengan berhenti mengandalkan diri sendirilah, ia dapat mengalami Kristus hidup di dalam dirinya (ay.20). Hanya dalam ketidaksempurnaannya, ia bisa mengalami kuasa Allah yang sempurna.

Itu tidak berarti kita tidak perlu melawan dosa (ay.17); melainkan bahwa kita memang harus berhenti mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk dapat bertumbuh secara rohani (ay.20).

Dalam hidup ini, kita akan selalu berada dalam proses. Namun, saat dengan rendah hati kita menyadari kebutuhan kita akan Yesus, satu-satunya Pribadi yang sempurna, Dia akan berdiam di dalam hati kita (Ef. 3:17). Dengan berakar di dalam Dia, kita bebas bertumbuh dalam kasih yang “melampaui segala pengetahuan” (ay.19). —Monica Brands

Tuhan, kami sering kehilangan sukacita dan kemerdekaan hidup bersama-Mu karena kami terus mengandalkan diri sendiri. Tolonglah kami untuk mengandalkan-Mu saja.

Kita bebas bertumbuh dalam kasih Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 37-39; Kisah Para Rasul 26

Aku Tak Bisa Melakukannya

Selasa, 17 Juli 2018

Aku Tak Bisa Melakukannya

Baca: 1 Korintus 1:26-31

1:26 Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.

1:27 Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,

1:28 dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,

1:29 supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

1:30 Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.

1:31 Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”

Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. —Galatia 3:24

Aku Tak Bisa Melakukannya

“Aku tak bisa melakukannya!” keluh seorang murid yang sedang berkecil hati. Yang ia lihat pada lembar kerjanya hanyalah tulisan-tulisan kecil, konsep-konsep yang sulit, dan tenggat yang hampir tiba. Ia membutuhkan bantuan dari gurunya.

Mungkin kita merasakan keputusasaan yang sama ketika membaca Khotbah Yesus di Bukit. “Kasihilah musuhmu” (Mat. 5:44). Kemarahan sama buruknya dengan membunuh (ay.22). Hawa nafsu sama dengan berzina (ay.28). Belum lagi, jika kita pikir hidup kita bisa memenuhi standar-standar itu, kita dihadapkan pada ayat ini: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (ay.48).

“Khotbah di Bukit menghasilkan keputusasaan,” kata Oswald Chambers. Namun, ia melihat itu baik, karena pada “saat putus asa, kita bersedia datang kepada [Yesus] sebagai orang miskin untuk menerima sesuatu dari Dia.”

Dalam cara-cara tidak lazim yang digunakan Allah, orang-orang yang tahu bahwa mereka tak sanggup melakukannya dengan kekuatan sendirilah yang menerima anugerah Allah. Itu seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak. . . . Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat” (1Kor. 1:26-27).

Dalam hikmat Allah, Sang Guru itu juga merupakan Juruselamat kita. Ketika kita datang kepada-Nya dalam iman, dengan pertolongan Roh-Nya, kita boleh menikmati pembenaran, kekudusan, penebusan dari-Nya (ay.30), kasih karunia, dan kuasa untuk menjalani hidup bagi-Nya. Karena itulah, Dia dapat berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat. 5:3). —Tim Gustafson

Terima kasih, Tuhan, karena Engkau memberkati yang miskin di hadapan Allah, yang berduka, dan yang lapar dan haus akan kebenaran-Mu. Engkaulah kebenaran kami!

Melalui Anak Allah, kita boleh menikmati hidup dalam Kerajaan Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 18-19; Kisah Para Rasul 20:17-38

Dimerdekakan

Selasa, 26 Juni 2018

Dimerdekakan

Baca: Roma 8:1-2,15-17

8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”

8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. —Roma 8:1

Dimerdekakan

Saat saya masih kecil dan tinggal di desa, ada satu hal tentang ayam yang menarik perhatian saya. Setiap kali berhasil menangkap seekor anak ayam, saya akan menggenggamnya sebentar, lalu dengan lembut melepaskannya. Namun, anak ayam itu tetap diam karena dikiranya masih berada dalam genggaman saya; meski bisa bebas berlari, anak ayam itu merasa terperangkap.

Saat kita beriman kepada Yesus, dengan penuh rahmat Dia melepaskan kita dari dosa dan cengkeraman Iblis atas kita. Namun, karena dibutuhkan waktu untuk mengubah kebiasaan dan perilaku kita yang berdosa, Iblis dapat membuat kita merasa terperangkap. Akan tetapi, Roh Allah telah memerdekakan kita dan Dia tidak memperbudak kita. Kepada jemaat di Roma, Paulus menyatakan, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Rm. 8:1-2).

Melalui pembacaan Alkitab, doa, dan kuasa Roh Kudus, Allah bekerja di dalam diri kita untuk memurnikan dan memampukan kita hidup bagi-Nya. Alkitab mendorong kita agar tetap berjalan bersama Yesus dengan penuh kepastian dan tidak dibelenggu keraguan seolah-olah kita belum dimerdekakan.

Yesus berkata, “Apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka” (Yoh. 8:36). Kiranya kemerdekaan yang kita miliki di dalam Yesus Kristus mendorong kita untuk senantiasa mengasihi dan melayani-Nya. —Lawrence Darmani

Tuhan, ampuni aku yang terkadang masih mengingat masa lalu dan lupa bahwa Engkau telah menghapus dosa-dosaku. Terima kasih karena Engkau telah memikul bebanku dan memerdekakanku untuk menikmati hidup bagi-Mu.

Terbukalah pasunganku; ‘ku bangkit dan mengikut-Mu. Charles Wesley [Kidung Jemaat, No. 31b]

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 5-7; Kisah Para Rasul 8:1-25

Berkat di Tengah Kekacauan

Senin, 18 Juni 2018

Berkat di Tengah Kekacauan

Baca: Kejadian 28:10-22

28:10 Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran.

28:11 Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu.

28:12 Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.

28:13 Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: “Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu.

28:14 Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.

28:15 Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.”

28:16 Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: “Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.”

28:17 Ia takut dan berkata: “Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.”

28:18 Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya.

28:19 Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus.

28:20 Lalu bernazarlah Yakub: “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai,

28:21 sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku.

28:22 Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.”

Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. —Filipi 1:6

Berkat di Tengah Kekacauan

Kadang saya berpikir, ketika saya membuat kacau, saya sendiri yang harus membereskannya. Walaupun saya percaya bahwa Allah penuh kasih sayang, saya cenderung bersikap seolah-olah Dia hanya mau menolong pada saat keadaan saya baik-baik saja.

Pandangan yang tidak benar itu tergambar dengan sangat indah lewat perjumpaan pertama Allah dengan Yakub.

Seumur hidup, Yakub berusaha mengubah nasibnya. Ia lahir sebagai anak kedua di masa ketika putra sulunglah yang menerima berkat dari sang ayah—berkat yang diyakini sebagai jaminan kesejahteraan masa depan seseorang.

Jadi, Yakub memutuskan untuk melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan berkat ayahnya. Akhirnya, dengan menipu, ia berhasil mendapatkan berkat yang sebenarnya dimaksudkan untuk kakaknya (Kej. 27:19-29).

Namun, sebagai akibatnya, keluarga Yakub terpecah dan ia harus melarikan diri dari kakaknya yang murka (ay.41-43). Keadaan itu tentu jauh sekali dari bayangan Yakub tentang hidup yang diberkati.

Akan tetapi, setelah menjalani hidup yang penuh siasat, Yakub bertemu dengan Allah pada suatu malam (28:11). Allah menunjukkan kepada Yakub bahwa ia tidak perlu bersiasat untuk menerima berkat, karena ia sudah diberkati. Tujuan hidup Yakub—yang jauh lebih besar daripada kelimpahan materi (ay.14)—dijamin penuh oleh Pribadi yang tidak akan pernah meninggalkan dirinya (ay.15).

Itulah pelajaran yang harus dipelajari Yakub di sepanjang hidupnya.

Demikian juga kita. Sebesar apa pun penyesalan yang kita rasakan atau seberapa pun kita merasa jauh dari Allah, sesungguhnya Dia tetap hadir—menuntun kita dengan lembut dan membawa kita keluar dari tengah kekacauan untuk menerima berkat dari-Nya. —Monica Brands

Tuhan, kami sering merasa terperangkap oleh kesalahan kami sendiri, sehingga kami merasa tak ada lagi masa depan bagi kami. Ingatkan kami bahwa Engkaulah Allah Yakub yang takkan melalaikan tujuan-Mu atas hidup kami.

Allah tidak pernah melalaikan kasih dan tujuan-Nya atas hidup kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 10-11; Kisah Para Rasul 4:1-22

Masa “Mengunyah”

Sabtu, 2 Juni 2018

Masa “Mengunyah”

Baca: 1 Petrus 2:1-11

2:1 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

2:2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,

2:3 jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.

2:4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.

2:5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

2:6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.”

2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.”

2:8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

2:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. —Matius 5:6

Masa “Mengunyah”

Baru-baru ini istri saya memberikan seekor anak anjing kepada saya. Kami menamainya Max. Suatu hari Max menemani saya di ruang kerja. Saat sedang berkonsentrasi bekerja, saya mendengar suara kertas robek di belakang saya. Saya menoleh dan mendapati tampang bersalah pada anak anjing itu. Sebuah buku telah terbuka lebar dan selembar kertas dari buku itu berjuntai di mulutnya.

Dokter hewan mengatakan kepada kami bahwa Max sedang dalam “masa mengunyah”. Saat gigi-gigi susu tanggal dan gigi-gigi tetapnya mulai tumbuh, anak anjing akan meredakan nyeri gusinya dengan mengunyah apa saja. Kami harus benar-benar mengawasi Max untuk memastikan agar ia tidak menggigiti sesuatu yang dapat membahayakannya dan membuatnya mengunyah benda lain yang lebih sehat.

Keinginan Max untuk mengunyah—dan tanggung jawab saya untuk mengawasinya—membuat saya terpikir tentang apa yang kita “kunyah” dalam pikiran dan hati kita. Saat membaca buku, menjelajahi dunia maya, atau menyaksikan TV, apakah kita sungguh-sungguh mempertimbangkan apa yang kita konsumsi dan pengaruhnya pada jiwa kita? Alkitab mendorong kita, “Jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan” (1Ptr. 2:2-3). Setiap hari, kita perlu mengisi diri kita dengan firman Tuhan dan kebenaran apabila kita ingin terus maju sebagai pengikut Kristus. Hanya dengan demikianlah kita dapat bertumbuh dewasa di dalam Dia. —James Banks

Tuhan terkasih, tolong aku untuk merindukan Engkau dan firman-Mu dan jauhkanlah diriku dari hal yang membahayakanku. Penuhi aku dengan kebaikan-Mu hari ini.

Ketika Kristus datang kembali, akankah Dia mendapati kita sedang merindukan-Nya?

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 17-18; Yohanes 13:1-20

Sama Seperti Bapa

Jumat, 5 Januari 2018

Sama Seperti Bapa

Baca: 1 Petrus 5:8-12

5:8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

5:9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.

5:10 Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.

5:11 Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

5:12 Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu, bahwa ini adalah kasih karunia yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!

Sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.—1 Petrus 1:16

Sama Seperti Bapa

Ayah saya pernah mempunyai sepatu bot koboi setinggi lutut yang kini sudah berdebu dan ditaruh di lantai ruang kerja saya. Setiap hari, saat melihat sepatu bot itu, saya teringat pada kepribadian beliau.

Salah satu hal yang dilakukan ayah saya adalah memelihara dan melatih kuda-kuda penggiring ternak—kuda-kuda atletis yang bergerak lincah. Saya sangat senang melihat ayah bekerja dan mengagumi bagaimana ia dapat tetap duduk di atas pelana sepanjang melakukan pekerjaannya.

Ketika masih kecil, saya ingin tumbuh besar menjadi seperti beliau. Saya berusia 80-an tahun sekarang, tetapi saya masih belum menyamai apa yang telah beliau kerjakan.

Ayah saya sudah berpulang ke surga, tetapi saya mempunyai Bapa lain untuk diteladani. Saya ingin menjadi seperti Dia—dipenuhi kebaikan-Nya dan menyebarkan kasih-Nya. Saya belum sepenuhnya menjadi seperti Dia, bahkan takkan pernah bisa menyamai-Nya seumur hidup saya. Dia terlebih mulia dibandingkan saya.

Namun, Rasul Petrus pernah berkata, “Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu” (1Ptr. 5:10). Dia memiliki hikmat dan kuasa untuk melakukan semua itu (ay.11).

Ketidaksanggupan kita untuk sepenuhnya menyerupai Allah Bapa tidak akan berlangsung selamanya. Dia telah memanggil kita untuk membagikan keindahan karakter-Nya. Di dalam hidup ini, kita tidak akan mencerminkan karakter-Nya dengan sempurna. Namun, di surga kelak, segala dosa dan dukacita kita tidak akan ada lagi dan kita akan mencerminkan Allah dengan seutuhnya! Sungguh, itulah “kasih karunia yang benar-benar dari Allah” (ay.12). —David H. Roper

Allah Bapa, kami ingin menjadi seperti-Mu. Tolong kami untuk terus bertumbuh semakin serupa dengan-Mu tiap hari!

Melalui salib Kristus, orang berdosa dipandang tak bercela oleh Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 13–15; Matius 5:1-26

Dari Luar ke Dalam?

Sabtu, 9 Desember 2017

Dari Luar ke Dalam?

Baca: Galatia 3:23-29

3:23 Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.

3:24 Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.

3:25 Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.

3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.

3:27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.

3:28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

3:29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.

Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. —Galatia 3:27

Dari Luar ke Dalam?

“Perubahan: Dari Dalam ke Luar atau dari Luar ke Dalam?” merupakan judul tajuk utama tentang tren populer saat ini.Tren itu menyajikan ide bahwa perubahan tampilan luar seperti merias wajah atau memperbaiki postur dapat menjadi cara mudah untuk mengubah perasaan dalam hati kita—bahkan mengubah hidup kita.

Sungguh konsep yang menarik! Siapa yang tidak ingin meningkatkan kualitas hidup semudah mengubah penampilan? Kebanyakan dari kita sudah mengalami sendiri sulitnya mengubah kebiasaan yang sudah mengakar, bahkan itu adalah usaha yang nyaris mustahil. Mudahnya mengubah penampilan luar telah memberikan harapan bahwa upaya meningkatkan kualitas hidup kita bisa dilakukan dengan lebih cepat.

Meskipun perubahan semacam itu dapat meningkatkan hidup kita, Alkitab mengajak kita untuk mencari perubahan yang lebih berarti—sesuatu yang mustahil kita lakukan sendiri. Di Galatia 3, Paulus menyatakan bahwa hukum Allah—suatu pemberian tak ternilai yang menyatakan kehendak-Nya—tidak sanggup memulihkan kebobrokan umat Allah (ay.19-22). Pemulihan dan kemerdekaan sejati mengharuskan umat Allah, melalui iman, untuk “mengenakan Kristus” (ay.27) oleh Roh-Nya (5:5). Dengan dimerdekakan dan dibentuk oleh Kristus, mereka akan menemukan identitas dan nilai sejati mereka—yakni bahwa setiap orang percaya sama-sama merupakan ahli waris dari semua janji Allah (3:28-29).

Kita dapat dengan mudahnya mencurahkan banyak energi untuk meningkatkan kualitas diri. Namun, perubahan yang paling berarti dan memuaskan dalam hati kita berasal dari pengenalan kita akan kasih yang melampaui segala pengetahuan (Ef. 3:17-19)—suatu kasih yang sanggup mengubah segalanya. —Monica Brands

Tuhan, kami sangat bersyukur karena tidak perlu mengandalkan diri kami sendiri. Terima kasih karena Roh-Mu memperbarui kami setiap hari dan membawa kami semakin dekat pada-Mu dan kasih-Mu.

Dalam Yesus, perubahan yang sejati dan kekal tidaklah mustahil.

Bacaan Alkitab Setahun: Daniel 11-12 dan Yudas 1