Bahan renungan yang bisa menemani saat teduhmu dan menolongmu dalam membaca firman Tuhan.

Harta Tersembunyi

Kamis, 4 Februari 2016

Harta Tersembunyi

Baca: Amsal 2:1-5

2:1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,

2:2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian,

2:3 ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian,

2:4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,

2:5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.

Kejarlah [pikiran yang tajam dan pengertian] seperti mengejar harta yang terpendam. —Amsal 2:4 BIS

Harta Tersembunyi

Saya dan suami membaca dengan gaya yang berbeda. Karena bahasa Inggris adalah bahasa kedua bagi Tom, ia cenderung membaca dengan pelan dan mengeja kata-demi-kata. Di lain pihak, saya sering hanya membaca sepintas lalu untuk mendapatkan gambaran umum dari bacaan tertentu. Namun dibanding saya, daya ingat Tom lebih kuat. Ia dapat dengan mudah mengutip apa yang pernah dibacanya seminggu yang lalu, sedangkan daya ingat saya cepat sekali menguap hanya beberapa detik setelah saya mengalihkan pandangan dari layar komputer atau buku yang saya baca.

Saya juga cenderung membaca Alkitab dengan sepintas lalu—dan ini tidak saja ketika saya menemukan bagian yang berisi silsilah. Saya tergoda untuk membaca sepintas bagian-bagian Alkitab yang sudah saya kenal, kisah-kisah yang sudah saya dengar sejak kecil, atau sepotong mazmur yang menjadi bagian dari lagu yang terkenal.

Amsal 2 mendorong kita untuk berusaha lebih mengenal Allah dengan sungguh-sungguh memiliki hati yang mau diajar. Ketika kita cermat membaca Alkitab dan menyediakan waktu untuk menghafalkannya, kita akan semakin menghayati kebenaran firman itu (ay.1-2). Terkadang, membaca firman Tuhan dengan bersuara akan menolong kita untuk mendengar dan memahami hikmat dari Allah dengan lebih utuh. Dan ketika kita berdoa dengan menggunakan ayat-ayat Kitab Suci dan meminta kepada-Nya pengertian dan kepandaian (ay.3), kita pun menikmati percakapan yang hangat dengan Pemberi firman itu.

Kita akan mengenal Allah dan hikmat-Nya pada saat kita menggali firman itu dengan sepenuh hati. Kita mendapat pengertian ketika kita mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta karun yang terpendam. —Cindy Hess Kasper

Ya Tuhan, tolong aku supaya tidak tergesa-gesa dan mendengarkan apa yang ingin Engkau ajarkan kepadaku melalui firman-Mu, supaya aku bisa menjadi pribadi seperti yang Engkau kehendaki.

Bacalah Alkitab dengan cermat dan pelajarilah dengan tekun.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 34-35; Matius 22:23-46

Latihan Seumur Hidup

Rabu, 3 Februari 2016

Latihan Seumur Hidup

Baca: 1 Korintus 9:24-27

9:24 Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!

9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.

9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.

9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya . . . jangan aku sendiri ditolak. —1 Korintus 9:27

Latihan Seumur Hidup

Saya baru saja bertemu dengan seorang wanita yang telah memacu tubuh dan pikirannya hingga ke titik maksimal. Ia pernah mendaki gunung, menantang maut, dan bahkan memecahkan rekor dunia Guinness. Sekarang ia berhadapan dengan tantangan yang berbeda, yaitu membesarkan anaknya yang berkebutuhan khusus. Keberanian dan iman yang digunakannya untuk mendaki gunung sekarang dicurahkannya untuk mengasuh anak.

Di 1 Korintus, Rasul Paulus berbicara tentang seorang pelari yang berlomba. Setelah mendesak anggota jemaat di Korintus yang suka menuntut hak-hak mereka untuk memperhatikan satu sama lain (Pasal 8), Paulus menjelaskan bagaimana ia memandang tantangan untuk mengasihi dan berkorban itu bagaikan berlari dalam maraton yang menguji ketahanan tubuh (Pasal 9). Sebagai pengikut Yesus, mereka perlu melepaskan hak-hak mereka dalam ketaatan kepada-Nya.

Seperti para atlet melatih tubuhnya agar mereka bisa meraih kemenangan, kita juga melatih tubuh dan pikiran agar jiwa kita bertumbuh. Ketika kita meminta Roh Kudus untuk mengubah kita, dari waktu ke waktu, kita pun meninggalkan hidup kita yang lama. Dengan dimampukan oleh Allah, kita dapat menahan diri untuk tidak berkatakata kasar. Kita dapat berhenti memainkan perangkat elektronik kita dan memusatkan perhatian untuk mendengarkan teman-teman kita. Kita juga tidak perlu bersikeras untuk memenangi suatu argumen.

Hari ini, dalam latihan yang kita jalani bersama Roh Kristus, cara apa yang dipakai Allah untuk membentuk kita? —Amy Boucher Pye

Tuhan, kiranya aku tidak menuntut hakku, melainkan berlatih untuk memenangi hadiah yang bersifat kekal.

Latihan akan membawa pada perubahan hidup.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 31-33; Matius 22:1-22

Meninggalkan Warisan

Selasa, 2 Februari 2016

Meninggalkan Warisan

Baca: 2 Tawarikh 21:4-20

21:4 Sesudah Yoram memegang pemerintahan atas kerajaan ayahnya dan merasa dirinya kuat, ia membunuh dengan pedang semua saudaranya dan juga beberapa pembesar Israel.

21:5 Yoram berumur tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem.

21:6 Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab, sebab yang menjadi isterinya adalah anak Ahab. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN.

21:7 Namun demikian, TUHAN tidak mau memusnahkan keluarga Daud oleh karena perjanjian yang diikat-Nya dengan Daud, sesuai dengan yang dijanjikan-Nya, bahwa Ia hendak memberikan keturunan kepadanya dan kepada anak-anaknya untuk selama-lamanya.

21:8 Pada zamannya memberontaklah Edom terhadap kekuasaan Yehuda dan mereka mengangkat seorang raja atas mereka sendiri.

21:9 Maka majulah Yoram dengan panglima-panglimanya serta seluruh keretanya; pada waktu malam bangunlah ia, lalu bersama-sama dengan para panglima pasukan kereta ia menerobos barisan orang Edom yang mengepung dia.

21:10 Demikianlah Edom memberontak kekuasaan Yehuda dan terlepas sampai sekarang ini. Lalu Libnapun memberontak terhadap kekuasaannya pada masa itu juga. Itu disebabkan karena ia telah meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyangnya.

21:11 Lagipula ia membuat bukit-bukit pengorbanan di gunung-gunung Yehuda. Ia membujuk penduduk Yerusalem untuk berzinah dan ia menyesatkan Yehuda.

21:12 Lalu sampailah kepadanya sebuah surat dari nabi Elia yang bunyinya: “Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Karena engkau tidak hidup mengikuti jejak Yosafat, ayahmu, dan Asa, raja Yehuda,

21:13 melainkan hidup menurut kelakuan raja-raja Israel dan membujuk Yehuda dan penduduk-penduduk Yerusalem untuk berzinah, sama seperti yang dilakukan keluarga Ahab, dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu,

21:14 maka TUHAN akan mendatangkan tulah besar atas rakyatmu, anak-anakmu, isteri-isterimu, dan atas semua harta milikmu.

21:15 Dan engkau sendiri akan menderita penyakit yang dahsyat, suatu penyakit usus, hingga selang beberapa waktu ususmu keluar oleh karena penyakit itu.”

21:16 Lalu TUHAN menggerakkan hati orang Filistin dan orang Arab yang tinggal berdekatan dengan orang Etiopia untuk melawan Yoram.

21:17 Maka mereka maju melawan Yehuda, memasukinya dan mengangkut segala harta milik yang terdapat di dalam istana raja sebagai jarahan, juga anak-anak dan isteri-isterinya, sehingga tidak ada seorang anak yang tinggal padanya kecuali Yoahas, anaknya yang bungsu.

21:18 Sesudah semuanya ini TUHAN menulahinya dengan penyakit usus yang tidak dapat sembuh.

21:19 Beberapa waktu berselang, kira-kira sesudah lewat dua tahun, keluarlah ususnya karena penyakitnya itu, lalu ia mati dengan penderitaan yang hebat. Rakyatnya tidak menyalakan api baginya seperti yang diperbuat mereka bagi nenek moyangnya.

21:20 Ia berumur tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja.

 

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untukmelayani. —Markus 10:45

Meninggalkan Warisan

Ketika Tim, seorang mandor konstruksi jalan, tewas dalam suatu kecelakaan, banyak orang yang merasa kehilangan. Keluarga, anak buah, dan lingkungannya telah kehilangan pribadi yang selama ini sangat mengasihi mereka. Gereja kecil tempatnya beribadah tak cukup menampung warga yang ingin mengungkapkan dukacita mereka sehingga panitia memindahkan kebaktian ke tempat yang jauh lebih besar. Sanak saudara dan sahabat yang memenuhi auditorium itu mengirimkan pesan yang sangat jelas: Tim telah menyentuh banyak jiwa secara khusus melalui hidupnya. Banyak orang yang akan merindukan kebaikan, sikap humoris, dan semangat Tim dalam menjalani hidup.

Sepulang dari pemakaman, saya teringat pada kehidupan Raja Yoram. Alangkah jauh berbedanya dari kehidupan Tim! Kekuasaannya yang mengerikan dan singkat tercatat di 2 Tawarikh 21. Untuk memperkuat kekuasaannya, Yoram membunuh semua saudaranya dan para pemimpin lain (ay.4). Ia kemudian menyesat-kan Yehuda untuk menyembah berhala. Alkitab memberi tahu kita, “Ia meninggal dengan tidak dicintai orang” (ay.20). Yoram berpikir bahwa kekuasaannya akan langgeng dengan tangan besi. Memang benar. Ia selamanya diingat dalam Alkitab sebagai pemimpin yang keji dan egois.

Meski Yesus juga adalah raja, Dia datang ke dunia sebagai hamba. Ketika Dia berbuat baik dalam pelayanan-Nya, Dia dibenci oleh orang-orang yang haus kekuasaan. Akhirnya, Sang Raja sekaligus Hamba itu pun menyerahkan nyawa-Nya.

Teladan Yesus terus langgeng hingga kini, dalam diri orang-orang yang mengerti bahwa hidup dijalani bukanlah hanya untuk diri mereka sendiri, melainkan dijalani demi Yesus. Dia rindu merangkul dan mengampuni setiap orang yang berpaling kepada-Nya. —Tim Gustafson

Tuhan, baik melalui kematian maupun kehidupan-Mu, Engkau melayani sesama. Tolonglah kami untuk melayani sesama dengan hidup kami lewat hal-hal sederhana yang kami kerjakan hari ini.

Hidup yang dijalani bagi Allah akan meninggalkan warisan yang kekal.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 29-30; Matius 21:23-46

Berdoa dengan Tidak Jemu-Jemu

Senin, 1 Februari 2016

Berdoa dengan Tidak Jemu-Jemu

Baca: Lukas 18:1-8

18:1 Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.

18:2 Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun.

18:3 Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.

18:4 Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun,

18:5 namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.”

18:6 Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!

18:7 Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?

18:8 Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. —Lukas 18:1

Berdoa dengan Tidak Jemu-Jemu

Apakah kamu sedang mengalami masa-masa ketika setiap upaya yang kamu tempuh untuk menyelesaikan suatu masalah justru terhadang oleh kesulitan yang baru? Mungkin pada malam hari kamu bersyukur karena masalahmu sudah tertangani, tetapi ketika bangun keesokan paginya, kamu menemukan ada hal lain yang tidak beres dan masalah itu masih ada.

Suatu kali, saat mengalami masa seperti itu, saya terpana oleh kata-kata pembuka dari Lukas 18: “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Luk. 18:1). Saya sudah sering membaca cerita tentang janda yang gigih itu tetapi saya belum pernah memahami alasan Yesus menceritakannya (ay. 2-8). Sekarang saya dapat mengaitkan kata-kata pembuka tersebut dengan perumpamaan yang diceritakan-Nya. Hikmah yang diajarkan Yesus kepada para pengikut-Nya sangatlah jelas: “Teruslah berdoa dengan tidak jemu-jemu.”

Doa bukanlah alat untuk memaksa Allah agar Dia melakukan apa yang kita inginkan. Doa merupakan suatu proses untuk menyadari kuasa dan rencana-Nya atas hidup kita. Melalui doa, kita menyerahkan hidup dan keadaan kita kepada Tuhan dan mempercayai-Nya untuk bertindak menurut waktu dan cara-Nya.

Pada saat kita mengandalkan anugerah Allah, tidak hanya untuk jawaban dari permohonan kita tetapi juga untuk prosesnya, kita dapat selalu datang kepada Tuhan melalui doa, dengan mempercayai hikmat dan kepedulian-Nya bagi kita.

Dorongan yang diberikan Tuhan untuk kita sangatlah jelas: Teruslah berdoa dengan tidak jemu-jemu! —David McCasland

Tuhan, dalam kesulitan-kesulitan yang kuhadapi hari ini, jagalah hatiku, bimbinglah kata-kataku, dan tunjukkanlah anugerah-Mu. Kiranya aku selalu berharap kepada-Mu dalam doa.

Doa mengubah segalanya.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 27-28; Matius 21:1-22

Photo credit: miss McBeal / Foter / CC BY-ND

Dia Datang untukmu

Minggu, 31 Januari 2016

Dia Datang untuk Anda

Baca: Lukas 4:14-21

4:14 Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu.

4:15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.

4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.

4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:

4:18 “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku

4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”

4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.

4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”

Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabarbaik kepada orang-orang miskin. —Lukas 4:18

Dia Datang untuk Anda

Di dalam novel-novelnya, The Trial dan The Castle, Franz Kafka (1883-1924) menggambarkan kehidupan manusia sebagai suatu keberadaan tak berperikemanusiaan yang mengubah orang-orang menjadi lautan wajah kosong tanpa identitas maupun nilai. Kafka berkata, “Kehidupan bagai ban berjalan yang terus membawa kamu, entah ke mana. Seseorang lebih menyerupai sebuah objek atau benda, daripada sesosok makhluk hidup.”

Di awal masa pelayanan-Nya, Yesus pergi ke sebuah rumah ibadat di Nazaret, lalu berdiri di depan orang banyak, dan membaca dari kitab Yesaya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4:18-19).

Kemudian Kristus duduk dan menyatakan, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (ay.21). Berabad-abad sebelumnya, Nabi Yesaya telah menyerukan kata-kata serupa (Yes. 61:1-2). Sekarang Yesus menyatakan bahwa Dialah penggenapan dari janji tersebut.

Perhatikanlah siapa saja yang hendak Yesus selamatkan—orang-orang yang miskin, remuk hati, tertawan, buta, dan tertindas. Dia datang untuk orang-orang yang nilai dirinya sebagai manusia telah direndahkan oleh dosa dan penderitaan, oleh kerusakan dan kesedihan. Dia datang untuk kita semua! —Bill Crowder

Demi mereka yang berdosa dan mereka yang menderita. Demi mereka yang menderita karena dosa. Demi mereka yang berdosa untuk meredakan penderitaan. Tuhan, kasihanilah kami. Robert Gelinas, The Mercy Prayer

Dunia mungkin merendahkan kita, tetapi Yesus mengasihi setiap dari kita seolah-olah kita ini milik-Nya satu-satunya.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 25-26; Matius 20:17-34

Menemukan Diriku Di Dalam-Nya (bagian 6)

menemukan-diriku-6

Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Semua orang menyukaimu.

Ya, iyalah… ‘kan aku orangnya lucu, penuh perhatian, santai dan asyik dijadikan teman.

Memangnya kenapa kalau leluconku tidak membuat orang tertawa? Memangnya kenapa kalau kadang-kadang orang menatapku dengan pandangan aneh?

Terserahlah. Pastinya ada yang pernah bilang aku itu orangnya kocak dan mereka sangat senang melewatkan waktu bersamaku. Ingat ‘kan? Itu artinya banyak orang menyukaiku!

Tetapi … bagaimana bila mereka sebenarnya menertawakan aku, bukan tertawa bersamaku? Bagaimana bila ternyata mereka hanya berpura-pura menyukaiku?

Ya, tidak apa-apa. Tidak seharusnya itu menjadi masalah. Aku ini orang yang kuat, mandiri, dan realistis. Jika mereka tidak bisa menerima diriku apa adanya, aku juga tidak ingin berurusan dengan mereka. Siapa juga yang ingin bergaul dengan sekelompok orang yang tidak menyukai dirinya?

Mungkin mereka tidak menyukai aksen bicaraku. Mungkin suaraku terdengar lucu di telepon. Mungkin mereka tidak suka dengan alisku yang terlalu tebal. Aku harus menyempatkan diri merapikan alisku.

Mungkin mereka merasa aku seperti nenek-nenek, selalu sudah ada di tempat tidur setiap jam 10 malam. Mungkin penampilanku kurang menarik, lain kali aku perlu berdandan sedikit.

Oh, lihat pesan yang kuterima. Ada yang bilang kalau mereka menyukai tulisan di blog-ku. Bagus sekali!

Aku bisa mati kalau begini terus. Mengapa aku sangat terganggu dengan apa yang dipikirkan orang tentang aku? Seolah-olah mereka inilah yang menciptakanku atau mati bagiku. Selama aku hidup sesuai dengan firman Tuhan, anggapan orang lain seharusnya menjadi tidak penting.

Tuhan yang menciptakanku. Dia mengasihiku. Yesus mati menggantikan aku. Bagaimana Dia melihat hidupku, itulah yang paling penting, bukan pemikiran dan anggapan orang lain.

 
Serial Perjalanan Hati: Menemukan Diriku Di Dalam-Nya
Material: Foto digital, Photoshop
Penulis: Jude Dias, Shawn Quah, Joanna Hor, Vania Tan, Michele Ong, Abigail Lai
Penerjemah: Jonathan Chandranegara, Elisabeth Ch

Salah satu pencarian terbesar dalam hidup ini adalah pencarian jati diri. Siapakah diri kita? Apa saja yang menentukan identitas kita? Jalan mana yang akan membawa kita menemukan jawabannya? Mengapa identitas itu sangat penting bagi kita? Bulan ini kami berbicara dengan sejumlah anak muda, mendengarkan cerita dan pergumulan hati mereka saat berusaha mengejar yang esensi dalam hidup ini. Apakah kamu mendapati dirimu mengalami hal yang sama dengan mereka? Bagikan apa yang kamu alami dalam kolom komentar di bawah ini.

Hanya Sejauh Doa

Sabtu, 30 Januari 2016

Hanya Sejauh Doa

Baca: Yohanes 16:17-24

16:17 Mendengar itu beberapa dari murid-Nya berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya Ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?”

16:18 Maka kata mereka: “Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksud-Nya.”

16:19 Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: “Adakah kamu membicarakan seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku?

16:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.

16:21 Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.

16:22 Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.

16:23 Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.

16:24 Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.

Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu. —Yohanes 16:22

Hanya Sejauh Doa

Ketika sang solis mulai mengangkat suaranya dalam kebaktian Minggu di gereja kami, jemaat pun menjadi tenang dan memberikan perhatian penuh. Suara bass-baritonnya yang lembut melantunkan kata-kata yang menyentuh jiwa dari pujian lama. Judul lagunya mengungkapkan sebuah kebenaran yang terasa semakin indah seiring bertambahnya usia kita: “Dia Hanya Sejauh Doa”.

Kita semua pernah mengalami saat-saat perpisahan dengan orang-orang yang kita kasihi. Seorang anak menikah dan pindah ke tempat yang jauh. Orangtua terpisah dari kita karena karier atau masalah kesehatan. Seorang anak pergi bersekolah di kota atau negara lain. Memang kita dapat berhubungan melalui kiriman pesan pendek dan video. Namun kita ada di sini dan mereka ada di sana. Pada akhirnya, akan ada perpisahan karena maut.

Akan tetapi, sebagai orang percaya dalam Kristus, kita memegang janji-Nya bahwa kita tidak akan pernah sendirian. Meski kita mungkin merasa demikian, sesungguhnya Dia tidak pernah beranjak dari kita. Dia selalu hadir bersama kita, sekarang dan untuk selamanya. Ketika Yesus meninggalkan dunia ini, Dia mengatakan kepada para pengikut-Nya, “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20). Dia juga berjanji kepada kita, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibr. 13:5).

Permohonan yang terucap lembut dalam nama Yesus serta pemikiran tentang kehadiran-Nya sungguh memberi kita penghiburan dan kepastian. “Dia hanya sejauh doa.” Dave Egner

Yesus, aku bersyukur karena Engkau dekat. Aku sungguh membutuhkan-Mu.

Yesus tidak pernah menelantarkan atau melupakan umat-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 23-24; Matius 20:1-16

Photo credit: laura musselman duffy / Foter / CC BY-NC-ND

Menemukan Diriku Di Dalam-Nya (bagian 5)

menemukan-diriku-5

Entah kenapa tempat ini terasa tidak nyaman lagi. Di mana seharusnya aku berada? Apakah ini kehendak Allah bagiku? Aku bertanya pada diriku setiap hari.

Hatiku serasa ada di dua tempat, dua dunia yang terpisah ribuan kilometer jaraknya. Aku merasa seperti selembar daun yang tertiup angin, melayang tanpa tujuan. Mengapa? Seharusnya tidak seperti ini.

Kemarin, aku merasa sangat yakin. Aku pikir aku berada di tempat yang tepat. Tentu saja, Tuhan yang memanggilku ke tempat ini. Aku mendapatkan pekerjaan yang kusukai. Aku punya teman-teman dekat. Aku bisa melayani di gereja. Aku merasa Tuhan sedang menyuruhku “tetap tinggal” dan tidak “pergi”. Memang aku jadi jauh dari keluarga, tetapi mungkin itulah pengorbanan yang harus aku berikan.

Hari ini, keraguan itu datang lagi. Dan, aku lelah dengan perasaanku yang serba tidak pasti.

Mungkin Tuhan sedang mengajarku, “Aku memberimu kebebasan untuk memilih”. Aku harus melangkah dalam iman, bergerak maju dan menantikan apa yang telah Tuhan siapkan bagiku.

Mungkin aku terlalu kuatir dengan banyak hal. Tuhan, penuhiku dengan damai-Mu. Yang penting bukan di mana aku berada, tetapi apa yang aku lakukan dan dengan siapa aku memilih melakukannya. Hanya Engkau yang dapat menyempurnakanku.

 
Serial Perjalanan Hati: Menemukan Diriku Di Dalam-Nya
Material: Foto digital, Photoshop
Penulis: Jude Dias, Shawn Quah, Joanna Hor, Vania Tan, Michele Ong, Abigail Lai
Penerjemah: Jonathan Chandranegara, Elisabeth Ch

Salah satu pencarian terbesar dalam hidup ini adalah pencarian jati diri. Siapakah diri kita? Apa saja yang menentukan identitas kita? Jalan mana yang akan membawa kita menemukan jawabannya? Mengapa identitas itu sangat penting bagi kita? Bulan ini kami berbicara dengan sejumlah anak muda, mendengarkan cerita dan pergumulan hati mereka saat berusaha mengejar yang esensi dalam hidup ini. Apakah kamu mendapati dirimu mengalami hal yang sama dengan mereka? Bagikan apa yang kamu alami dalam kolom komentar di bawah ini.