Siraman Semangat

Jumat, 10 Maret 2023

Baca: 1 Tesalonika 5:4-11

5:4 Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri,

5:5 karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan.

5:6 Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.

5:7 Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.

5:8 Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan.

5:9 Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,

5:10 yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.

5:11 Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.

Hendaklah kalian tetap saling mendorong dan saling menguatkan, sama seperti yang kalian sedang lakukan sekarang ini. bis —1 Tesalonika 5:11

Saya menyebutnya sebagai keajaiban “dari gersang menjadi subur”. Hal ini terjadi setiap musim semi selama lebih dari lima belas tahun. Setelah bulan-bulan musim dingin, rumput di halaman kami penuh dengan debu dan berwarna cokelat pekat, sampai-sampai orang yang melihatnya mungkin mengira rumput itu sudah mati. Colorado memang memiliki pegunungan yang bersalju, tetapi iklim di dataran rendahnya selalu kering, bahkan pada musim panas daerah itu selalu terancam kekeringan. Namun, sekitar akhir Mei setiap tahun, saya menyalakan alat penyiram yang mengeluarkan sedikit air tetapi konsisten. Lalu, dalam waktu dua minggu, rumput yang semula kering dan cokelat berubah menjadi lebat dan hijau.

Rumput hijau itu mengingatkan saya tentang betapa sangat pentingnya dorongan semangat. Tanpanya, hidup dan iman kita ibarat sesuatu yang nyaris tidak bernyawa. Namun, alangkah menakjubkannya pengaruh dorongan semangat yang diterima secara konsisten terhadap hati, pikiran, dan jiwa kita. Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika menekankan kebenaran tersebut. Melihat jemaat bergumul dengan rasa cemas dan takut, Paulus merasa perlu memperkuat iman mereka. Ia mendorong mereka untuk terus melakukan pekerjaan baik dalam mendorong dan menguatkan satu sama lain (1tes. 5:11). Sang rasul tahu, tanpa dorongan seperti itu, iman mereka dapat menjadi layu. Paulus sendiri pernah mengalaminya, karena jemaat Tesalonika juga pernah menyemangati dan menguatkannya. kamu dan saya memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan siraman semangat, dengan menolong satu sama lain untuk makin berkembang dan bertumbuh. —John Blase

WAWASAN
Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, Paulus menjawab pertanyaan tentang kedatangan Yesus yang kedua kali (1 Tesalonika 4:13-18; 5:1-11). Ia telah berkhotbah di rumah ibadat orang Yahudi di ibu kota Makedonia itu selama tiga hari Sabat. Alhasil, banyak orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain yang takut akan Allah menjadi percaya (Kisah Para Rasul 17:4). Namun, kebersamaan sang rasul dengan para petobat baru itu harus terputus ketika orang Yahudi yang memusuhi mereka menyeret Yason, tuan rumah mereka, dan orang-orang Kristen lainnya ke hadapan pembesar-pembesar kota dan menuduh mereka telah menghasut orang untuk melawan Kaisar (ay.5-9). Dalam keprihatinannya, Paulus mengirim Timotius ke Tesalonika beberapa bulan kemudian (1 Tesalonika 3:1-2,5). Timotius lalu bertemu dengan Paulus di Korintus (Kisah Para Rasul 18:5) dan memberitahukannya apa yang terjadi (1 Tesalonika 3:6). Jemaat Tesalonika telah bertumbuh dengan baik, tetapi digelisahkan oleh penganiayaan yang mereka derita (ay.3-4). Terlebih lagi, beberapa dari orang-orang yang baru percaya meninggal dunia, dan sejumlah anggota jemaat lainnya merasa bingung tentang kedatangan Kristus kembali (4:13). —Alyson Kieda

Siraman Semangat

Dorongan semangat apa yang kamu terima baru-baru ini? Siapa yang membutuhkan siraman semangat dari kamu, hari ini atau minggu ini?

Ya Bapa, terima kasih atas dorongan semangat yang telah kuterima, dan tolonglah aku untuk menyemangati orang lain.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 11-13; Markus 12:1-27

Penghiburan pada Tiang Pintu

Kamis, 9 Maret 2023

Baca: Ulangan 6:4-9

6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,

6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,

6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Haruslah engkau menuliskan [perintah-perintah Allah] pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. —Ulangan 6:9

Ketika sedang melihat-lihat isi media sosial saya paska banjir yang melanda Louisiana bagian selatan tahun 2016, saya menemukan postingan seorang teman. Setelah menyadari rumahnya harus dihancurkan dan dibangun ulang, teman saya didorong ibunya untuk berharap kepada Allah di tengah pekerjaan bersih-bersih yang menguras semangatnya. Teman saya kemudian memuat gambar ayat-ayat Alkitab yang ia temukan pada tiang-tiang pintu rumah, yang tampaknya ditulis saat rumah itu dibangun. Membaca ayat-ayat Kitab Suci pada tiang-tiang kayu itu memberinya penghiburan.

Tradisi menuliskan ayat-ayat Alkitab pada tiang pintu mungkin berasal dari perintah Allah kepada umat Israel. Allah memerintahkan bangsa Israel untuk menuliskan perintah-perintah-Nya pada tiang-tiang pintu sebagai cara untuk mengingat Dia. Dengan menyimpan perintah-perintah-Nya dalam hati mereka (Ul. 6:6), mengajarkannya kepada anak-anak mereka (ay.7), menggunakan lambang dan cara-cara lain untuk mengingat apa yang Allah perintahkan (ay.8), dan mencantumkan kata-kata itu pada tiang pintu dan pintu gerbang (ay.9), bangsa Israel selalu diingatkan akan firman Allah. Mereka didorong untuk tidak melupakan apa yang telah Dia firmankan atau perjanjian mereka dengan-Nya.

Menampilkan firman Allah di rumah kita serta menanamkan artinya dalam hati dapat membantu kita membangun fondasi yang bersandarkan pada kesetiaan-Nya sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Suci. Dia pun sanggup menggunakan kata-kata tersebut untuk menghibur kita di tengah tragedi atau pengalaman pahit yang menyayat hati. —Katara Patton

WAWASAN
Tradisi Yahudi mezuzah adalah tanggapan harfiah terhadap perintah di Ulangan 6:9, yaitu: “Haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” Kata mezuzah secara harfiah berarti “tiang pintu”. Sebuah mezuzah adalah gulungan perkamen bertuliskan ayat-ayat dari Taurat, yang digulung dan dimasukkan ke dalam tabung atau kotak berornamen yang ditempelkan pada tiang pintu rumah orang Yahudi. Ayat-ayat yang terdapat dalam tabung itu biasanya termasuk Ulangan 6:4-9 dan 11:13-21, yaitu teks-teks yang mengingatkan umat Yahudi tentang tanggung jawab spiritual mereka terhadap Allah, sekaligus menyatakan kepada dunia bahwa penghuni rumahnya berkomitmen menjalankan keyakinan dan praktik agama Yahudi. Beberapa mezuzah ditempelkan dalam posisi miring pada tiang pintu bagian kanan. Inilah bentuk kompromi antara dua mazhab Yahudi kuno tentang cara memasang mezuzah, sekaligus suatu pengakuan akan pentingnya pandangan yang berbeda-beda dalam hidup ini. —Bill Crowder

Penghiburan pada Tiang Pintu

Kapan kamu pernah merasa sangat terhibur oleh Kitab Suci? Bagaimana kebenaran firman Tuhan menjadi dasar hidup kamu?

Bapa Surgawi, terima kasih untuk Kitab Suci yang membimbing jalanku. Ingatkan aku untuk membangun dasar hidupku di atasnya.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 8-10; Markus 11:19-33

Penyertaan Allah yang Dahsyat

Rabu, 8 Maret 2023

Baca: Mazmur 68:5-15

68:5 (68-6) Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus;

68:6 (68-7) Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia, tetapi pemberontak-pemberontak tinggal di tanah yang gundul.

68:7 (68-8) Ya Allah, ketika Engkau maju berperang di depan umat-Mu, ketika Engkau melangkah di padang belantara, Sela

68:8 (68-9) bergoncanglah bumi, bahkan langit mencurahkan hujan di hadapan Allah; Sinai bergoyang di hadapan Allah, Allah Israel.

68:9 (68-10) Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; Engkau memulihkan tanah milik-Mu yang gersang,

68:10 (68-11) sehingga kawanan hewan-Mu menetap di sana; dalam kebaikan-Mu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas, ya Allah.

68:11 (68-12) Tuhan menyampaikan sabda; orang-orang yang membawa kabar baik itu merupakan tentara yang besar:

68:12 (68-13) Raja-raja segala tentara melarikan diri, melarikan diri, dan perempuan di rumah membagi-bagi jarahan.

68:13 (68-14) Maukah kamu berbaring di antara kandang-kandang? Sayap-sayap merpati bersalut dengan perak, bulu kepaknya dengan emas berkilau-kilauan.

68:14 (68-15) Ketika Yang Mahakuasa menyerakkan raja-raja di sana, turunlah salju di atas gunung Zalmon.

68:15 (68-16) Gunung Allah gunung Basan itu, gunung yang berpuncak banyak gunung Basan itu!

Tuhan memberi perintah, lalu para wanita membawa berita. —Mazmur 68:12 bis

Pada tahun 2020, diselenggarakan berbagai perayaan dalam rangka peringatan satu abad pengesahan Amandemen Kesembilan Belas Konstitusi Amerika Serikat, yang memberikan hak pilih kepada kaum perempuan. Foto-foto lama dari seabad lalu menunjukkan para pengunjuk rasa memegang spanduk-spanduk yang mencantumkan Mazmur 68:12. Dalam Alkitab versi BIS, ayat itu berbunyi: “Tuhan memberi perintah, lalu para wanita membawa berita.”

Dalam Mazmur 68, Daud menggambarkan Allah sebagai Pribadi yang melepaskan orang-orang tertindas dari tahanan (ay.7), menyegarkan dan memulihkan umat-Nya yang lelah dengan hujan-Nya yang melimpah (ay.10-11). Dalam tiga puluh enam ayat, Daud mengacu kepada Allah atau Tuhan sebanyak empat puluh dua kali, dan ini mengungkapkan bagaimana Dia senantiasa menyertai mereka dan terus berkarya untuk menyelamatkan mereka dari ketidakadilan dan penderitaan. Kebenaran tersebut pun diserukan oleh para wanita dalam jumlah besar (ay.12).

Entah para wanita yang berunjuk rasa untuk memperjuangkan hak pilih mereka tersebut sepenuhnya memahami isi Mazmur 68 atau tidak, spanduk-spanduk mereka menyatakan kebenaran abadi. Allah, “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda” (ay.6), berjalan di depan umat-Nya untuk memimpin mereka ke tempat-tempat yang penuh berkat, kesegaran, dan sukacita.

Kiranya kamu dikuatkan hari ini, karena mengingat bahwa Allah senantiasa menyertai umat-Nya, dan secara khusus bersama mereka yang lemah dan menderita. Seperti di masa lalu, melalui Roh-Nya, Allah masih menyertai kita dengan cara-Nya yang dahsyat hari ini. —Lisa M. Samra

WAWASAN
Mazmur 68 adalah salah satu mazmur Daud yang tidak mencantumkan latar belakang sejarahnya. Akibatnya, para ahli Alkitab berspekulasi mengenai alasan yang mendorong Daud menuliskan mazmur itu. Beberapa berpendapat bahwa mazmur itu adalah nyanyian untuk memperingati penaklukan Daud atas Yerusalem (2 Samuel 5), kota orang Yebus yang dijadikan miliknya dan ibu kota Israel. Yang lain memandang bahasanya lebih simbolik, mengacu kepada masa ketika Daud membawa tabut Allah, yang melambangkan kehadiran Allah, Raja utama dan sejati dari umat Israel, ke Yerusalem (pasal 6). Jelas lirik mazmur itu berbicara mengenai Allah yang berulang kali menyelamatkan umat-Nya di masa lampau dan merayakan penyelamatan itu (Mazmur 68:21). Masih ada ahli lain yang memandang mazmur itu sebagai seruan pembaruan iman terhadap umat Israel untuk kembali kepada Allah yang menyelamatkan mereka. Setidaknya, sang raja memanggil rakyatnya untuk merayakan Allah orang Israel sebagai Raja mereka yang sejati. —Bill Crowder

Penyertaan Allah yang Dahsyat

Bagaimana Allah memelihara kamu di tengah pergumulan sulit yang kamu alami di masa lalu? Penguatan apa yang kamu rasakan?

Ya Bapa, terima kasih, karena Engkau selalu hadir dalam hidupku, membimbing dan berjuang untukku ketika aku menghadapi penderitaan dan ketidakadilan.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 5-7; Markus 11:1-18

Tidak Pernah Terlalu Jauh

Selasa, 7 Maret 2023

Baca: Lukas 22:31-34,54-62

22:31 Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum,

22:32 tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.”

22:33 Jawab Petrus: “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!”

22:34 Tetapi Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.”

22:54 Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh.

22:55 Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka.

22:56 Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya lalu berkata: “Juga orang ini bersama-sama dengan Dia.”

22:57 Tetapi Petrus menyangkal, katanya: “Bukan, aku tidak kenal Dia!”

22:58 Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: “Engkau juga seorang dari mereka!” Tetapi Petrus berkata: “Bukan, aku tidak!”

22:59 Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: “Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea.”

22:60 Tetapi Petrus berkata: “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.” Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam.

22:61 Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: “Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.”

22:62 Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu. —Lukas 22:32

Di masa mudanya Raj sudah mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Namun, tidak lama setelah itu, ia menyimpang dari iman dan menjalani kehidupan yang jauh dari Allah. Lalu, pada suatu hari, ia memutuskan untuk memperbarui hubungannya dengan Tuhan dan kembali ke gereja. Akan tetapi, seorang wanita mengomeli Raj karena sudah bertahun-tahun tak pernah muncul di gereja. Omelan wanita itu menambah perasaan malu dan bersalah Raj karena penyimpangannya selama bertahun-tahun. Apakah aku sudah tidak memiliki harapan? pikirnya. Lalu ia teringat bagaimana Kristus memulihkan Simon Petrus (Yoh. 21:15-17) meski Simon pernah menyangkali-Nya (Luk. 22:34,60-61).

Petrus mungkin menyangka akan dihardik oleh Yesus, tetapi yang ia terima justru pengampunan dan pemulihan. Yesus bahkan tidak menyinggung tentang penyangkalan Petrus, dan justru memberinya kesempatan untuk menegaskan kembali kasihnya kepada Kristus dan untuk menggembalakan pengikut-pengikut-Nya (Yoh. 21:15-17). Kata-kata Yesus kepada Petrus sebelum penyangkalannya kini tergenapi: “Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu” (Luk. 22:32).

Raj memohon pengampunan dan pemulihan yang sama kepada Allah, dan hari ini ia tidak hanya hidup setia mengikut Yesus, tetapi juga melayani di sebuah gereja dan menolong saudara-saudari seimannya. Seberapapun jauhnya kita telah meninggalkan Allah, Dia selalu siap untuk mengampuni dan menyambut kita kembali. Bukan itu saja, Allah memulihkan kita sehingga kita dapat mengasihi, melayani, dan memuliakan Dia. Kita tidak pernah terlalu jauh dari Allah: tangan kasih-Nya selalu terbuka lebar bagi kita. —Leslie Koh

WAWASAN
Yesus memperingatkan Petrus bahwa Iblis telah meminta izin untuk mencobainya dan bahwa ia akan gamang dalam imannya (Lukas 22:31-34). Ketika Kristus ditangkap, semua murid-Nya melarikan diri. Namun, Petrus dan Yohanes berubah pikiran dan mengikuti Yesus ke rumah Imam Besar dan diizinkan untuk masuk karena Yohanes “mengenal Imam Besar” (Yohanes 18:15-16). Di halaman rumah itu, Petrus bertemu dengan hamba-hamba Imam Besar. Di sanalah ia jatuh karena tekanan pertanyaan yang dilontarkan kepadanya, sehingga ia menyangkali Yesus tiga kali (Lukas 22:54-61). Bertahun-tahun kemudian, Petrus memperingatkan kita: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Petrus 5:8). —K.T. Sim

Tidak Pernah Terlalu Jauh

Ketakutan apa yang kamu rasakan tentang berpaling kembali kepada Allah? Apakah mengetahui hati-Nya yang penuh pengampunan membuat kamu makin rela kembali kepada-Nya?

Ya Bapa, terima kasih atas belas kasihan dan kesabaran-Mu yang tiada habisnya untukku. Terima kasih karena aku dapat mempercayai kasih-Mu yang abadi.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 3-4; Markus 10:32-52

Merasa Sendirian?

Senin, 6 Maret 2023

Baca: Kejadian 21:9-19

21:9 Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri.

21:10 Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.”

21:11 Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu.

21:12 Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.

21:13 Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu.”

21:14 Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba.

21:15 Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak,

21:16 dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: “Tidak tahan aku melihat anak itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring.

21:17 Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.

21:18 Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.”

21:19 Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum.

Allah mendengar suara anak itu. —Kejadian 21:17

Keluarga Sue berantakan. Suaminya tiba-tiba meninggalkan rumah, dan sekarang Sue dan anak-anak merasa bingung dan marah. Sue pernah mengajak suaminya melakukan konseling pernikahan, tetapi si suami menolak dengan beralasan masalahnya ada di Sue. Kesadaran bahwa suaminya mungkin takkan kembali lagi membuat Sue panik dan putus asa. Mampukah ia mengurus dirinya dan anak-anak seorang diri?

Hagar, pelayan Abraham dan Sara, pernah mengalami hal serupa. Karena tidak sabar menanti janji Allah untuk memberi mereka keturunan (Kej. 12,15), Sara memberikan Hagar kepada Abraham, dan Hagar pun melahirkan Ismael (Kej. 16:1-4,15). Namun, ketika Allah memenuhi janji-Nya dan Sara melahirkan Ishak, muncul ketegangan dalam keluarga itu sehingga Abraham memutuskan untuk mengusir Hagar dan anaknya Ismael dengan berbekal sedikit air dan makanan (21:8-21). Dapatkah kamu bayangkan keputusasaan yang dirasakan Hagar? Tidak lama kemudian bekal mereka habis di padang gurun. Karena tidak tahu harus berbuat apa dan juga tidak ingin melihat anaknya mati, Hagar pun meletakkan Ismael di bawah semak-semak, lalu meninggalkannya. Menangislah mereka berdua. Namun, “Allah mendengar suara anak itu” (ay.17). Dia mendengar tangisan mereka, lalu menyediakan kebutuhan mereka, dan selalu menyertai mereka.

Ketika merasa sendirian dan putus asa, kita terdorong untuk berseru kepada Allah. Betapa menenangkannya saat mengetahui bahwa dalam momen-momen sulit seperti itu dan di sepanjang hidup ini, Allah mendengar kita, menyediakan kebutuhan kita, dan selalu menyertai kita. —Anne Cetas

WAWASAN
Pada zaman kuno, anak yang dilahirkan dari seorang hamba dapat dianggap anak sendiri. Sarai (Sara) sudah berniat untuk membesarkan keluarga melalui anak yang dilahirkan oleh hambanya, Hagar (lihat Kejadian 16:1-2). Ketika Hagar melahirkan Ismael bagi Abram, Abram telah berusia delapan puluh enam tahun (ay.16). Sara baru melahirkan Ishak tiga belas atau empat belas tahun kemudian, ketika Abraham berumur seratus tahun (21:5). Perikop hari ini (ay.9-19) menggambarkan bagaimana Sara memperlakukan Ismael dan Hagar pada hari Ishak disapih. Pembaca mungkin bertanya-tanya seperti apa hubungan antara Sara dan Ismael pada tahun-tahun sebelum Ishak lahir. —J.R. Hudberg

Merasa Sendirian?

Bagaimana Allah pernah memenuhi kebutuhan kamu di saat kamu merasa sendirian? Apa respons kamu terhadap Dia?

Ya Allah, aku bersyukur karena aku tak pernah berjalan seorang diri. Tolonglah aku di saat aku mulai merasa putus asa.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 1-2; Markus 10:1-31

Allah Mengenal Kita

Minggu, 5 Maret 2023

Baca: Yeremia 12:1-3

12:1 Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia?

12:2 Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka.

12:3 Ya TUHAN, Engkau mengenal aku, Engkau melihat aku, dan Engkau menguji bagaimana hatiku terhadap Engkau. Tariklah mereka ke luar seperti domba-domba sembelihan, dan khususkanlah mereka untuk hari penyembelihan. —

Ya Tuhan, Engkau mengenal aku. —Yeremia 12:3

Baru-baru ini, saya melihat foto patung Musa karya Michelangelo. Jika diperhatikan dari dekat, kita bisa melihat otot kecil yang menonjol pada lengan kanan Musa. Itulah otot extensor digiti minimi, yang hanya akan menonjol ketika kita mengangkat jari kelingking. Michelangelo, yang terkenal ahli dalam detail-detail yang halus, sangat memperhatikan bentuk manusia yang dipahatnya dan menambahkan bagian-bagian kecil yang sering terluput oleh kebanyakan orang. Michelangelo memiliki kelebihan yang tidak banyak dimiliki para pemahat lain, yaitu bahwa ia memahami anatomi tubuh manusia. Detail-detail yang ia pahatkan pada batu granit itu merupakan upayanya untuk menyingkapkan sesuatu yang lebih dalam, yaitu jiwa atau batin manusia. Namun, tentu saja, Michelangelo belum sepenuhnya berhasil.

Hanya Allah yang mengetahui realitas terdalam dari hati manusia. Apa pun yang kita lihat pada diri orang lain, meskipun sangat terperinci dan mendalam, hanyalah sebagian dari kebenaran yang sesungguhnya. Akan tetapi, Allah melihat lebih dalam daripada yang dapat kita lihat. “Ya Tuhan, Engkau mengenal aku,” kata Nabi Yeremia, “Engkau melihat aku” (12:3). Pengenalan Allah atas kita tidak sebatas teori maupun logika. Dia tidak memperhatikan kita dari jauh. Sebaliknya, Allah menyelidik hingga ke dalam realitas tersembunyi dari diri kita. Allah mengenal relung hati kita yang paling dalam, bahkan hal-hal yang sulit dipahami oleh kita sendiri.

Apa pun pergumulan kita atau apa pun yang ada dalam hati kita, Allah melihat dan sungguh-sungguh mengenal kita. —Winn Collier

WAWASAN
Yeremia 1:1 berbunyi, “Inilah perkataan-perkataan Yeremia bin Hilkia, dari keturunan imam yang ada di Anatot di tanah Benyamin.” Pembukaan tersebut memberi informasi yang cukup mendetail mengenai sang nabi. Kita tidak mendapatkan informasi seperti itu tentang beberapa nabi lainnya dalam Perjanjian Lama. 

Yeremia merupakan keturunan imam dan memulai perjalanannya sebagai penduduk Anatot, sebuah desa yang letaknya beberapa mil di timur laut Yerusalem, kota yang diberikan kepada keturunan Harun (Yosua 21:15-19). Ayahnya, Hilkia, juga seorang imam yang tentunya mengharapkan sang anak mengikuti jejaknya. Namun Yeremia, alih-alih mengikuti jejak ayahnya sebagai imam, malah memenuhi panggilannya sebagai nabi. 

Nama Yeremia dapat berarti “Yahwe menegakkan atau meninggikan” atau “Yahwe menggulingkan.” Pilihan terakhir mungkin sesuai dengan pesan sang nabi, yang berkaitan dengan penghakiman Allah terhadap Yerusalem dan Kerajaan Yehuda. —Bill Crowder

Allah Mengenal Kita

Apa yang biasanya membuat kamu merasa kesepian, terkucil, atau terabaikan? Bagaimana perasaan kamu sekarang setelah tahu bahwa Allah mengenal kamu seutuhnya?

Ya Allah, betapa mudahnya aku merasa kesepian di dunia ini. Akan tetapi, aku takjub mengetahui bahwa Engkau sungguh-sungguh mengenalku. Hatiku penuh dengan kekaguman dan sukacita.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 34-36; Markus 9:30-50

Mendengarkan Pesan Allah

Sabtu, 4 Maret 2023

Baca: 2 Tawarikh 35:20-27

35:20 Kemudian dari pada semua ini, setelah Yosia memperbaiki rumah TUHAN, majulah Nekho, raja Mesir, hendak berperang di Karkemis di tepi sungai Efrat. Yosia keluar menghadapinya.

35:21 Ia mengirim utusan kepada Yosia, dengan pesan: “Apakah urusanmu dengan aku, raja Yehuda? Saat ini aku tidak datang melawan engkau, tetapi melawan keluarga raja yang sedang kuperangi. Allah memerintahkan aku supaya segera bertindak. Hentikanlah niatmu menentang Allah yang menyertai aku, supaya engkau jangan dimusnahkan-Nya!”

35:22 Tetapi Yosia tidak berpaling dari padanya, melainkan menyamar untuk berperang melawan dia. Ia tidak mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan pesan Allah, lalu berperang di lembah Megido.

35:23 Maka pemanah-pemanah menembaki raja Yosia, dan raja berseru kepada orang-orangnya: “Bawa aku dari sini, karena aku luka parah!”

35:24 Orang-orangnya mengangkatnya dari keretanya, lalu mengangkutnya dengan kereta cadangannya lalu membawanya ke Yerusalem. Kemudian matilah ia, lalu dikuburkan di pekuburan nenek moyangnya. Seluruh Yehuda dan Yerusalem berkabung karena Yosia.

35:25 Yeremia membuat suatu syair ratapan mengenai Yosia. Dan sampai sekarang ini semua penyanyi laki-laki dan penyanyi perempuan menyanyikan syair-syair ratapan mengenai Yosia, dan mereka jadikan itu suatu kebiasaan di Israel. Semuanya itu tertulis dalam Syair-syair Ratapan.

35:26 Selebihnya dari riwayat Yosia dan perbuatan-perbuatannya yang saleh yang sesuai dengan yang ada tertulis dalam Taurat TUHAN,

35:27 yakni, riwayatnya dari awal sampai akhir, sesungguhnya semuanya itu tertulis dalam kitab raja-raja Israel dan Yehuda.

[Yosia] tidak mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan pesan Allah. —2 Tawarikh 35:22

Semasa kuliah, saya sempat pulang-pergi ke kampus dengan mengendarai mobil. Perjalanan pulang ke rumah saya yang terletak di wilayah gurun terkadang terasa sangat membosankan. Jalannya yang lurus dan panjang sering mendorong saya untuk mengebut melebihi batas kecepatan yang diizinkan. Pertama kali melakukannya, saya diberhentikan dan diberi peringatan oleh polisi lalu lintas. Yang kedua kali, saya ditilang. Namun, ketika terjadi untuk ketiga kalinya, saya kembali ditilang persis di tempat yang sama.

Penolakan kita untuk mendengarkan bisa membawa konsekuensi yang serius. Salah satu contoh yang tragis datang dari kehidupan Yosia, seorang raja yang sesungguhnya baik dan saleh. Ketika Nekho, raja Mesir, melewati wilayah Yehuda untuk menolong bangsa Asyur dalam peperangan melawan Babel, Yosia pergi menghadapinya. Nekho pun mengirimkan utusan kepada Yosia, dengan pesan: “Allah memerintahkan aku supaya segera bertindak. Hentikanlah niatmu menentang Allah yang menyertai aku” (2Taw. 35:21). Allah memang mengirimkan Nekho, tetapi Yosia “tidak mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan pesan Allah, lalu berperang di lembah Megido” (ay.22). Akhirnya Yosia terluka parah lalu mati, dan “seluruh Yehuda dan Yerusalem berkabung karena Yosia” (ay.24).

Yosia, yang mengasihi Allah, mengalami bahwa jika orang bersikeras melakukan kehendaknya sendiri tanpa mengambil waktu untuk mendengarkan Allah atau hikmat-Nya melalui orang lain, hal itu akan membawa akibat yang fatal. Kiranya Allah memberi kita kerendahan hati yang memang kita perlukan untuk selalu memeriksa diri dan mendengarkan hikmat Allah. —James Banks

WAWASAN
Urutan kitab-kitab Perjanjian Lama dalam Alkitab modern kita sekarang memiliki perbedaan dengan Kitab Suci Ibrani abad pertama. Meski begitu, isinya sama. Kitab-kitab dalam Alkitab kita dibagi berdasarkan jenis pustaka (sejarah, puisi, dan nubuat). Kitab Suci Ibrani pada zaman Yesus adalah kumpulan dua puluh empat kitab (gulungan) yang dibagi menjadi tiga bagian utama: Taurat Musa, Nabi-Nabi, dan Tulisan-Tulisan. Penyusunannya dilakukan berdasarkan kronologi. Kitab 2 Tawarikh diletakkan di bagian “Tulisan-Tulisan”, dan merupakan kitab terakhir dalam Kitab Suci Ibrani. —Arthur Jackson

Mendengarkan Pesan Allah

Area mana saja dalam hidup kamu yang membutuhkan hikmat Allah? Apa yang akan kamu lakukan untuk mendengarkan pesan Allah hari ini?

Allah Mahabijak dan Mahakasih, tolonglah aku agar rendah hati dan mau mendengarkan hikmat-Mu hari ini. Terima kasih, karena ketika aku berdoa meminta hikmat-Mu, Engkau selalu memberikannya “dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit” (Yak. 1:5).

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 31-33; Markus 9:1-29

Kasih yang Nyata

Jumat, 3 Maret 2023

Baca: Roma 5:6-8

5:6 Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.

5:7 Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar–tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati–.

5:8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. —Roma 5:8

“Aku merasa seperti kehilangan pijakan,” cerita Jojie. “Rasanya syok sekali ketika mengetahui hal itu.” Jojie baru saja mendapati bahwa ternyata tunangannya berhubungan dengan wanita lain. Hubungan Jojie sebelumnya juga berakhir dengan cara yang sama. Jadi, ketika kemudian ia mendengar tentang kasih Allah dalam sebuah kelas pendalaman Alkitab, tak ayal itu membuatnya berpikir: Apakah ada udang di balik batu? Akankah aku tersakiti bila aku percaya kepada Allah yang berkata bahwa Dia mengasihiku?

Seperti Jojie, mungkin kita pernah menjalani hubungan yang bermasalah dan itu membuat kita merasa waswas—atau bahkan takut—untuk mempercayai seseorang yang berjanji akan mengasihi kita. Kita mungkin juga merasa seperti itu terhadap kasih Allah, dengan mempertanyakan apakah ada udang di balik batu. Namun, kasih Allah benar-benar tulus dan nyata. “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (RM. 5:8).

“Akhirnya, aku sadar Allah sudah membuktikan kasih-Nya,” kata Jojie, “dengan mati bagiku.” Teman saya mendapati, bahwa karena dosa telah memisahkan kita dari Allah, Dia menjangkau kita dengan jalan mengaruniakan Yesus Kristus untuk mati bagi kita (rm. 5:10; 1yoh. 2:2). Karena hal itu, dosa-dosa kita diampuni, dan kita dapat menantikan kehidupan kekal bersama-Nya kelak (yoh. 3:16).

Setiap kali kita merasa bimbang, apakah kita dapat benar-benar mempercayai kasih Allah, ingatlah bahwa Kristus sudah mati bagi kita di kayu salib. Kita dapat mempercayai janji kasih-Nya, karena kita tahu Dia setia. —KAREN HUANG

WAWASAN
Perdamaian memulihkan pihak-pihak yang selama ini telah diasingkan. Paulus menggunakan kata damai lebih sering dibandingkan para penulis Perjanjian Baru lainnya, bahkan sering beberapa kali dalam satu perikop. Misalnya, ia menggunakannya tiga kali dalam Roma 5:10-11. Ia juga memakainya dalam Roma 11:15, 2 Korintus 5:18-19, dan 1 Korintus 7:11 (sehubungan dengan perdamaian antarmanusia). 

Perikop hari ini menekankan pentingnya kematian Yesus bagi pendamaian kita dengan Allah. Namun, itu bukan akhirnya. Pendamaian kita melalui kematian Yesus menuntun kita kepada keselamatan melalui hidup-Nya. Paulus menulis, “Lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” (Roma 5:10). Perhatikan bahwa ada dua bentuk keterangan waktu yang digunakan, yaitu telah diperdamaikan dan akan diselamatkan. Paulus berkata bahwa baik kematian Yesus maupun kebangkitan-Nya dibutuhkan bagi keselamatan kita. —J.R. Hudberg

Kasih yang Nyata

Pernahkah kamu merasa sulit mempercayai kasih Allah? Apa alasannya? Setelah tahu bahwa Yesus mati bagi kamu, bagaimana tanggapan kamu?

Tuhan Yesus, terima kasih untuk kasih agung yang Engkau tunjukkan kepadaku dengan mati bagiku. Biarlah kasih-Mu itu mengubahkan hidupku, memulihkan diriku, dan menuntun hubunganku dengan sesama.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 28-30; Markus 8:22-38

Oasis yang Menyegarkan

Kamis, 2 Maret 2023

Baca: Mazmur 1

1:1 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,

1:2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.

1:3 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.

1:4 Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.

1:5 Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar;

1:6 sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

Berbahagialah orang . . . yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. —Mazmur 1:1-2

Ketika Andrew dan keluarganya bersafari di Kenya, mereka senang menonton beragam jenis binatang mendatangi sebuah danau kecil yang muncul di tengah-tengah padang gersang. Jerapah, wildebeest, kuda nil, dan unggas air mendatangi mata air yang memberi kehidupan itu. Sambil mengamati hewan-hewan yang datang dan pergi, Andrew membayangkan bahwa “Alkitab adalah bagaikan mata air ilahi”. Tidak hanya menjadi sumber pedoman dan hikmat, Alkitab juga merupakan oasis menyegarkan yang memuaskan dahaga orang-orang dari segala lapisan kehidupan.

Pengamatan Andrew menggemakan perkataan pemazmur yang menyebut mereka yang menyukai dan merenungkan Taurat Tuhan, istilah yang digunakan dalam Perjanjian Lama untuk menggambarkan instruksi dan perintah-Nya, sebagai orang-orang yang “berbahagia”. Mereka yang merenungkan Kitab Suci adalah “seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya” (Mzm. 1:3). Seperti akar pohon menjulur ke dalam tanah untuk mencari mata air yang menyegarkan, orang-orang yang sungguh-sungguh mempercayai dan mengasihi Allah akan menancapkan akar hidup mereka kuat-kuat di dalam Kitab Suci dan menemukan kekuatan yang mereka butuhkan.

Penyerahan diri kita kepada hikmat Allah akan menjaga fondasi hidup kita tetap teguh di dalam Dia; kita tidak akan “seperti sekam yang ditiupkan angin” (ay.4). Dengan merenungkan apa yang telah Allah berikan kepada kita dalam Alkitab, kita memperoleh asupan rohani yang memampukan kita untuk menghasilkan buah yang bertahan lama. —AMY BOUCHER PYE

WAWASAN
Mazmur 1 memperkenalkan seluruh Kitab Mazmur kepada pembacanya. Mazmur ini memulai tema tentang perintah Allah (“hukum” atau “Taurat,” ay.2), dan mengantisipasi dua pilihan jalan yang akan dihadapi oleh mereka yang membaca atau mendengar Kitab Mazmur: memilih untuk setia kepada Allah dan menemukan hidup, atau memilih kefasikan dan menemukan penghakiman.

Kedua tema tentang kebenaran dan kefasikan tersebut akan disingkapkan di sepanjang kitab. Beberapa mazmur berbicara tentang Allah yang dapat diandalkan (Mazmur 25), sementara yang lainnya bergumul tentang sulitnya mempercayai Allah saat orang-orang fasik tampaknya menang (Mazmur 73). Kidung terpanjang, Mazmur 119, menelusuri aspek-aspek firman Allah yang berkuasa mengubahkan kehidupan.

Ketika membaca Kitab Mazmur, kita bergabung dengan orang-orang percaya sepanjang zaman dalam menyatakan kemuliaan-Nya, mengungkapkan keyakinan dan kebimbangan kita, serta berpegang teguh pada janji Allah yang akan menyelamatkan umat-Nya. —Jed Ostoich

Oasis yang Menyegarkan

Bagaimana Alkitab telah menjadi fondasi bagi hidup kamu? Apa yang dapat menolong kamu untuk merenungkan Kitab Suci sepanjang hari?

Allah Mahakasih, Engkau telah memberiku karunia firman-Mu dalam Alkitab. Tolonglah aku menghargainya dengan rasa syukur dan takjub.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 26-27; Markus 8:1-21