Merasa Sendirian?

Senin, 6 Maret 2023

Baca: Kejadian 21:9-19

21:9 Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri.

21:10 Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.”

21:11 Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu.

21:12 Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.

21:13 Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu.”

21:14 Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba.

21:15 Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak,

21:16 dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: “Tidak tahan aku melihat anak itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring.

21:17 Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.

21:18 Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.”

21:19 Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum.

Allah mendengar suara anak itu. —Kejadian 21:17

Keluarga Sue berantakan. Suaminya tiba-tiba meninggalkan rumah, dan sekarang Sue dan anak-anak merasa bingung dan marah. Sue pernah mengajak suaminya melakukan konseling pernikahan, tetapi si suami menolak dengan beralasan masalahnya ada di Sue. Kesadaran bahwa suaminya mungkin takkan kembali lagi membuat Sue panik dan putus asa. Mampukah ia mengurus dirinya dan anak-anak seorang diri?

Hagar, pelayan Abraham dan Sara, pernah mengalami hal serupa. Karena tidak sabar menanti janji Allah untuk memberi mereka keturunan (Kej. 12,15), Sara memberikan Hagar kepada Abraham, dan Hagar pun melahirkan Ismael (Kej. 16:1-4,15). Namun, ketika Allah memenuhi janji-Nya dan Sara melahirkan Ishak, muncul ketegangan dalam keluarga itu sehingga Abraham memutuskan untuk mengusir Hagar dan anaknya Ismael dengan berbekal sedikit air dan makanan (21:8-21). Dapatkah kamu bayangkan keputusasaan yang dirasakan Hagar? Tidak lama kemudian bekal mereka habis di padang gurun. Karena tidak tahu harus berbuat apa dan juga tidak ingin melihat anaknya mati, Hagar pun meletakkan Ismael di bawah semak-semak, lalu meninggalkannya. Menangislah mereka berdua. Namun, “Allah mendengar suara anak itu” (ay.17). Dia mendengar tangisan mereka, lalu menyediakan kebutuhan mereka, dan selalu menyertai mereka.

Ketika merasa sendirian dan putus asa, kita terdorong untuk berseru kepada Allah. Betapa menenangkannya saat mengetahui bahwa dalam momen-momen sulit seperti itu dan di sepanjang hidup ini, Allah mendengar kita, menyediakan kebutuhan kita, dan selalu menyertai kita. —Anne Cetas

WAWASAN
Pada zaman kuno, anak yang dilahirkan dari seorang hamba dapat dianggap anak sendiri. Sarai (Sara) sudah berniat untuk membesarkan keluarga melalui anak yang dilahirkan oleh hambanya, Hagar (lihat Kejadian 16:1-2). Ketika Hagar melahirkan Ismael bagi Abram, Abram telah berusia delapan puluh enam tahun (ay.16). Sara baru melahirkan Ishak tiga belas atau empat belas tahun kemudian, ketika Abraham berumur seratus tahun (21:5). Perikop hari ini (ay.9-19) menggambarkan bagaimana Sara memperlakukan Ismael dan Hagar pada hari Ishak disapih. Pembaca mungkin bertanya-tanya seperti apa hubungan antara Sara dan Ismael pada tahun-tahun sebelum Ishak lahir. —J.R. Hudberg

Merasa Sendirian?

Bagaimana Allah pernah memenuhi kebutuhan kamu di saat kamu merasa sendirian? Apa respons kamu terhadap Dia?

Ya Allah, aku bersyukur karena aku tak pernah berjalan seorang diri. Tolonglah aku di saat aku mulai merasa putus asa.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 1-2; Markus 10:1-31

Bagikan Konten Ini
46 replies
  1. Hendrik Hutabarat
    Hendrik Hutabarat says:

    amin amin amin amin amin 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

  2. Cindy Christ Herviani
    Cindy Christ Herviani says:

    Ajaib memang pertolongan Tuhan Yesus untuk anak2Nya.. disaat kita mulai merasa sendiri disitu MukjizatNya terjadi.. Tuhan Yesus memberkati kita.. amin..

  3. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amin

  4. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    Amin ya tuhan ajar kami untk selalu berhrp kpdmu di masa sulit/pun di masa senang intk selalu berhrp kepdmu engkau lah kekuatan kami engkau perisai kami benteng lekuatan dlm hdpku amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *