Bahan renungan yang bisa menemani saat teduhmu dan menolongmu dalam membaca firman Tuhan.

Jangan Mendukakan Roh Kudus

Sabtu, 14 Januari 2012

Baca: Efesus 4:25-32

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya. —Yohanes 14:16

Jika uang di dompet Anda hilang tanpa diketahui siapa yang mengambilnya, Anda pasti akan marah. Namun, jika Anda menemukan bahwa anak Andalah yang mencurinya, kemarahan Anda akan segera berubah menjadi perasaan duka. Kata duka salah satunya digunakan untuk menggambarkan kepedihan yang kita rasakan ketika orang yang kita kasihi mengecewakan kita.

“Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah” (Ef. 4:30) pada dasarnya berarti jangan melukai Dia yang mengasihi kita dan yang hadir untuk menolong kita. Kita membaca perkataan Yesus dalam Yohanes 14:26 bahwa Bapa mengutus Roh Kudus bagi kita untuk menjadi Penolong kita.

Ketika mendukakan Roh Kudus di dalam kita dengan perbuatan atau sikap kita, kita dapat mengalami tekanan yang luar biasa. Roh Kudus menarik kita ke satu arah, tetapi nafsu kedagingan menarik kita ke arah yang lain. Paulus menggambarkan hal ini dalam Galatia 5:17, “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging—karena keduanya bertentangan—sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” Jika hal tersebut terus berlangsung, kita dapat mulai merasa bersalah dan tidak tenang dalam menjalani hidup. Sukacita dan semangat dalam diri kita segera lenyap, tergantikan oleh kelesuan dan kekeringan (Mzm. 32:3-4).

Jadi, jangan mendukakan Roh Kudus yang dalam kasih telah diberikan untuk menolong Anda. Buanglah keinginan daging kita yang buruk (Ef. 4:31), dan hiduplah bagi Allah dengan setia. —AL

Roh Kudus, diamilah
Hati yang t’lah berserah.
Kaulah saja, Tuhanku,
Raja dalam hatiku. —Reed
(Kidung Jemaat, No.236)

Hati orang Kristen adalah tempat Roh Kudus berdiam.

Lepaskan Rantai Pengamannya

Jumat, 13 Januari 2012

Baca: Yohanes 14:15-24

Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. —Yohanes 14:15

Yesus menyatakan dengan gamblang kepada murid-murid-Nya bahwa Dialah “jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh. 14:6). Dia adalah satu-satunya jalan kepada Bapa. Kepercayaan dan komitmen kita kepada-Nya menghasilkan kasih dan ketaatan—dan membawa kita menuju rumah kekal di surga.

Christina, seorang mahasiswi seminari di Minsk, Belarus, menuliskan kesaksian ini: “Yesus mati bagi semua orang, bahkan bagi pendosa yang tidak punya harapan sekalipun. Tuhan akan menerima penjahat paling keji yang datang kepada-Nya dengan iman.”

“Begitu lama Yesus terus mengetuk pintu hati saya. Sebenarnya, pintu hati saya telah terbuka. Saya telah menjadi orang percaya. Namun, rantai pengaman di pintu hati saya masih terpasang di tempatnya. Saya belum mau menyerahkan hidup saya sepenuhnya kepada-Nya.”

Christina tahu bahwa hal itu tidak benar, dan merasa bahwa Allah mendorongnya untuk melakukan perubahan. “Saya bersujud di hadapan-Nya dan membuka pintu hati saya selebar mungkin.” Ia pun melepaskan rantai pengaman di pintu hatinya.

Para pengikut Yesus yang setia akan melakukan apa yang diperintahkan-Nya—tidak lagi memasang rantai pengaman atau mundur teratur. Tidak ada lagi bagian hidup yang kita simpan untuk diri sendiri. Tidak ada lagi dosa yang disembunyikan.

Jika Anda, seperti Christina, terus-menerus enggan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, sekaranglah waktunya untuk melepaskan rantai pengaman di pintu hati Anda. Singkirkan segala keraguan Anda. Buka lebar-lebar pintu kehidupan Anda, dan alamilah sukacita yang datang dari ketaatan sebagai pengikut Kristus. —DCE

Aku semakin berkurang, Yesus semakin bertambah,
Semakin hari semakin serupa dengan-Mu;
Hidup dengan berserah sepenuhnya
Kepada Tuhanku yang menebusku. —Wonder

Tidak ada hidup yang lebih aman daripada hidup yang berserah sepenuhnya kepada Allah.

Memikat Yang Tersesat

Kamis, 12 Januari 2012

Baca: 2 Korintus 5:12-21

Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang. —Yohanes 12:46

Ketika teman saya, Anna, sedang berjalan, ia sering dihentikan oleh orang yang menanyakan petunjuk arah kepadanya. Hal ini dialaminya bahkan ketika ia berada di negara di mana ia menjadi orang asing. Ia jadi bertanya-tanya, apakah hal itu disebabkan karena ia memiliki raut wajah yang jujur dan terlihat dapat dipercaya. Saya berpendapat bahwa mungkin karena ia terlihat yakin dengan arah yang ditujunya. Seorang teman lain berkata, mungkin karena Anna memikat orang yang tersesat.

Dalam aspek rohani, semua sifat tersebut seharusnya sungguh-sungguh dimiliki oleh umat Allah. Sebagai orang percaya, kita memiliki tujuan dan arah, kita tahu ke mana kita menuju, dan kita mengetahui bagaimana caranya mencapai tujuan tersebut. Hal ini memberi kita keyakinan ketika kita menaati panggilan Allah dalam hidup kita. Ketika orang lain melihat dengan nyata keyakinan tersebut, mereka yang tersesat akan mencari kita untuk meminta petunjuk arah.

Allah selalu menjaga kehadiran-Nya di bumi supaya orang-orang dapat menemukan-Nya. Terang-Nya yang pertama bagi dunia adalah bangsa Israel (Yes. 42:6). Lalu Salomo berdoa agar kiranya nama Allah yang besar menarik orang-orang kepada diri-Nya (1 Raj. 8:41-43). Terang dari bangsa Yahudi mencapai puncaknya di dalam Yesus, Sang “Terang Dunia” (Yoh. 9:5). Dan sekarang, para pengikut Yesus yang menjadi terang dunia (Mat. 5:14). Oleh karena itu, kita bertanggung jawab untuk menunjukkan kepada sesama jalan supaya dapat diperdamaikan dengan Allah (2 Kor. 5:18). —JAL

Anda dipanggil dengan panggilan kudus
Untuk menjadi terang dunia;
Menjunjung tinggi pelita Juruselamat
Agar orang lain dapat melihat terang-Nya. —NN.

Untuk memimpin orang lain keluar dari kegelapan dosa, biarkanlah mereka melihat terang Anda.

Keahlian Yang Tepat

Rabu, 11 Januari 2012

Baca: Efesus 2:1-10

Agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. —Titus 3:8

“Keahlian apa saja yang Anda miliki?” Pertanyaan itu, yang diajukan dalam suatu wawancara kerja, bertujuan untuk memastikan apakah teman saya cocok untuk posisi yang sedang dilamarnya. Teman saya dengan segera mengingat-ingat apa saja keahlian dan talenta yang dimilikinya. Ia berharap dapat menonjolkan karakteristik unik dari dirinya yang dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan perusahaan.

Bagaimana jika kita telah memiliki seperangkat keahlian yang tepat untuk memenuhi apa yang diinginkan Allah untuk kita lakukan? Tahukah Anda, kita memang telah memilikinya! Karunia rohani yang kita miliki, ditambah dengan pengalaman, pelatihan, bakat alami, dan hati yang berserah, membentuk seorang pribadi unik yang memiliki keahlian-keahlian yang dibutuhkan untuk melakukan “pekerjaan baik” yang telah “dipersiapkan Allah sebelumnya” (Ef. 2:10). Jika Allah punya satu tujuan yang ingin dicapai-Nya dan Anda merasa bahwa Dia sedang memanggil Anda untuk melakukannya, Dia akan menyediakan apa yang Anda butuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Atau, seperti yang ditekankan oleh terjemahan lain, Allah menginginkan kita “supaya kita melakukan hal-hal yang baik yang sudah dipersiapkan-Nya untuk kita.” (Ef. 2:10 bis). Satu hal yang diinginkan-Nya dari kita adalah bahwa kita “ternyata dapat dipercayai” (1 Kor. 4:2).

Sudahkah Anda menemukan tempat dalam pelayanan Allah di mana Anda dapat dipakai oleh-Nya? Marilah kita “berbuat baik” dan “menjadi kaya dalam kebajikan” (1 Tim. 6:18). —CHK

Jangan berpikir bahwa engkau terbatas
Karena apa yang tak bisa kau lakukan,
Sebaliknya, pikirkan semua yang telah engkau miliki—
Talenta yang telah diberikan Allah kepadamu. —D. De Haan

Karunia rohani dimaksudkan untuk dipakai, bukan sekadar untuk dikagumi.

Dikejutkan Allah

Selasa, 10 Januari 2012

Baca: Rut 2:17-23

Tuhan yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati. —Rut 2:20

Seandainya Naomi pernah bermimpi untuk pulang ke kampung halamannya dengan membawa kekayaan dan kesuksesan, kembali ke Betlehem justru akan menjadi mimpi buruk baginya. Ketika hidup di negeri asing, ia telah kehilangan suami dan dua putranya. Kini ia pulang hanya bersama Rut, menantu perempuannya, dan dengan kepedihan hati yang amat mendalam. “Janganlah sebutkan aku Naomi [yang artinya: kesukaan]; sebutkanlah aku Mara [kepahitan],” kata Naomi kepada mereka yang dulu menjadi tetangganya, “sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku” (Rut 1:20).

Namun, ini bukanlah akhir dari kisah tersebut. Ketika Naomi yang patah semangat ini melihat tangan Allah bekerja dalam kehidupan Rut, ia berkata, “Tuhan yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati!” (2:20). Yang semula terlihat seperti jalan buntu telah menjadi pintu yang terbuka bagi dua wanita yang telah kehilangan begitu banyak ini.

Kitab Rut dalam Perjanjian Lama adalah kisah yang sangat indah. Narasinya yang singkat diwarnai dengan keindahan dan anugerah yang mengagumkan ketika nama “Tuhan” disebutkan berulang kali.

Melalui Naomi dan Rut, kita diingatkan bahwa Allah bekerja dengan cara-cara yang mengejutkan untuk menyatakan kasih-Nya dan untuk menggenapi tujuan-Nya, bahkan di masa-masa yang sulit sekalipun.

Kiranya kita terus dikuatkan oleh kejutan-kejutan Allah yang masih berlangsung. Dia tidak pernah berhenti menyatakan kebaikan-Nya kepada Anda dan saya. —DCM

Dia yang kebaikan hati-Nya melampaui segala hal,
Setiap hari memberikan yang dianggap-Nya terbaik—
Dengan penuh kasih, berupa penderitaan maupun kesenangan,
Kerja keras berbaur dengan istirahat dan damai sejahtera. —Berg

Ketika kita tidak mengerti maksud Allah, tangan pemeliharaan-Nya mengajar kita percaya kepada-Nya.

Bersyukur Atas Interupsi

Senin, 9 Januari 2012

Baca: Mazmur 33:10-15

Tuhan . . . meniadakan rancangan suku-suku bangsa; tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya. —Mazmur 33:10-11

Saya menjalani hidup saya dengan perencanaan yang cukup baik. Saya mempunyai kalender yang mengingatkan saya tentang semua janji, rapat, dan hal-hal lain yang harus saya kerjakan. Namun tak dapat dihindari, interupsi demi interupsi mengubah drastis rencana saya; dan meski dapat membuat frustrasi, interupsi tersebut ternyata juga dapat bermanfaat.

Sejumlah kemajuan besar dalam rencanarencana Allah telah tercapai melalui “interupsi” terhadap keadaan yang rutin dan normal. Contohnya Maria. Seorang malaikat menginterupsi hidupnya dengan suatu pemberitahuan bahwa ia akan mempunyai seorang putra bernama Yesus. Karena ia masih perawan dan telah bertunangan, berita ini pastilah mengagetkan dan sangat mengusik hatinya (Luk. 1:26-31). Dan Saulus, seorang zelot Yahudi yang menyiksa jemaat Kristen mula-mula, sedang dalam perjalanan menuju Damaskus untuk menangkap lebih banyak pengikut “Jalan Tuhan” ketika ia dibutakan oleh Yesus sendiri (Kis. 9:1-9). Interupsi yang mengubah hidupnya ini membawa implikasi yang sangat besar bagi masa depan iman Kristen.

Pemazmur mengingatkan kita bahwa Tuhan dapat “meniadakan rancangan suku-suku bangsa” (Mzm. 33:10). Namun, terlalu sering kita menanggapi interupsi terhadap kehidupan kita yang tertata rapi itu dengan sikap frustrasi, jengkel, takut, dan ragu-ragu. Kejutan-kejutan yang Allah berikan dalam hidup kita dipenuhi dengan kesempatan. Marilah kita menyambut kejutan-kejutan tersebut sebagai daftar tugas yang baru dari Allah. —JMS

Tuhan, bila aku merasa tergesa-gesa hari ini,
Aku perlu mata-Mu untuk menolongku melihat
Bahwa ketika gangguan datang mengusik,
Itu adalah suatu kesempatan. —Sper

Carilah maksud Allah di balik interupsi yang Anda alami.

Pemberian Di Hari Ulang Tahun

Minggu, 8 Januari 2012

Baca: 1 Tawarikh 29:1-14

Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. —2 Korintus 9:7

Ketika saya mengingatkan suami saya bahwa ulang tahunnya yang ke-39 sudah semakin dekat, ia berkata bahwa ia tidak menginginkan hadiah apa pun. Apa iya, pikir saya. Saya pun terus mendesaknya untuk ide hadiah baginya. Saat itulah ia mengatakan kepada saya bahwa ia ingin menyumbangkan uang yang semula akan kami keluarkan untuk merayakan hari ulang tahunnya.

Alkitab memanggil kita untuk memberi dengan sukarela—jangan dengan sedih hati atau karena paksaan—untuk mendukung pekerjaan Allah dan untuk menolong sesama (2 Kor. 9:7). Pemberian sukarela seperti ini sering kali menghasilkan sukacita bagi si pemberi. Ketika Raja Daud menyumbangkan harta pribadinya berupa emas dan perak untuk menolong pembangunan Bait Allah, banyak pejabat Israel mengikuti teladannya. Setelah mereka menyumbangkan tembaga, besi, batu permata, dan logam mulia, “mereka bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing” (1 Taw. 29:9).

Sebagai bagian dari perayaan itu, Daud memuji Allah, sambil berkata, “Dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu” (ay.14). Daud bermaksud untuk menyatakan bahwa Allah memiliki segalanya. Mengingat hal ini akan membuat kita memberi dengan penuh semangat, karena kita hanyalah mengembalikan harta kita kepada pemiliknya yang sah, yaitu Allah sendiri.

Jika Anda berkesempatan untuk memberikan baik uang tunai, jasa, atau harta milik Anda untuk mendukung pelayanan di ladang Kristus, ujilah sikap Anda. Apakah Anda memberi dengan sukarela dan tanpa paksaan? Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. —JBS

Tuhan, Engkau mengasihi yang memberi dengan sukacita,
Yang dengan hati dan tangan terbuka,
Mengalirkan berkatnya dengan melimpah, seperti sungai
Yang menyegarkan tanah sekitarnya. —Murray

Cara kita memberi lebih penting daripada jumlah yang kita berikan.

Berbenturan

Sabtu, 7 Januari 2012

Baca: 2 Samuel 12:1-15

Dan kamu akan mengalami, bahwa dosamu itu akan menimpa kamu. —Bilangan 32:23

Saya dan istri sedang mengendarai mobil di jalan bebas hambatan ketika kami melihat seorang sopir membelokkan kendaraannya ke kiri untuk mengambil jalan memutar yang hanya dikhususkan bagi kendaraan dalam keadaan darurat. Ia bermaksud untuk memutar balik dan pindah ke jalur sebaliknya.

Sambil memperhatikan sisi kanannya, si sopir menunggu celah untuk masuk ke jalur yang berlawanan arah. Akibatnya, ia tidak melihat ada mobil polisi yang sedang bergerak mundur ke arahnya dari sisi kiri. Akhirnya, ketika melihat ada celah untuk masuk ke jalur tersebut, sopir itu keluar dari jalurnya dan menabrak bagian belakang dari mobil polisi tadi.

Tidak jarang kita berpikir bahwa kita dapat lolos ketika kita melakukan sesuatu yang salah. Setelah Raja Daud berzina dengan Batsyeba, ia juga memusatkan perhatiannya untuk “meloloskan diri”. Namun, ia pun diperhadapkan pada Natan. Perzinahan, penipuan, dan pembunuhan yang dilakukannya adalah “jahat di mata Tuhan” (2 Sam. 11:27). Jadi, ketika Natan memaparkan dosa Daud yang mengerikan tersebut, sang raja pun sangat menyesal. Ia mengakui kesalahannya, bertobat, dan menerima pengampunan Allah. Namun, akibat-akibat dari dosanya tidak pernah berlalu dari keturunannya (12:10).

Jika Anda berusaha meloloskan diri dari perbuatan Anda yang tidak benar, ingatlah bahwa “dosamu itu akan menimpa kamu” (Bil. 32:23). Serahkanlah diri Anda kepada Allah. Jangan bersembunyi, melainkan carilah pengampunan yang diberikan-Nya dengan penuh kasih. —HDF

Allah mengetahui segala pikiran atau perbuatanmu—
Kau tak bisa bersembunyi dari-Nya;
Akuilah dosamu dan Dia akan mengampunimu
Melalui Kristus yang tersalib. —Hess

Kita harus menghadapi dosa kita, sebelum kita dapat meninggalkannya.