Mempersiapkan Hati Menyongsong Paskah

Oleh William Lukman

Ketika menonton film, apakah kamu memperhatikan bagian akhir filmnya? Kalau saya iya. Ketika menonton film dengan akhir yang tidak begitu bagus, saya sering frustrasi dan bertanya kenapa saya rela membuang waktu satu-setengah-jam untuk menonton film itu!

Bagaimana dengan kehidupan Yesus? Apakah kamu memperhatikan bagian akhir dari hidup-Nya di bumi ini?

Mari kita mulai dari awal. Yesus lahir dari perawan Maria, yang kala itu tunangan dengan seorang pria bernama Yusuf, yang adalah keturunan Daud (Lukas 2:4). Sejak lahir, Dia dinubuatkan sebagai Mesias.

“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Lukas 2:11)

“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Matius 1:21)

Injil Yohanes mencatat beberapa mukjizat-Nya:

  • Mengubah air menjadi anggur (Yohanes 2)
  • Menyembuhkan yang sakit (Yohanes 4-5, 9)
  • Memberi makan 5000 orang (Yohanes 6)
  • Berjalan di atas air (Yohanes 6)
  • Membangkitkan Lazarus dari kematian (Yohanes 11)

Tindakan-tindakan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan dan memiliki tujuan yang harus digenapi di bumi. Dua Injil menangkap keindahan kata-kata Yesus tentang misinya di bumi:

“Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:28, juga di Markus 10:45)

Pada Jumat Agung yang pertama, Yesus melakukan tindakan yang menyelamatkan manusia. Dia dikhianati, ditahan, dipukul, dicambuk, dicemooh, dimahkotai duri, diludahi, dilucuti, dipaku, ditikam, dan disalibkan. Dan yang paling parah, Dia terlihat tertekan dan seakan Bapa-Nya di surga telah mengabaikan-Nya (Matius 27:46). Namun, itu bukanlah akhir dari cerita ini. Tiga hari kemudian, Yesus bangkit dari kubur (Matius 28:1-7)! Dia menaklukkan dosa dan maut.

Dengan mengingat akhir dari kisah ini, berikut beberapa tips untuk menyiapkan hati kita menyongsong Paskah:

1. Menghayati setiap rincian kisah kesengsaraan dan kematian Yesus
Pemahaman yang detail mengenai kisah ini akan membuat kita dapat lebih menghargai betapa dalamnya arti dari pengorbanan Yesus untuk kita.

2. Mengingat bahwa KITA juga bagian penting dari kisah ini
Kita bukan hanya penonton. Kita adalah alasan Yesus disalibkan. Dia mati untuk dapat secara langsung menyelamatkan kita dari belenggu dosa.

3. Menyerahkan kembali hidup kita kepada Yesus
Jika kita telah menjauh dari iman kita, maka gunakan waktu ini untuk menyerahkan kembali hidup kita kepada Yesus. Atau jika kita diingatkan akan kasih Allah kepada kita pada Paskah ini, maka gunakan kesempatan ini untuk menegaskan kembali komitmenmu kepada Yesus.

Selamat Paskah.

Dijamin Masuk Surga

Oleh Rudy Phiong

Apakah teman-teman masih ingat dengan seorang penjahat yang ikut disalibkan dengan Yesus?

Ia berkata, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:39-40).

Siapa sebenarnya penjahat itu? Rasanya ia tidak pernah dibaptis, tidak pernah ikut kelas pemuridan, tidak pernah ikut pelayanan, tidak ikut persekutuan dan mungkin juga tidak pernah ikut kegiatan sosial. Namun ia ikut bersama Yesus tinggal di sorga.

Mungkin ada orang yang berpikir begini: “Wah, enak betul ya? Ia berbuat jahat, dihukum salib, sebentar lagi mati, eh… begitu percaya pada Yesus, masuk sorga! Luar biasa!”

Teman, coba perhatikan lagi perkataannya: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Lukas 23:39). Penjahat yang bertobat itu percaya bahwa Yesuslah Juruselamat, Raja, dan Tuhannya. Mata imannya melihat siapa diri Yesus yang sebenarnya, dan oleh kasih-Nya, Yesus memberikan anugerah keselamatan yang terindah kepada dirinya. Di situlah si penjahat dibenarkan, dan ia pun dijamin masuk surga.

Kesimpulannya, manusia dijamin masuk surga karena percaya kepada Yesus saja, bukan karena perbuatan baiknya. Mereka yang telah diselamatkan memang bisa berdoa puasa 40 hari penuh, rajin melayani, berhati dermawan, beribadah setiap Minggu, memberitakan Injil, tekun membaca Alkitab, dan lain sebagainya; tetapi semua perbuatan baik itu dilakukannya bukan supaya ia layak masuk pintu surga, melainkan sebagai ungkapan syukur karena Allah telah memberikan anugerah keselamatan yang cuma-cuma itu kepadanya.

Teman, sudahkah kamu menerima jaminan itu?

Giants in the Promised Land

By Charles Christian

The story told in Numbers 13-14 is not unfamiliar to us. Twelve spies were sent to check out the land of Canaan—the land that God promised to the Israelites (Numbers 13:17-20).

After 40 days, they returned with both good and bad news—the land was fertile but the inhabitants were strong and the city impenetrable. Caleb, one of the twelve spies, assured the Israelites by saying, “Let’s go at once to take the land . . .we can certainly conquer it! ” (Numbers 13:30).

Unfortunately, not all the spies had Caleb’s courage and optimism. The other spies began to paint a bleak picture of the Promised Land, fueling the Israelites’ doubt and fear, causing them to rise up against Moses and Aaron (Numbers 14: 1-4). They completely forgot what the Lord had done for them. In fact, once they heard about the giants in their path, they opted to surrender and return to being slaves in Egypt. They abandoned the promise of God, along with His assurance that He will always be with them.

Thankfully, Joshua and Caleb saw the folly of the Israelites’ ways and exclaimed in exasperation, “The land we traveled through and explored is a wonderful land! And if the LORD is pleased with us, He will bring us safely into that land and give it to us. It is a rich land flowing with milk and honey. Do not rebel against the LORD, and don’t be afraid of the people of the land. They are only helpless prey to us! They have no protection, but the LORD is with us! Don’t be afraid of them!” (Numbers 14:7-9 NLT)

However, their words fell on deaf ears and the story ends with the Lord appearing to all the people of Israel expressing His disappointment and rage (Numbers 14:10-11).

What was it that distinguished Joshua and Caleb from the other ten spies? Well, the answer is their focus.

Joshua and Caleb focused on God’s promise—that He will accompany them into the land of Canaan because He promised it to the Israelites. On the other hand, the other ten spies focused on the giants in the land, and the giants took precedence over God in their hearts. Joshua and Caleb focused on the promise. The other ten spies focused on the problem.

When we focus on a problem, it is hard to see the blessings that come with it, or the grace that He gives to solve the problem.

From this biblical account, we see a startling fact. Where are the giants located in? They were in the Promised Land! They were in Canaan, the land that God had promised to the Israelites. He intended that they faced these giants and seized the land of Canaan as their own.

It may sound strange that He presents both blessing and problem together. But honestly, it’s the wisdom of God. For it is through these problems that God prepares us to receive the blessings that He intends for us. We are thus enabled to enjoy God’s blessings more fully.

Let us remember: It’s better to walk into the storm with the Lord, than to stay in the prairie alone. Why? Because God is the only One who knows the right path. We’ll never go wrong with Him by our side. The Lord says to us, “For I know the plans I have for you . . . plans to prosper you and not to harm you, plans to give you hope and a future” (Jeremiah 29:11). Fixed your eyes on Him.

Inspirasi Natal: Pilihan Natal

Hari 6

Baca: Matius 2:1-12

Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. —Matius 2:10

Gemerlapnya dekorasi yang terang benderang, suara puji-pujian Natal yang penuh sukacita, anak-anak yang gembira, dan ucapan “Selamat Natal” yang ceria kadang memberi kesan bahwa semua orang senang dengan kedatangan Yesus ke dunia. Namun, itu adalah kesan yang salah di masa sekarang, dan selamanya salah.

Berita tentang kelahiran Yesus menimbulkan reaksi yang beragam. Orang-orang Majus dengan sukacita menyambut dan menyembah sang Juruselamat (Mat. 2:10-11). Namun, Raja Herodes sangatlah tidak tenang ketika mendengar hal ini sehingga ia berusaha mencari dan membunuh bayi Yesus (ay.3-4,16).

Namun, kebanyakan orang tidak menyadari makna dari apa yang telah terjadi. Pada masa kini, banyak orang menghormati Yesus dan bersukacita dalam keselamatan yang mereka terima. Namun, banyak juga yang membenci-Nya. Mereka mengeluhkan puji-pujian Natal yang diperdengarkan di mal-mal dan dekorasi peristiwa kelahiran Yesus di tempat-tempat umum. Ada juga yang tidak peduli. Mereka ikut saja dalam keriuhan perayaan Natal. Mereka mungkin ikut menyanyikan pujian Natal, tetapi mereka tidak mempertanyakan kepada diri sendiri tentang siapakah Yesus atau mengapa Dia datang. Mereka tidak merasa perlu untuk percaya kepada-Nya dan menerima-Nya sebagai Juruselamat mereka.

Apakah Anda juga demikian? Mengabaikan Yesus dan semua pernyataan-Nya sama dengan menolak-Nya. Natal menuntut satu keputusan tentang Kristus. Keputusan ada di tangan Anda. —HVL

Apa yang akan Anda lakukan terhadap Yesus?
Anda tak dapat bersikap netral;
Suatu hari hati Anda akan bertanya,
“Apa yang akan Dia lakukan terhadap saya?” —Simpson

Sediakan tempat bagi Yesus di dalam hati Anda, dan Dia akan menyediakan tempat bagi Anda di surga.

Inspirasi Natal: Dilahirkan Untuk Mati

Hari 5

Baca: Matius 1:18-25

Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. —Matius 1:21

Meskipun jutaan orang merayakan kelahiran Yesus, tampaknya tidak banyak orang yang menyadari tentang makna perayaan kelahiran Yesus yang sesungguhnya.

Kita tahu bahwa kelahiran-Nya tidaklah biasa karena Dia lahir dari seorang perawan. Hidup-Nya juga unik karena hanya Dialah yang hidup tanpa dosa. Kematian-Nya juga tidak biasa. Yesus bukanlah martir. Dia bukanlah korban dari ketidakberuntungan, mati untuk suatu perjuangan yang mulia. Dia juga tidak mati hanya untuk memberikan teladan yang baik. Ada hal yang jauh lebih berarti dari semua itu. Tuhan Yesus datang ke dunia ini untuk menjadi Juruselamat bagi kita semua!

Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia datang “untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:10). Siapakah yang hilang? Alkitab mengatakan kepada kita bahwa “semua orang telah berbuat dosa” dan bahwa “upah dosa adalah maut” (Rm. 3:23; 6:23). Demi menyelamatkan dunia, Yesus harus mati untuk itu. Dia datang dan hidup tanpa cacat dan cela, dan kemudian menanggung kematian yang seharusnya kita tanggung. Makna yang sebenarnya dari Natal adalah bahwa Yesus dilahirkan untuk mati. Karena Dia disalibkan dan kemudian bangkit dari kematian, pengampunan dosa dan jaminan akan surga saat ini ditawarkan kepada semua yang percaya (Yoh. 1:12).

Sudahkah Anda menerima hadiah keselamatan dari Allah? Jika Anda belum menerimanya, terimalah pada hari ini juga, dan ini akan menjadi Natal yang paling berarti bagi Anda. —RWD

Allah menawarkan hidup baru;
Itu hadiah terbaik yang Ia berikan
Karena Ia mengirimkan sang Penebus,
Supaya orang berdosa diselamatkan! —Morgan

Jika kita tidak melihat bayangan salib di palungan,
kita kehilangan makna sebenarnya dari kelahiran Kristus.

Bintang Terang Betlehem, Bintang Terang Hidup Kita

Oleh David Wijaya

Malam di saat Yesus Kristus lahir, sebuah bintang bercahaya sangat terang di langit. Alkitab mencatat bahwa pada masa kekuasaan Herodes Agung, orang-orang Majus dari Timur datang ke Yerusalem mencari bayi Yesus karena mereka telah melihat bintang-Nya bersinar terang (Matius 2:2)

Pastilah di malam itu banyak bintang yang bercahaya di langit. Namun, hanya satu bintang yang menarik perhatian mereka: bintang Betlehem. Mengapa demikian? Pasti karena bintang itulah yang bersinar paling terang di antara bintang-bintang lainnya. Mengapa bisa bersinar paling terang? Ada beberapa alasan yang dikemukakan soal ini. Ada yang menyatakan mungkin telah terjadi suatu ledakan bintang (nova) yang membuat cahayanya menjadi sangat terang. Ada juga yang memperkirakan bahwa “bintang istimewa” itu terkait dengan peristiwa konjungsi (lintasan bintang atau benda-banda langit dalam gugusan yang sama) konstelasi Yupiter dan Venus yang terjadi pada tahun 4-3 SM. Mungkin juga benda terang itu bukanlah bintang, melainkan planet Venus yang sedang bersinar terang-terangnya.

Tidak ada yang dapat memberi penjelasan pasti. Namun yang jelas, bintang ini punya satu tujuan, yakni memberitakan kelahiran Yesus Kristus. Orang-orang Majus ini melihatnya dari jauh dan mengerti pesan yang terkandung melaluinya. Dengan pemahaman itulah mereka memutuskan untuk pergi untuk mencari bayi Yesus dengan maksud ingin menyembah-Nya.

Peristiwa dalam sejarah ini memberi sejumlah hal menarik yang bisa kita renungkan. Pertama, Yesus Kristus adalah Bintang yang seharusnya senantiasa kita cari, sembah dan muliakan dalam hidup kita. Kedua, bintang terang Betlehem menunjukkan jalan bagi orang-orang untuk menemukan Yesus, lalu memuliakan Allah. Demikian pula, kiranya kita hidup dengan “tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga (kita) bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:15) agar orang lain bisa dituntun kepada Yesus Kristus. Rasul Paulus memberi dua arahan yang jelas bagaimana kita bisa bersinar terang bagi Yesus:

  1. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya tidak ada yang bisa mencela kita (ay.14-15)
  2. Berpegang teguh pada firman kehidupan (ay.16)

Ketika kita merayakan Natal tahun ini, marilah kita bertekad untuk menjadi seperti bintang terang Betlehem yang membawa jiwa-jiwa yang hilang kepada Yesus Kristus.

Inspirasi Natal: Ketika Allah Melangkah Keluar

Hari 4

Baca: Kolose 1:15-20

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. —Kolose 1:15

Kita tidak perlu bertanya-tanya seperti apakah Allah itu. Kita juga tak perlu bersikap seperti anak kecil yang menatap ke langit dan bertanya pada ibunya, “Apakah Allah ada di atas sana?” Ketika ibunya meyakinkan anak itu bahwa Allah ada di atas sana, si anak menanggapi, “Bukankah lebih baik bila Dia memperlihatkan wajah-Nya supaya kita dapat melihat-Nya?”

Apa yang tak dimengerti anak itu adalah Allah telah mengizinkan kita untuk melihat-Nya. Dengan mengutus Anak-Nya, Yesus, ke dunia, Bapa di surga sepenuhnya memperlihatkan diri-Nya. Yesus adalah Allah “yang menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia” (1 Tim. 3:16). Dia menjelaskannya pada Filipus, ”Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9). Para ahli teologi menyebut kebenaran ini sebagai inkarnasi.

Ini adalah kabar baik dari Natal, bahwa Allah telah menunjukkan pada kita seperti apakah diri-Nya dalam diri Anak-Nya. Ia meninggalkan kemuliaan surga dan datang ke bumi untuk lahir dari seorang perawan. Semua atribut Allah yang tak terbatas berdiam dalam diri sang Bayi yang dibaringkan oleh Maria di dalam palungan Betlehem. Dia adalah “gambar Allah yang tidak kelihatan,” Pribadi yang “di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu” dan “segala sesuatu ada di dalam Dia” (Kol. 1:15-17).

Saat kita berhenti sejenak untuk merayakan kelahiran Yesus, ingatlah siapa Dia. Di dalam Yesus, kita melihat kekudusan, kasih, dan anugerah dari Allah yang kekal.

Di hari Natal, Allah melangkah keluar dari surga. —PVG

Suatu hari Allah membuka pintu surga
Dan datang untuk tinggal di dunia;
Menjelma dalam tubuh manusia—
Seorang bayi yang lahir sederhana. —D. De Haan

Kandang Betlehem adalah langkah pertama dalam perjalanan kasih Allah menuju ke salib Kalvari.

Inspirasi Natal: Tempat Bagi Yesus

Hari 3

Baca: Lukas 2:1-7

Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. —Lukas 2:7

Kalimat “tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” mengingatkan saya pada liburan keluarga bertahun-tahun yang lampau. Kami sekeluarga telah melakukan perjalanan sepanjang hari, dan saya sedang mencari sebuah motel untuk tempat kami menginap. Saat kami menyusuri jalan raya, harapan kami berulang kali kandas ketika melihat papan penanda bertuliskan “Tidak ada tempat.”

Sebagai ayah yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan keluarga, saya menjadi frustrasi dan kecil hati. Lalu saya memikirkan Maria dan Yusuf. Betapa jauh lebih buruk keadaan mereka ketika tiba di Betlehem dan menemukan tidak ada satu kamar pun yang tersedia! Saya bisa membayangkan Yusuf yang memohon kepada pengelola penginapan, memberitahukan kepadanya tentang keadaan Maria, dan betapa mereka sangat membutuhkan tempat bagi Maria untuk melahirkan bayinya. Namun, “tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” Jadi saat Yesus dilahirkan, ibu-Nya “membungkus-Nya dengan kain lampin, dan membaringkan-Nya di dalam palungan” (Luk. 2:7).

Sekarang, 2000 tahun kemudian, jutaan orang tidak memiliki tempat bagi Yesus. Walaupun mereka dengan antusias turut ambil bagian dalam perayaan Natal, mereka tetap tidak memperbolehkan-Nya masuk ke dalam hidup mereka. Papan penanda bertuliskan “tidak ada tempat” tertera di hidup mereka.

Bagaimana dengan Anda? Adakah tempat bagi Yesus dalam hidup Anda? Tidak ada saat yang lebih baik dari saat ini untuk mendedikasikan kembali hidup Anda kepada-Nya atau untuk menerima-Nya sebagai Juruselamat Anda! —RWD

Adakah tempat bagi-Nya,
Yang menanggung dosamu?
Yesus telah ketuk hatimu
Sambutlah Penebusmu! —Whittle (NKB No. 203)

Jika Kristus dibiarkan tinggal di luar hidup kita, ada sesuatu yang salah di dalam hati kita.

Inspirasi Natal: Bintang Di Jendela

Hari 2

Baca: Yohanes 3:16-18

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. —Yohanes 3:16

Semasa Perang Dunia II, sudah menjadi tradisi di Amerika Serikat bagi keluarga yang memiliki seorang putra yang sedang bertugas di ketentaraan untuk menaruh sebuah bintang di depan jendela rumah mereka. Bintang berwarna emas menandakan bahwa putra tersebut telah meninggal dalam mengemban tugas negara.

Sir Harry Lauder menceritakan sebuah kisah yang menyentuh tentang tradisi ini. Suatu malam seorang pria sedang berjalan di kota New York dengan putranya yang berusia 5 tahun. Anak laki-laki itu tertarik dengan jendela-jendela berwarna terang dari rumah-rumah yang mereka lewati dan ingin tahu mengapa beberapa rumah memiliki sebuah bintang di jendela rumah mereka. Ayahnya kemudian menjelaskan bahwa keluarga-keluarga tersebut memiliki seorang putra yang sedang pergi berperang. Anak itu lalu bertepuk tangan ketika melihat bintang di jendela dan kemudian berteriak, “Lihat Ayah, ada satu keluarga lagi yang memberikan anaknya untuk negara mereka.”

Akhirnya mereka sampai ke sebuah area kosong di antara barisan rumah. Dari area itu tampak sebuah bintang bercahaya terang di langit. Anak lelaki tersebut menahan nafasnya, “Oh, Ayah,” pekiknya, “Lihatlah bintang di jendela surga! Allah pasti telah memberikan anak-Nya juga.”

Ya, tentu saja! Ada sebuah bintang yang terletak di jendela Allah. Sadarkah Anda akan apa yang telah dilakukan dan dikorbankan-Nya bagi Anda? Karena kasih-Nya kepada kita, Dia memberikan anak-Nya, Yesus Kristus (Ef. 2:4). Apakah Anda sudah berterima kasih kepada-Nya? —MRD

Begitu besar kasih Allah akan dunia, Dia mengaruniakan Anak-Nya
Untuk mati di Kalvari, tebus dosa ‘tuk bebaskanku;
Suatu saat nanti Dia akan datang kembali, kemuliaan besar akan tiba
Sangat indah kasih-Nya padaku. —Smith

Banyak orang memberikan hidupnya bagi negara,
tetapi Yesus memberikan hidup-Nya bagi dunia.