Inspirasi Natal: Dilahirkan Untuk Mati

Hari 5

Baca: Matius 1:18-25

Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. —Matius 1:21

Meskipun jutaan orang merayakan kelahiran Yesus, tampaknya tidak banyak orang yang menyadari tentang makna perayaan kelahiran Yesus yang sesungguhnya.

Kita tahu bahwa kelahiran-Nya tidaklah biasa karena Dia lahir dari seorang perawan. Hidup-Nya juga unik karena hanya Dialah yang hidup tanpa dosa. Kematian-Nya juga tidak biasa. Yesus bukanlah martir. Dia bukanlah korban dari ketidakberuntungan, mati untuk suatu perjuangan yang mulia. Dia juga tidak mati hanya untuk memberikan teladan yang baik. Ada hal yang jauh lebih berarti dari semua itu. Tuhan Yesus datang ke dunia ini untuk menjadi Juruselamat bagi kita semua!

Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia datang “untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:10). Siapakah yang hilang? Alkitab mengatakan kepada kita bahwa “semua orang telah berbuat dosa” dan bahwa “upah dosa adalah maut” (Rm. 3:23; 6:23). Demi menyelamatkan dunia, Yesus harus mati untuk itu. Dia datang dan hidup tanpa cacat dan cela, dan kemudian menanggung kematian yang seharusnya kita tanggung. Makna yang sebenarnya dari Natal adalah bahwa Yesus dilahirkan untuk mati. Karena Dia disalibkan dan kemudian bangkit dari kematian, pengampunan dosa dan jaminan akan surga saat ini ditawarkan kepada semua yang percaya (Yoh. 1:12).

Sudahkah Anda menerima hadiah keselamatan dari Allah? Jika Anda belum menerimanya, terimalah pada hari ini juga, dan ini akan menjadi Natal yang paling berarti bagi Anda. —RWD

Allah menawarkan hidup baru;
Itu hadiah terbaik yang Ia berikan
Karena Ia mengirimkan sang Penebus,
Supaya orang berdosa diselamatkan! —Morgan

Jika kita tidak melihat bayangan salib di palungan,
kita kehilangan makna sebenarnya dari kelahiran Kristus.

Bintang Terang Betlehem, Bintang Terang Hidup Kita

Oleh David Wijaya

Malam di saat Yesus Kristus lahir, sebuah bintang bercahaya sangat terang di langit. Alkitab mencatat bahwa pada masa kekuasaan Herodes Agung, orang-orang Majus dari Timur datang ke Yerusalem mencari bayi Yesus karena mereka telah melihat bintang-Nya bersinar terang (Matius 2:2)

Pastilah di malam itu banyak bintang yang bercahaya di langit. Namun, hanya satu bintang yang menarik perhatian mereka: bintang Betlehem. Mengapa demikian? Pasti karena bintang itulah yang bersinar paling terang di antara bintang-bintang lainnya. Mengapa bisa bersinar paling terang? Ada beberapa alasan yang dikemukakan soal ini. Ada yang menyatakan mungkin telah terjadi suatu ledakan bintang (nova) yang membuat cahayanya menjadi sangat terang. Ada juga yang memperkirakan bahwa “bintang istimewa” itu terkait dengan peristiwa konjungsi (lintasan bintang atau benda-banda langit dalam gugusan yang sama) konstelasi Yupiter dan Venus yang terjadi pada tahun 4-3 SM. Mungkin juga benda terang itu bukanlah bintang, melainkan planet Venus yang sedang bersinar terang-terangnya.

Tidak ada yang dapat memberi penjelasan pasti. Namun yang jelas, bintang ini punya satu tujuan, yakni memberitakan kelahiran Yesus Kristus. Orang-orang Majus ini melihatnya dari jauh dan mengerti pesan yang terkandung melaluinya. Dengan pemahaman itulah mereka memutuskan untuk pergi untuk mencari bayi Yesus dengan maksud ingin menyembah-Nya.

Peristiwa dalam sejarah ini memberi sejumlah hal menarik yang bisa kita renungkan. Pertama, Yesus Kristus adalah Bintang yang seharusnya senantiasa kita cari, sembah dan muliakan dalam hidup kita. Kedua, bintang terang Betlehem menunjukkan jalan bagi orang-orang untuk menemukan Yesus, lalu memuliakan Allah. Demikian pula, kiranya kita hidup dengan “tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga (kita) bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:15) agar orang lain bisa dituntun kepada Yesus Kristus. Rasul Paulus memberi dua arahan yang jelas bagaimana kita bisa bersinar terang bagi Yesus:

  1. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya tidak ada yang bisa mencela kita (ay.14-15)
  2. Berpegang teguh pada firman kehidupan (ay.16)

Ketika kita merayakan Natal tahun ini, marilah kita bertekad untuk menjadi seperti bintang terang Betlehem yang membawa jiwa-jiwa yang hilang kepada Yesus Kristus.

Inspirasi Natal: Ketika Allah Melangkah Keluar

Hari 4

Baca: Kolose 1:15-20

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. —Kolose 1:15

Kita tidak perlu bertanya-tanya seperti apakah Allah itu. Kita juga tak perlu bersikap seperti anak kecil yang menatap ke langit dan bertanya pada ibunya, “Apakah Allah ada di atas sana?” Ketika ibunya meyakinkan anak itu bahwa Allah ada di atas sana, si anak menanggapi, “Bukankah lebih baik bila Dia memperlihatkan wajah-Nya supaya kita dapat melihat-Nya?”

Apa yang tak dimengerti anak itu adalah Allah telah mengizinkan kita untuk melihat-Nya. Dengan mengutus Anak-Nya, Yesus, ke dunia, Bapa di surga sepenuhnya memperlihatkan diri-Nya. Yesus adalah Allah “yang menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia” (1 Tim. 3:16). Dia menjelaskannya pada Filipus, ”Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9). Para ahli teologi menyebut kebenaran ini sebagai inkarnasi.

Ini adalah kabar baik dari Natal, bahwa Allah telah menunjukkan pada kita seperti apakah diri-Nya dalam diri Anak-Nya. Ia meninggalkan kemuliaan surga dan datang ke bumi untuk lahir dari seorang perawan. Semua atribut Allah yang tak terbatas berdiam dalam diri sang Bayi yang dibaringkan oleh Maria di dalam palungan Betlehem. Dia adalah “gambar Allah yang tidak kelihatan,” Pribadi yang “di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu” dan “segala sesuatu ada di dalam Dia” (Kol. 1:15-17).

Saat kita berhenti sejenak untuk merayakan kelahiran Yesus, ingatlah siapa Dia. Di dalam Yesus, kita melihat kekudusan, kasih, dan anugerah dari Allah yang kekal.

Di hari Natal, Allah melangkah keluar dari surga. —PVG

Suatu hari Allah membuka pintu surga
Dan datang untuk tinggal di dunia;
Menjelma dalam tubuh manusia—
Seorang bayi yang lahir sederhana. —D. De Haan

Kandang Betlehem adalah langkah pertama dalam perjalanan kasih Allah menuju ke salib Kalvari.

Inspirasi Natal: Tempat Bagi Yesus

Hari 3

Baca: Lukas 2:1-7

Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. —Lukas 2:7

Kalimat “tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” mengingatkan saya pada liburan keluarga bertahun-tahun yang lampau. Kami sekeluarga telah melakukan perjalanan sepanjang hari, dan saya sedang mencari sebuah motel untuk tempat kami menginap. Saat kami menyusuri jalan raya, harapan kami berulang kali kandas ketika melihat papan penanda bertuliskan “Tidak ada tempat.”

Sebagai ayah yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan keluarga, saya menjadi frustrasi dan kecil hati. Lalu saya memikirkan Maria dan Yusuf. Betapa jauh lebih buruk keadaan mereka ketika tiba di Betlehem dan menemukan tidak ada satu kamar pun yang tersedia! Saya bisa membayangkan Yusuf yang memohon kepada pengelola penginapan, memberitahukan kepadanya tentang keadaan Maria, dan betapa mereka sangat membutuhkan tempat bagi Maria untuk melahirkan bayinya. Namun, “tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” Jadi saat Yesus dilahirkan, ibu-Nya “membungkus-Nya dengan kain lampin, dan membaringkan-Nya di dalam palungan” (Luk. 2:7).

Sekarang, 2000 tahun kemudian, jutaan orang tidak memiliki tempat bagi Yesus. Walaupun mereka dengan antusias turut ambil bagian dalam perayaan Natal, mereka tetap tidak memperbolehkan-Nya masuk ke dalam hidup mereka. Papan penanda bertuliskan “tidak ada tempat” tertera di hidup mereka.

Bagaimana dengan Anda? Adakah tempat bagi Yesus dalam hidup Anda? Tidak ada saat yang lebih baik dari saat ini untuk mendedikasikan kembali hidup Anda kepada-Nya atau untuk menerima-Nya sebagai Juruselamat Anda! —RWD

Adakah tempat bagi-Nya,
Yang menanggung dosamu?
Yesus telah ketuk hatimu
Sambutlah Penebusmu! —Whittle (NKB No. 203)

Jika Kristus dibiarkan tinggal di luar hidup kita, ada sesuatu yang salah di dalam hati kita.

Inspirasi Natal: Bintang Di Jendela

Hari 2

Baca: Yohanes 3:16-18

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. —Yohanes 3:16

Semasa Perang Dunia II, sudah menjadi tradisi di Amerika Serikat bagi keluarga yang memiliki seorang putra yang sedang bertugas di ketentaraan untuk menaruh sebuah bintang di depan jendela rumah mereka. Bintang berwarna emas menandakan bahwa putra tersebut telah meninggal dalam mengemban tugas negara.

Sir Harry Lauder menceritakan sebuah kisah yang menyentuh tentang tradisi ini. Suatu malam seorang pria sedang berjalan di kota New York dengan putranya yang berusia 5 tahun. Anak laki-laki itu tertarik dengan jendela-jendela berwarna terang dari rumah-rumah yang mereka lewati dan ingin tahu mengapa beberapa rumah memiliki sebuah bintang di jendela rumah mereka. Ayahnya kemudian menjelaskan bahwa keluarga-keluarga tersebut memiliki seorang putra yang sedang pergi berperang. Anak itu lalu bertepuk tangan ketika melihat bintang di jendela dan kemudian berteriak, “Lihat Ayah, ada satu keluarga lagi yang memberikan anaknya untuk negara mereka.”

Akhirnya mereka sampai ke sebuah area kosong di antara barisan rumah. Dari area itu tampak sebuah bintang bercahaya terang di langit. Anak lelaki tersebut menahan nafasnya, “Oh, Ayah,” pekiknya, “Lihatlah bintang di jendela surga! Allah pasti telah memberikan anak-Nya juga.”

Ya, tentu saja! Ada sebuah bintang yang terletak di jendela Allah. Sadarkah Anda akan apa yang telah dilakukan dan dikorbankan-Nya bagi Anda? Karena kasih-Nya kepada kita, Dia memberikan anak-Nya, Yesus Kristus (Ef. 2:4). Apakah Anda sudah berterima kasih kepada-Nya? —MRD

Begitu besar kasih Allah akan dunia, Dia mengaruniakan Anak-Nya
Untuk mati di Kalvari, tebus dosa ‘tuk bebaskanku;
Suatu saat nanti Dia akan datang kembali, kemuliaan besar akan tiba
Sangat indah kasih-Nya padaku. —Smith

Banyak orang memberikan hidupnya bagi negara,
tetapi Yesus memberikan hidup-Nya bagi dunia.

Love Is . . .

By Melisa Manampiring, Indonesia

Love is a word that we often hear. Everyone has experienced it. Love is a wonderful thing and everyone wants to love and be loved.

Love is a part of human life. People cannot live without love. Each of us needs relationships with other people, with friends, family, and that special boy or girl. We were all created that way.

But love is often misunderstood. Some people think that love is all about receiving, not giving. Others think that love is about feeling happiness all the time.

True love is different.

Love isn’t always effortless and natural. Love doesn’t mean that there are no tough times. Instead, it means holding on to a commitment to care for someone in spite of those hard times.

Love is about giving what we can of ourselves when we see the needs of others, even if the person refuses to be grateful or to respond to us.

Love often requires sacrifice.

Sacrificial love was shown two thousand years ago, when Jesus Christ died on the cross. “For God loved the world so much that He gave His one and only Son, so that everyone who believes in Him will not perish but have eternal life” (John 3:16).

Love from God is everlasting. It doesn’t depend on conditions for it to take root and grow.

True love redeems. It is given despite the other person’s faults and weaknesses, but works to help him or her out of them. “… God showed His great love for us by sending Christ to die for us while we were still sinners” (Romans 5:8).

Love is the most beautiful grace that God has given to us. It is not an emotion dependent on whether we like or dislike a person. Love is action—a deliberate and unconditional working towards what is best for another person.

May the Lord lead your hearts
into a full understanding and expression of the love of God
and the patient endurance
that comes from Christ.
2 Thessalonians 3:5