Nasib Buruk Lobster
Minggu, 13 Januari 2019
Baca: 1 Tesalonika 5:11-18
5:11 Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.
5:12 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu;
5:13 dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.
5:14 Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.
5:15 Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.
5:16 Bersukacitalah senantiasa.
5:17 Tetaplah berdoa.
5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang. —1 Tesalonika 5:15
Ketika seorang sepupu mengajak saya memancing lobster air tawar, saya sangat bersemangat. Namun, saya menyeringai ketika ia memberikan ember plastik. “Tak ada tutupnya?”
“Tidak perlu,” katanya sembari mengambil tongkat pancing dan sebungkus kecil umpan dari irisan daging ayam.
Saat mengamati lobster-lobster kecil saling memanjat agar bisa keluar dari ember yang hampir penuh, saya sadar mengapa embernya tak perlu ditutup. Tiap kali seekor lobster berhasil sampai ke mulut ember, lobster-lobster lain di dalam akan menariknya jatuh lagi.
Nasib buruk lobster itu mengingatkan saya pada bahaya dari keegoisan, yaitu ketika kita hanya memikirkan pencapaian pribadi daripada mengejar kebaikan seluruh komunitas. Dalam suratnya kepada jemaat Tesalonika, Rasul Paulus memahami pentingnya relasi yang saling mendukung dan mengandalkan. Nasihatnya, “Tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang” (1Tes. 5:14).
Setelah memuji jemaat Tesalonika yang telah saling membangun (ay.11), Paulus mendorong mereka agar memperdalam kasih dan kedamaian di antara mereka (ay.13-15). Dengan berusaha menciptakan gaya hidup yang saling mengampuni, berbuat baik, dan berbelaskasihan, hubungan mereka dengan Allah dan sesama akan makin dikuatkan (ay.15,23).
Gereja dapat bertumbuh dan menjadi saksi Kristus lewat kesatuan umat yang saling mengasihi. Ketika umat percaya menghormati Allah, dengan berkomitmen untuk saling membangun daripada menjatuhkan lewat perkataan maupun perbuatan, kita sebagai pribadi maupun komunitas akan terus mengalami pertumbuhan. —Xochitl Dixon
Apa yang akan kamu lakukan untuk membangun orang lain? Perhatian dan perbuatan kasih apa yang pernah kamu terima dari saudara seiman?
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 31-32; Matius 9:18-38
Amin
Amin,, terpujilah Tuhan Allah yg maha besar bagi kehidupan kita. God Bless..
Amen
haleluyah amin
Amin
Amen
Perhatian, saling menguatkan, mendoakan, membangun, bertumbuh, berbuah bersama2 didlm kasih, iman dan pengharap pd YESUS.
GBu n fam
pengajaran yang dari padaMu dan penyertaan juga tuntunan yang dari pada Roh Kudus Mu adalah luar biasa.
Amin, Puji Tuhan
Amin..Tuhan memberkati!
Ajari kami ya Tuhan. Terpujilah namaMu skarang dan sampai selamaNya. amin
Amin….
selamat malam, semoga apa yang kita baca malam ini bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari2. berbuat baik kpd sesama, saling mengingatkan jika ada kekeliruan merupakan awalann yg baik.
Gusti mberkahi
saya masih sama saja dengan mereka yang lemah dan egois, saya mau Tuhan tolong saya supaya bisa menjadi pribadi yang menyamaratakan kepentingan pribadi dengan komunitas
haleluyah amin
GBU
Amien….. kebersamaan itu penting utk kita dpt saling menguatkan, n membangun Iman tp itu bs terkaksana bila kita mau menanggalkan ke egoan kita. GBU
Amen