Rabu, 3 Desember 2014

73:1 Mazmur Asaf. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.
73:2 Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
73:3 Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.
73:4 Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;
73:5 mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.
73:6 Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.
73:7 Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan.
73:8 Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati.
73:9 Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.
73:10 Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah.
73:11 Dan mereka berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?"
73:12 Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!
73:13 Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.
73:14 Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
73:15 Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.
73:16 Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,
73:17 sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.
73:18 Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.
73:19 Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!
73:20 Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.
73:21 Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
73:22 aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
73:23 Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
73:24 Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.
73:25 Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
73:26 Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
73:27 Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau.
73:28 Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.
Aku suka dekat pada Allah. —Mazmur 73:28

Dalam sengitnya Perang Saudara di Amerika Serikat, salah seorang penasihat Presiden Lincoln mengatakan bahwa ia bersyukur karena Allah berada di pihak pemerintahan Perserikatan (Utara). Lincoln menjawab, “Tuan, kekhawatiran saya bukanlah apakah Allah berada di pihak kita; kekhawatiran terbesar saya adalah apakah kita berada di pihak Allah, karena Allah selalu benar.”
Pernyataan itu benar-benar menggugah kita yang selama ini menganggap bahwa Allah itu ada untuk semata-mata mendukung berbagai rencana, pandangan, keputusan, dan keinginan kita. Jawaban Lincoln mengingatkan kita bahwa rencana-rencana kita yang terbaik sekalipun belum tentu sesuai dengan kehendak Allah.
Dengan jelas kita melihat bahwa sang pemazmur ingin senantiasa berada di pihak Allah ketika ia memohon, “Selidikilah aku, ya Allah dan kenallah hatiku . . . lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mzm. 139:23-24). Ketika kita mengikuti teladan pemazmur untuk senantiasa “dekat pada Allah” (73:28), kita dapat memastikan bahwa kita berada di pihak-Nya, seiring Roh-Nya menolong kita untuk menyelaraskan setiap pikiran dan tindakan kita agar seturut dengan jalan-Nya yang selalu benar.
Jadi, tanyakanlah kepada diri sendiri: Apakah kita berada di pihak Tuhan? Berada di pihak-Nya berarti kita mencerminkan kasih-Nya kepada orang-orang di sekitar kita melalui cara kita berinteraksi dengan mereka. Kita akan mengampuni, memperlakukan orang lain dengan adil, dan mengusahakan perdamaian. Jalan-jalan Allah selalu menjadi yang paling baik. —JMS
Bapa, ajar kami mengenali jalan-jalan-Mu agar kami tahu bahwa
dalam keputusan penting hidup ini kami pun menaati-Mu.
Terima kasih karena ketika kami mendekat kepada-Mu,
Engkau pun mengaruniakan kepada kami hikmat dan kearifan.
Ketika kamu mendekat kepada Allah, kamu pasti berada di pihak-Nya.