Posts

Belajar Mengasihi

Minggu, 27 April 2014

Belajar Mengasihi

Baca: 1 Korintus 13:4-13

13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.

13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.

13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati. —1 Korintus 13:4

Belajar Mengasihi

Ketika Hans Egede pergi ke Greenland sebagai seorang misionaris pada tahun 1721, ia tidak dapat berbahasa Inuit. Ia mempunyai sifat yang mudah tersinggung dan marah, dan ia juga bergumul untuk dapat bersikap ramah terhadap penduduk setempat.

Pada tahun 1733, virus cacar sempat mewabah di Greenland dan memusnahkan hampir dua pertiga warga suku Inuit—serta merenggut juga nyawa istri Egede. Penderitaan yang dirasakan bersama orang-orang Inuit itu meluluhkan tabiat Egede yang keras, dan ia pun mulai memperhatikan mereka baik secara jasmani maupun rohani dengan tidak kenal lelah. Karena hidup Egede sekarang lebih mencerminkan kabar baik tentang kasih Allah yang diceritakannya kepada mereka, orang-orang Inuit akhirnya dapat memahami maksud Allah yang rindu mengasihi mereka juga. Bahkan di tengah penderitaan besar itu, hati mereka mau berbalik dan percaya kepada Allah.

Mungkin kamu seperti para warga Inuit dalam kisah itu, dan kamu tidak dapat melihat cerminan Allah dalam diri orang-orang di sekitarmu. Atau mungkin kamu seperti Hans Egede, yang bergumul untuk mengungkapkan kasih dengan cara yang dapat membuat orang mau mendengar tentang Allah. Karena Allah tahu kita ini lemah dan tidak mampu, Dia menunjukkan kepada kita arti kasih yang sesungguhnya. Dia memberikan Anak-Nya, Yesus Kristus, untuk mati bagi dosa kita (Yoh. 3:16). Demikianlah besarnya Allah mengasihimu dan saya.

Yesus adalah teladan sempurna dari kasih yang digambarkan dalam 1 Korintus 13. Dengan melihat teladan-Nya, kita menyadari bahwa kita dikasihi dan kita belajar untuk membalas kasih-Nya. —RKK

Ya Yesus, kiranya di dalam-Mu aku mendapatkan keyakinan bahwa
aku dikasihi. Dan kiranya hatiku tak menjadi dingin hingga dipenuhi
amarah serta luka hati dari pengalaman masa lalu. Aku mau agar
orang lain dapat melihat cerminan diri-Mu di dalam hidupku.

Kiranya saya tidak pernah menjadi rintangan yang menghalangi seseorang memandang Allah.

Melampaui Batas Kemampuan

Selasa, 8 April 2014

Melampaui Batas Kemampuan

Baca: 2 Korintus 3:7-18

3:7 Pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada loh-loh batu. Namun demikian kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan. Sebab sekalipun pudar juga, cahaya muka Musa begitu cemerlang, sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian

3:8 betapa lebih besarnya lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh!

3:9 Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran.

3:10 Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak mempunyai arti.

3:11 Sebab, jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan, betapa lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai kemuliaan.

3:12 Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian,

3:13 tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu.

3:14 Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.

3:15 Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka.

3:16 Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya.

3:17 Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.

3:18 Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan . . . kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya. —2 Korintus 3:18

Melampaui Batas Kemampuan

Saya mempunyai seorang teman yang rasanya lebih baik dari saya hampir dalam segala hal. Ia lebih pintar; berpikir lebih dalam; dan tahu buku-buku yang lebih baik untuk dibaca. Ia bahkan sering mengalahkan saya dalam permainan golf. Menghabiskan waktu bersamanya menantang saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih peduli kepada sesama. Keunggulannya atas saya telah mendorong saya untuk meraih dan melakukan hal-hal yang lebih baik.

Hal itu sejalan dengan prinsip rohani ini: Alangkah pentingnya menyediakan waktu merenungkan firman Allah agar kita dapat menjadi serupa dengan pribadi Kristus. Saat membaca tentang dampak kasih Yesus yang tak bersyarat bagi kita, saya pun tergerak untuk mengasihi sesama tanpa syarat. Belas kasihan dan anugerah-Nya yang cuma-cuma kepada manusia yang sungguh tidak layak menerimanya telah membuat saya malu pada keengganan saya mengampuni dan niat saya untuk membalas dendam.

Saya pun menjadi pribadi yang lebih bersyukur ketika menyadari bahwa meskipun hidup saya bobrok dan memalukan, Tuhan telah mengenakan keindahan dari kebenaran-Nya yang sempurna pada diri saya. Jalan-jalan-Nya yang ajaib dan hikmat-Nya yang tak tertandingi telah memotivasi dan mengubah diri saya. Rasanya sulit merasa puas dengan keberadaan diri saya sekarang ketika dalam hadirat-Nya saya didorong untuk menjadi semakin serupa dengan-Nya.

Rasul Paulus mendorong kita untuk menikmati sukacita ketika memandang Kristus. Ketika melakukan hal itu, kita akan “diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar” (2Kor. 3:18). —JMS

Tuhan, tolong kami untuk datang ke hadirat-Mu dengan mata hati
yang terbuka untuk menyadari keberadaan-Mu dan kehendak-Mu
atas hidup kami. Terima kasih untuk penyataan diri-Mu kepada kami
dan sukacita yang kami nikmati dari agungnya kemuliaan-Mu.

Perubahan pasti terjadi ketika kamu hidup selalu dekat dengan Tuhan.

Dunia Yang Lebih Baik

Sabtu, 29 Maret 2014

Dunia Yang Lebih Baik

Baca: 1 Petrus 2:9-12

2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

2:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.

2:12 Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.

Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya . . . mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah. —1 Petrus 2:12

Dunia Yang Lebih Baik

Dalam Peanuts, salah satu kartun kegemaran saya yang menampilkan Charlie Brown, tokoh Lucy yang selalu percaya diri menyatakan, “Bagaimana mungkin dunia ini menjadi semakin buruk dengan aku hidup di dalamnya? Sejak aku lahir, jelas-jelas dunia menjadi semakin baik!”

Tentu saja, Lucy sedang menunjukkan suatu pendapat yang tidak masuk akal dan ia sedang meninggikan dirinya sendiri. Akan tetapi, maksud yang hendak disampaikannya itu memang menarik. Apa yang akan terjadi apabila kita memang berusaha membuat dunia ini menjadi lebih baik dengan cara memperlihatkan kasih Kristus di mana pun Allah menempatkan kita?

Tatkala Petrus menulis kepada orang-orang percaya yang sedang teraniaya, ia menasihati mereka untuk memiliki “cara hidup yang baik” (1Ptr. 2:12) dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang pada akhirnya akan memuliakan Allah. Dengan kata lain, kita bisa menjadikan dunia lebih baik melalui setiap tindakan kita. Bayangkan perubahan yang akan terjadi di tengah dunia ini ketika kasih, belas kasihan, pengampunan, keadilan, dan damai sejahtera tersebar melalui perbuatan-perbuatan kita yang meneladani Kristus. Saya selalu meyakini, andai kata kita menerapkan ayat tersebut dalam hidup kita sehari-hari, orang mungkin akan berkata, “Kantor kami menjadi lebih baik karena ______ bekerja di sini” atau “Lingkungan kami menjadi lebih baik” atau “Sekolah kami menjadi lebih baik.”

Kita tidak bisa seorang diri saja mengubah seluruh dunia ini, tetapi oleh anugerah Allah, kita bisa memakai perubahan yang Kristus telah perbuat dalam diri kita untuk mengubah dunia di sekitar kita. —JMS

Kasih berarti memberikan yang dunia butuhkan,
Kasih berarti berbagi menuruti pimpinan Roh,
Kasih berarti mau peduli ketika dunia menangis,
Kasih berarti melayani dengan belas kasih Kristus. —Brandt

Setiap orang bisa menjadikan dunia ini lebih baik— dengan membuat kemuliaan Kristus bersinar melalui kita.

Bau Yang Harum

Selasa, 18 Maret 2014

Bau-Yang-Harum

Cerita & Ilustrasi komik strip oleh Heri Kurniawan

Baca: 2 Korintus 2:12-17

2:12 Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana.

2:13 Tetapi hatiku tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudaraku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia.

2:14 Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.

2:15 Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.

2:16 Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?

2:17 Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya.

Bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. —2 Korintus 2:15

Bau Yang Harum

Ada sejumlah aroma yang tidak akan bisa dilupakan. Baru-baru ini, suami saya mengatakan bahwa ia hampir kehabisan krim cukur. “Aku bisa membelikannya untukmu,” saya menawarkan diri. “Bisakah kau membelikan merek ini?” tanyanya sambil memperlihatkan kaleng krim cukurnya. “Aku suka aromanya—merek ini yang selalu dipakai ayahku.” Saya tersenyum, teringat suatu waktu ketika pikiran saya sejenak kembali ke masa kecil pada saat menghirup aroma sampo yang sering dipakai ibu untuk mencuci rambut saya. Bagi saya dan Tom, aroma wangi itu membawa gejolak emosional dan kenangan manis tentang orang-orang terkasih yang telah tiada.

Oliver Wendell Holmes berkata, “Segala kenangan, khayalan, perasaan nostalgia, dan keterikatan lebih mudah tergapai kembali melalui indra penciuman dibandingkan melalui indra lainnya.”

Jadi, apa yang akan terjadi ketika hidup kita menjadi bau harum yang menarik orang-orang kepada Allah? Dalam 2 Korintus 2:15 dituliskan, “Bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.” Bau keharuman kita itu menyenangkan Allah, tetapi bau itu juga dapat menarik orang lain kepada Allah atau justru menjauhkan mereka dari-Nya. Kita yang memahami arti pengorbanan Yesus mendapatkan kesempatan untuk menjadi “bau yang harum dari Kristus”–sebuah pengingat akan Dia–bagi orang lain.

Bau yang harum dari keserupaan kita dengan Kristus dapat memikat sesama kepada Sang Juruselamat. —CHK

Tanganku kerja bagi-Nya,
Kakiku mengikut-Nya;
Mataku memandang Yesus;
Yang kupuji Dialah! —James
(Kidung Jemaat, No. 363)

Ketika kita berjalan bersama Allah, bau harum yang kita pancarkan bisa menarik orang lain untuk ikut percaya.

Kandungan Bahan Yang Sehat

Sabtu, 26 Oktober 2013

Kandungan Bahan Yang Sehat

Baca: Amsal 4:14-27

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. —Amsal 4:23

Istri saya, Martie, adalah seorang pembelanja yang berhati-hati dalam membeli makanan yang sehat dan bergizi. Semenarik apa pun kemasannya, ia selalu memeriksa dahulu daftar kandungan bahan di bagian belakang kemasan itu. Banyaknya kata yang sulit dieja biasanya menunjukkan adanya kandungan bahan pengawet yang akan merusak nutrisi yang baik. Martie selalu mengembalikan barang-barang itu ke rak pajang dan melanjutkan usahanya untuk mencari label kemasan yang berisi daftar bahan makanan alami yang bermanfaat bagi kesehatan.

Saya sering berpikir bahwa kebiasaan Martie dalam berbelanja itu sangat mirip dengan apa yang dicari Allah di dalam hidup kita: Tidak peduli semenarik apa pun penampilan luar kita, yang penting adalah yang ada di dalam batin kita. Tidaklah mengherankan bahwa penulis hikmat dalam kitab Amsal mengingatkan kita untuk menjaga apa saja yang masuk ke dalam hati kita, “karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23). Mengenakan busana yang pantas dan menjaga kondisi tubuh supaya tampak awet muda tidaklah begitu penting jika ternyata hati kita dipenuhi dengan keserakahan, kebencian, gerutu, sikap mengasihani diri sendiri, dan kandungan-kandungan lainnya yang justru merusak diri.

Jadi, tanyakan kepada diri Anda sendiri: Ketika orang lain memandang saya melampaui penampilan saya, apakah mereka bisa mengalami ungkapan hati saya yang penuh dengan kandungan bahan yang menyehatkan dan memuliakan Kristus? Dengan memiliki kemurahan hati, kebaikan, kesabaran, dan belas kasihan, kita akan dapat mencerminkan sifat Kristus yang indah. —JMS

Tuhan, ajarku untuk menghargai hatiku lebih daripada penampilanku.
Beriku hikmat untuk memupuk bahan di dalam diriku
yang akan menjadikan hatiku sebagai mata air kehidupan
bagi mereka yang bertemu denganku hari ini.

Isi hati Anda jauh lebih penting daripada penampilan luar Anda.

Sangat Indah Di Dalam

Jumat, 11 Oktober 2013

Sangat Indah Di Dalam

Baca: Roma 8:1-11

Keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. —Roma 8:6

Di pinggir suatu jalan yang ramai terletak sebuah rumah yang terlihat biasa-biasa saja. Orang bisa saja melewatkannya karena rumah itu tidak punya ciri khas apa pun. Namun beberapa hari yang lalu ketika melewatinya, saya melihat ada papan tanda “Dijual” di halamannya. Sebuah tulisan yang lebih kecil ditambahkan pada papan tersebut yang mengumumkan dengan nada riang: “Masuklah, aku sangat indah di dalam.” Meski saya tidak sedang mencari rumah baru, tanda yang terpampang itu memikat saya. Hal apa yang dapat membuat rumah yang terlihat biasa dari luar itu sangat indah di dalamnya?

Hal ini juga membuat saya bertanya-tanya: Apakah tanda tersebut juga berlaku bagi kita sebagai pengikut Yesus? Pikirkanlah. Bagaimanapun penampilan luar kita, bukankah seharusnya di dalam batin kita terdapat kecantikan yang memancarkan kasih dan karya Allah dalam hidup kita?

Apa yang dikatakan Alkitab mengenai kecantikan di dalam batin? Kita dapat memulai dari Roma 7:22, yang mengatakan, “Sebab di dalam batinku, aku suka akan hukum Allah.” Beberapa ayat berikutnya dalam Roma 8:6, Paulus berbicara tentang pikiran yang dikuasai oleh Roh Kudus dan bercirikan “hidup dan damai sejahtera.” Dan di kitab Galatia, kita melihat bahwa jika kita membiarkan Roh Kudus mengendalikan batin kita, maka di dalam diri kita akan tumbuh “buah Roh” (5:22), suatu rangkaian kualitas diri yang indah seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, dan kemurahan.

Bersukacita di dalam firman Allah dan mengizinkan Roh Kudus bekerja di dalam hati kita akan memperindah batin kita—dan akan membuahkan hidup yang memuliakan Allah. —JDB

Ya Tuhan, aku berdoa agar melalui karya Roh-Mu di dalamku,
aku diubahkan sehingga hidupku akan menampilkan
keindahan buah Roh yang akan menarik orang lain
kepada-Mu dan mencerminkan kemuliaan nama-Mu.

Kebenaran dalam hati Anda akan melahirkan keindahan dalam karakter Anda.

Berani Main Warna

Minggu, 29 September 2013

Berani Main Warna

Baca: 1 Korintus 4:10-17

Ikutlah teladan saya, seperti saya pun mengikuti teladan Kristus. —1 Korintus 11:1 BIS

Sebuah iklan radio untuk sebuah merek jam tangan menyarankan para pendengarnya agar membeli jam tangan dengan tali berwarna cerah, dan kemudian memadukannya dengan pakaian yang berbeda warnanya. Ketika orang memperhatikan jam tangan Anda karena warnanya yang kontras, iklan itu berkata, “Mereka akan melihatmu ‘berani main warna.’ Mereka pun ingin menjadi seperti dirimu.” Ada sesuatu di dalam diri kita yang merasa senang jika orang lain meneladani kita.

Jika Anda membaca 1 Korintus pasal ke-4 dengan sambil lalu, Anda mungkin mengira Rasul Paulus berbicara dengan nada sombong ketika ia mendorong orang-orang supaya mengikuti teladannya yang rela berkorban (ay.16). Namun jika kita lebih cermat memperhatikan perkataan Paulus, kita akan mengerti mengapa ia menulis dengan begitu percaya diri. Ia dapat mendorong orang lain untuk meneladani dirinya karena ia sendiri meneladani Kristus (11:1), Hamba yang terbesar dari segala hamba.

Seluruh penganiayaan yang dideritanya dan kedudukannya di dalam gereja (4:10-17) telah diperoleh karena Paulus mengikut Yesus. Paulus menyebutkan bahwa sekalipun jemaat di Korintus memiliki 10.000 guru, dirinya akan tetap menjadi bapa rohani mereka (ay.15). Dengan pernyataannya ini, ia hendak menyatakan bahwa Yesuslah satu-satunya alasan bagi seseorang untuk mempercayai ajarannya.

Jika kita menginginkan supaya orang lain mengikuti teladan kita, kita harus pertama-tama mengikuti teladan Tuhan kita. Jika ada sesuatu yang membuat orang lain mau mengikuti teladan kita—jika kita pun mempunyai keberanian untuk menuntun orang lain kepada Sang Juruselamat—biarlah Dia, bukan kita, yang menjadi alasannya. —AMC

Sukacita dalam mengikut Yesus Tuhan
Dan setiap hari mempercayai pimpinan-Nya
Menjadikan kita teladan yang terlihat nyata
Layak diikuti saat sesama diterpa cobaan. —Sper

Orang lain masih boleh meneladani kita selama kita masih meneladani Kristus.

Selalu Membawa Perbaikan

Minggu, 18 Agustus 2013

Selalu Membawa Perbaikan

Baca: Kolose 3:12-17

Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. . . . Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih. —Kolose 3:12,14

Ketika saya hendak meninggalkan rumah, ada kalanya istri saya, Martie, menghentikan saya dan berkata, “Kau tak bisa pergi ke kantor dengan berpakaian seperti itu!” Biasanya hal itu terjadi ketika dasi yang saya pakai tidak cocok dengan jaket atau ketika warna celana panjang yang saya kenakan tidak sesuai dengan jas saya. Walaupun mempertanyakan penampilan bisa terasa seperti menghina selera saya, saya menyadari bahwa koreksi yang diberikan Martie selalu membawa perbaikan bagi saya.

Alkitab sering mendorong kita untuk “mengenakan” perilaku dan tindakan yang sesuai dengan identitas kita di dalam Kristus. Terkadang kita dikenal dari cara kita berpakaian, tetapi kita dapat membuat Yesus dikenal orang lain dengan cara mengenakan perilaku dan tindakan yang menunjukkan kehadiran-Nya di dalam hidup kita. Rasul Paulus menasihatkan kita untuk memiliki standar penampilan dengan cara menunjukkan perilaku dan tindakan Yesus, yaitu belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan pengampunan (Kol. 3:12-13). Lalu, ia menambahkan, “di atas semuanya itu: kenakanlah kasih . . . . Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu” (ay.14-15).

Mengenakan keserupaan dengan Yesus diawali dengan cara meluangkan waktu bersama-Nya. Jika Anda mendengar-Nya berkata, “Kau tak bisa keluar berpakaian seperti itu!”, izinkan Dia dengan kasih-Nya menuntun Anda kembali ke perbendaharaan pakaian-Nya agar Dia dapat menghiasi Anda dalam keserupaan dengan-Nya. Itu akan selalu membawa perbaikan bagi Anda! —JMS

Tuhan, tolong kami untuk melihat diri kami sebagaimana Engkau
melihatnya. Oleh Roh-Mu, ajar kami untuk menghiasi hidup dengan
perilaku dan tindakan yang Engkau kehendaki dari kami sebagai
pernyataan kepada orang lain tentang identitas kami di dalam-Mu.

Mengenakan perilaku dan tindakan Yesus pada diri kita menunjukkan kehadiran-Nya di dalam hidup kita.

Menjaga Citra Anda

Senin, 8 April 2013

Menjaga Citra Anda

Baca: Kolose 3:1-14

Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. —Kolose 3:14

Sebuah ritel busana ternama mensyaratkan kepada pramuniaga mereka untuk berpakaian seperti para model iklan yang terpampang pada jendela tokonya. Praktek ini disebut sebagai “menjaga citra merek”. Pemikiran di balik praktek ini adalah para pembeli cenderung akan membeli pakaian karena ingin terlihat seperti orang-orang yang mereka lihat mengenakan pakaian itu.

Dalam budaya yang mementingkan kepuasan konsumen, amat mudah tergoda untuk berpikiran bahwa kita dapat “membeli” penerimaan dengan jalan memakai benda-benda yang juga dipakai orang tersohor. Pihak penjual hendak membuat kita percaya bahwa dengan terlihat cantik atau tampan, kita akan disukai orang lain.

Terkadang kita bahkan meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita dapat membawa orang menjadi pengikut Allah dengan cara membuat diri kita tampil menarik bagi dunia. Namun Alkitab dengan jelas menyatakan yang benar-benar penting bagi Allah. Dia menginginkan kita terlihat seperti Yesus dalam karakter kita. Dengan kata lain, Yesus menjadi “merek” kita, karena kita terus dijadikan serupa dengan gambaran-Nya (Rm. 8:29). Kita menarik orang lain kepada Kristus ketika kita mengenakan sifat-sifat-Nya, yang meliputi belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran (Kol. 3:12), dan kasih sebagai yang terutama (ay.14).

Daripada memoles dan menjaga citra diri kita sendiri, kita perlu menjaga dan mencerminkan gambaran Allah, yang sedang terus disempurnakan di dalam kita melalui Kristus. —JAL

‘Ku mau serupa, Tuhan yang mulia,
Inilah doa harapanku.
Rela buangkan semua hartaku,
‘Tuk mendapatkan Yesus Kristus. —Chisholm
(Kidung Puji-Pujian Kristen, No. 291)

Salah satu peran Roh Kudus adalah membentuk keserupaan dengan Kristus di dalam diri kita.