Dasar yang Teguh
Jumat, 2 Juni 2017
Baca: Lukas 6:46-49
6:46 “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?
6:47 Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya—Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan—,
6:48 ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.
6:49 Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.”
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
“Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?” —Lukas 6:46
Sebuah salib besar dan bersinar berdiri tegak di Table Rock, dataran tinggi berbatu yang menghadap ke arah kampung halaman saya di kaki bukit. Beberapa rumah dibangun berdekatan dengan daerah perbukitan tersebut. Namun, baru-baru ini pemilik rumah-rumah itu telah dipaksa pindah karena alasan keselamatan. Meskipun lokasinya dekat dengan batuan dasar Table Rock yang kukuh, rumah-rumah itu tidaklah aman. Rumah-rumah tersebut telah bergeser dari fondasi mereka—hampir 8 cm setiap harinya— hingga membawa risiko terjadinya kerusakan besar-besaran pada saluran pipa yang dapat mempercepat longsor.
Yesus membandingkan mereka yang mendengar dan menaati perkataan-Nya dengan orang yang membangun rumah mereka di atas batu (Luk. 6:47-48). Rumah tersebut akan bertahan menghadapi badai. Sebaliknya, Dia berkata bahwa rumah yang tidak dibangun di atas dasar yang kuat, yakni orang-orang yang tidak mendengarkan perkataan-Nya, takkan bertahan menghadapi banjir.
Saya sering tergoda untuk mengabaikan bisikan hati nurani saya ketika Allah meminta lebih daripada apa yang sudah saya berikan kepada-Nya. Saya berpikir respons saya “sudah cukup mendekati” apa yang dikehendaki-Nya. Namun, rumah-rumah perbukitan yang terus bergeser itu telah membukakan kepada saya bahwa menaati Tuhan tidak cukup hanya “dekat”. Untuk menjadi seperti orang yang membangun rumahnya di atas dasar yang teguh dan bertahan menghadapi badai kehidupan yang begitu sering melanda, kita perlu menghayati firman Tuhan sepenuhnya. —Kirsten Holmberg
Tuhan, tolong aku agar dapat menaati-Mu sepenuhnya dan dengan segenap hatiku. Terima kasih karena Engkau telah menjadi dasar yang teguh bagiku.
Firman Allah adalah satu-satunya dasar kehidupan yang teguh.
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 17-18 dan Yohanes 13:1-20
Tuhan ajar Angki bukan hanya dekat dengan Tuhan tapi dekatkan, bukakan jalan buat Angki dan mentaati perintah Allah Bapa disorga. amin.. Haleluya
Halleluyah…Puji Tuhan
luar biasa renungan ini sama dengan goncangan yg aku alami tetapi Yesus adalah dasar hidupku
amin
AMINNN:) GBU SEMUA
tuhan ajari aku untuk selalu dekat akan padamu. dan selalu berpengharap padamu. bentuk aku menjadi yang lebih baik lagi. halleluya amin
Tuhan tolong aku agar melalui kuasa rohol kudusmu, hambamu bersama keluargaku, dapat dengan teguh dan kokoh menjalankan kehidupan ini seiring dengan kehendakmu, Amin
Berbahagialah org yg mendengar Firman dan melakukannya. Amin.
Amin
amen
haleluya
Amin.
Amin
haleluya
amin
Amen.
amin
Tak cukup hanya mulut yang memuji.. Hidup memberi diri, melakukan firman MU… Itulah pujian sejati…. Amin
amin..smoga kita sebagai manusia juga menaati sgala peraturan yang sdah ada…GBU forever..
Terima kasih Tuhan.Krn firmanMu adalah satu2nya yg menjadi dasar yg teguh bagi kehidupanku.Amin
Haleluya… ajar kami Tuhan
Dasar yang kuat terhadap pengenalan kepada Tuhan akan menuntun kehidupan kita selanjutnya..
Amin, Gbu
Amen
Amen
Amin