Pengejaran

Selasa, 3 Januari 2012

Baca: Amsal 2:1-9

Jikalau engkau mencari [hikmat] seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam. —Amsal 2:4

Ketika suami saya, Carl, berusaha untuk mengenal saya ketika kami dalam masa pacaran, ia sangat serius melakukannya. Ia menelepon saya. Ia menulis surat. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang penuh perhatian. Ia membelikan saya bunga, permen, buku, makan malam dan hadiah-hadiah lainnya. Ia menggunakan banyak waktu dan tenaga dalam usahanya untuk mengenal saya.

Jauh pada abad ke-10 SM, Salomo mendorong adanya suatu komitmen serius semacam itu untuk mengejar suatu hal yang lain, yaitu hikmat. Definisi hikmat menurut kamus, yakni “memahami apa yang benar, tepat, atau bernilai abadi”, terdengar sangat penting, jika kita menginginkan suatu hidup yang memuliakan Allah kita yang kudus.

Mungkin inilah alasan mengapa Salomo menggunakan begitu banyak kata kerja aktif dalam Amsal 2 untuk menjelaskan usahausaha yang perlu kita lakukan untuk memperoleh hikmat. Ia berkata supaya kita “memperhatikan hikmat,” “mencenderungkan hati,” “berseru,” “menujukan suara”, “mencarinya,” dan “mengejarnya” (ay.2-4).

Mencari hikmat memang membutuhkan usaha, dan Kitab Suci memberitahu di mana kita dapat menemukannya: “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.” Tuhan tidak menyimpan hikmat untuk diri-Nya sendiri;

“Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur” (ay.6-7). Carilah Tuhan dengan segenap hati Anda. Dialah sumber dari segala hikmat bagi hidup Anda. —AMC

Apa untungnya ketika hidup di bumi berakhir,
Meski banyak hikmat dunia kuraih,
Jika aku gagal mencari pengetahuan
Untuk memperoleh hikmat Allah?—Nelson

Anda dapat memperoleh banyak pengetahuan, tetapi hikmat sejati hanya berasal dari Tuhan.

Bagikan Konten Ini
2 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *