Posts

Manifes Surgawi

Senin, 30 November 2015

Manifes Surgawi

Baca: Lukas 10:17-24

10:17 Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.”

10:18 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.

10:19 Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.

10:20 Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.”

10:21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.

10:22 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.”

10:23 Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.

10:24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”

Bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga. —Lukas 10:20

Manifes Surgawi

Di gerai masuk pesawat Kenya Airways, saya menyerahkan paspor untuk verifikasi. Ketika petugas mencari nama saya dalam manifes—dokumen yang berisi daftar nama penumpang, nama saya tidak ada. Masalahnya? Pemesanan berlebih dan kurangnya konfirmasi. Hilanglah harapan saya untuk pulang hari itu.

Peristiwa itu mengingatkan saya pada sebuah manifes lain, yakni Buku Kehidupan. Di Lukas 10, Yesus mengutus para murid-Nya untuk melakukan misi penginjilan. Saat kembali, mereka dengan sukacita melaporkan keberhasilan mereka. Namun Yesus berkata kepada mereka, “Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga” (ay.20). Yang membuat kita bersukacita bukanlah hanya karena kita berhasil, tetapi karena nama kita tertulis di dalam Buku Allah.

Namun bagaimana kita bisa yakin akan hal itu? Firman Allah memberitahukannya kepada kita, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Rm. 10:9).

Di Wahyu 21, Yohanes memberikan gambaran yang menakjubkan tentang sebuah Kota Kudus yang menanti mereka yang percaya kepada Kristus, “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu” (ay.27).

Kitab Kehidupan itu adalah manifes surgawi milik Allah. Apakah namamu tertulis di dalamnya? —Lawrence Darmani

Bapa Surgawi, terima kasih atas karunia Anak-Mu, yang berjanji untuk menyediakan tempat bagi kami. Kami juga berterima kasih karena Engkau sedang mempersiapkan kami untuk tempat tersebut.

Allah membuka pintu surga bagi mereka yang membuka hati kepada-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 37-39; 2 Petrus 2

Air dan Kehidupan

Minggu, 1 November 2015

Air dan Kehidupan

Baca: Yohanes 4:1-15

4:1 Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes

4:2 –meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, —

4:3 Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea.

4:4 Ia harus melintasi daerah Samaria.

4:5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.

4:6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.

4:7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.”

4:8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.

4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)

4:10 Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”

4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?

4:12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?”

4:13 Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,

4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”

4:15 Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.”

Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.” —Yohanes 4:13-14

Air dan Kehidupan

Ketika Dave Mueller mengulurkan tangannya dan memutar pegangan keran, air pun mengalir deras dari keran ke dalam sebuah ember. Orang-orang di sekitarnya bertepuk tangan. Mereka merayakan hadirnya air bersih yang segar mengalir di lingkungan mereka untuk pertama kalinya. Memiliki sumber air bersih akan mengubah hidup masyarakat di Kenya itu.

Dave dan istrinya, Joy, bekerja keras memenuhi kebutuhan masyarakat di sana melalui penyediaan air bersih. Namun pelayanan mereka tidak berhenti sampai di situ. Sembari menolong penduduk untuk menikmati air bersih, keduanya juga bersaksi tentang Yesus Kristus kepada mereka.

Dua ribu tahun lalu, Yesus duduk di pinggir sebuah sumur di Samaria dan berbicara dengan seorang wanita yang sedang menimba air minum untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya. Namun Yesus mengatakan kepada wanita itu bahwa air yang jauh lebih dibutuhkannya adalah air hidup untuk keselamatan jiwanya.

Meski sejarah terus bergulir dan kehidupan manusia semakin maju, tetapi dua kebenaran berikut ini masih berlaku: Tanpa air bersih, kita akan mati. Terlebih penting lagi, tanpa Yesus Kristus, sumber air hidup, kita pasti mati dalam dosa-dosa kita.

Air memang penting bagi keberadaan kita—baik air bersih untuk kehidupan jasmani maupun air hidup dari Yesus untuk kehidupan rohani kita. Sudahkah kamu menikmati air hidup yang disediakan oleh Yesus, sang Juruselamat? —Dave Branon

Terima kasih, ya Yesus, karena Engkau menjadi air hidup bagi kami. Terima kasih atas kerelaan-Mu untuk mati di kayu salib dan atas kuasa-Mu untuk bangkit dari kematian demi menyediakan air hidup itu bagi kami.

Hanya Yesus yang memiliki air hidup untuk memuaskan jiwa kita yang dahaga.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 24-26; Titus 2

Diperbaiki atau Diganti?

Sabtu, 31 Oktober 2015

Diperbaiki atau Diganti?

Baca: 2 Korintus 5:14-21

5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.

5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

5:16 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.

5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.

5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.

5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. —2 Korintus 5:17

Diperbaiki atau Diganti?

Sudah tiba saatnya untuk memperbaiki kosen jendela di rumah kami. Maka saya pun mengelupaskan kosen itu, mengamplasnya, dan menggunakan dempul untuk membuat kosen kayu yang sudah tua itu siap dicat ulang. Setelah melakukan semua itu—termasuk melapisinya dengan cat dasar dan cat yang lumayan mahal—kosen itu terlihat cukup baik. Namun tetap saja tidak terlihat seperti baru lagi. Satu-satunya cara untuk membuat kosen itu terlihat baru adalah mengganti kayunya yang sudah tua.

Mungkin kita tidak mempermasalahkan ketika kosen jendela yang telah dimakan cuaca itu terlihat “cukup baik”. Namun beda halnya dengan hati yang rusak oleh dosa. Tidak cukup upaya kita untuk sekadar memperbaikinya. Dari sudut pandang Allah, kita butuh segala sesuatunya diubah menjadi baru (2Kor. 5:17).

Itulah indahnya keselamatan melalui iman kepada Yesus. Dia telah mati di atas salib sebagai korban untuk menebus kita dari dosa dan Dia bangkit dari kematian untuk memperlihatkan kuasa-Nya atas dosa dan maut. Alhasil, di mata Allah, iman kepada karya Kristus akan menjadikan kita “ciptaan baru” (2Kor. 5:17) dan menggantikan hidup yang lama dengan “hidup yang baru” (Kis. 5:20 BIS). Melalui Yesus dan karya-Nya di kayu salib bagi kita, Bapa Surgawi memandang setiap orang yang telah beriman kepada-Nya sebagai ciptaan baru yang tak bercela.

Dosa telah menyebabkan kerusakan besar. Kita tidak dapat memperbaikinya sendiri. Kita harus mempercayai Yesus sebagai Juruselamat dan mengizinkan Dia untuk memberikan kita hidup yang sama sekali baru. —Dave Branon

Bapa Surgawi, aku tahu bahwa dosa telah merusak hatiku. Aku mau percaya pada pengorbanan Yesus, Juruselamatku. Basuhlah dosa-dosaku dan jadikan aku pribadi yang baru. Terima kasih atas apa yang telah Yesus lakukan bagiku.

Hanya Yesus yang dapat memberimu hidup baru.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 22-23; Titus 1

Lebih Baik dari Bangun Tidur

Sabtu, 3 Oktober 2015

Lebih Baik dari Bangun Tidur

Baca: Lukas 23:33-43

23:33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.

23:34 Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.

23:35 Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.”

23:36 Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya

23:37 dan berkata: “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!”

23:38 Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: “Inilah raja orang Yahudi”.

23:39 Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!”

23:40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?

23:41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”

23:42 Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”

23:43 Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. —Lukas 23:43

Lebih Baik dari Bangun Tidur

Pernahkah kamu merasa bahwa hidupmu hancur karena kamu telah melakukan sesuatu yang membawa aib, memalukan, atau bahkan bersifat kriminal—tetapi kemudian kamu terbangun dan menyadari bahwa semua itu hanyalah mimpi? Namun bagaimana kalau semua itu benar-benar terjadi dan bukan hanya mimpi buruk? Bagaimana jika peristiwa dalam mimpi itu sungguh-sungguh dialami olehmu atau seseorang yang kamu kasihi?

Itulah keadaan yang diceritakan dalam novel dari abad ke-19 karya George MacDonald yang berjudul The Curate’s Awakening (Kesadaran Sang Pendeta). Kisahnya bercerita tentang seorang pendeta yang menyadari bahwa selama ini ia telah berkhotbah tentang Allah yang ia rasa tidak lagi dipercayainya. Di kemudian waktu, ia dipanggil untuk menjenguk seorang pemuda yang menderita depresi dan tengah sekarat karena dihantui oleh pembunuhan yang pernah dilakukannya.

Dalam pergumulan iman yang memilukan, pendeta itu kemudian menyadari sesuatu yang kita semua perlu sadari. Kelegaan yang dialami saat terbangun dari mimpi buruk tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan kesadaran bahwa pengampunan Allah itu benar-benar nyata dan bukan angan-angan belaka.

Di mana kita akan menemukan belas kasihan yang kita butuhkan? Belas kasihan itu ditemukan di dalam Yesus, yang pada saat disalib berkata kepada penjahat yang berpaling kepada-Nya di tengah penderitaannya, “Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:43). —Mart DeHaan

Bapa di surga, tolong kami untuk percaya bahwa pengampunan-Mu atas kami sepadan dengan penebusan yang Engkau tanggung demi keselamatan kami.

Kita diselamatkan oleh belas kasihan Allah, bukan oleh usaha kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 17-19; Efesus 5:17-33

Seekor Lalat Pengingat

Senin, 21 September 2015

Seekor Lalat Pengingat

Baca: Pengkhotbah 9:4-12

9:4 Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.

9:5 Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.

9:6 Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.

9:7 Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.

9:8 Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.

9:9 Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.

9:10 Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.

9:11 Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.

9:12 Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.

Siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan. —Pengkhotbah 9:4

Seekor Lalat Pengingat

Ketika pertama kali saya mulai bekerja di ruangan kantor kecil yang sekarang saya sewa, penghuni lainnya di sini hanyalah beberapa ekor lalat yang nasibnya mengenaskan. Ada beberapa yang telah mati, dengan bangkai yang berserakan di lantai dan ambang jendela. Saya membuang semuanya kecuali satu ekor yang saya biarkan di tempat yang mudah terlihat.

Bangkai lalat tersebut mengingatkan saya untuk menjalani hidup dengan baik setiap hari. Kematian adalah pengingat yang sangat baik akan kehidupan, dan hidup ini adalah anugerah. Salomo berkata, “Siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan” (Pkh. 9:4). Menjalani hidup di atas bumi memberi kita kesempatan untuk mempengaruhi dan menikmati dunia di sekitar kita. Kita dapat makan dan minum dengan sukacita dan menikmati hubungan kita (ay. 7,9).

Kita juga dapat menikmati pekerjaan kita. Salomo menasihatkan, “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga” (ay.10). Apa pun keterampilan atau pekerjaan atau peran kita dalam hidup ini, kita masih dapat melakukan hal-hal yang berarti, dan melakukannya dengan baik. Setiap hari kita dapat memberi semangat, mendoakan, dan mengungkapkan kasih kepada sesama dengan ketulusan hati.

Penulis kitab Pengkhotbah berkata, “Waktu dan nasib dialami mereka semua. Karena manusia tidak mengetahui waktunya” (9:11-12). Memang mustahil untuk mengetahui kapan hidup kita di dunia ini akan berakhir, tetapi sukacita dan tujuan hidup dapat kamu alami hari ini ketika kamu mengandalkan kekuatan dari Allah dan bergantung pada janji hidup kekal yang diberikan Yesus (Yoh. 6:47). —Jennifer Benson Schuldt

Ya Allah, tolong kami untuk dapat mengatur waktu kami dengan baik dan menikmati kebaikan yang ada di dunia kami hari ini. Terima kasih untuk janji hidup kekal yang kami terima melalui Anak-Mu, Yesus Kristus.

Inilah hari yang dijadikan Tuhan. Marilah bersorak-sorak dan bersukacita.

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 7-9; 2 Korintus 13

Karena Begitu Besar Kasih Allah

Minggu, 13 September 2015

Karena Begitu Besar Kasih Allah

Baca: Yohanes 3:13-19

3:13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.

3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,

3:15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

3:17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

3:18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Yesus berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” —Lukas 23:34

Karena Begitu Besar Kasih Allah

Tanggal 28 Juli 2014, menandai peringatan ke-100 tahun dimulainya Perang Dunia I. Di Inggris, banyak diskusi dan dokumentasi yang ditayangkan oleh media untuk memperingati awal terjadinya konflik 4 tahun tersebut. Bahkan salah satu episode dari program TV berjudul Mr. Selfridge, yang berlatar belakang toko serba ada yang memang terdapat di London, bercerita tentang para karyawan pria berusia muda yang pada tahun 1914 ikut mengantre untuk menjadi relawan di Angkatan Darat. Ketika mengamati gambaran dari sikap rela berkorban itu, saya sangat terharu. Para tentara yang ditampilkan itu masih begitu muda dan bersemangat, sementara kemungkinan mereka untuk kembali hidup-hidup dari pertempuran sangatlah kecil.

Meskipun Yesus tidak pergi berperang untuk mengalahkan musuh duniawi, Dia pergi menuju salib untuk mengalahkan musuh utama manusia, yaitu dosa dan kematian. Yesus datang ke dunia untuk membuktikan kasih Allah yang dinyatakan dalam tindakan dan mengalami kematian yang begitu mengerikan supaya dosa kita dapat diampuni. Dia bahkan rela mengampuni orang yang mencambuk dan menyalibkan-Nya (Luk. 23:34). Dia pun menaklukkan maut dengan kebangkitan-Nya dan sekarang kita dapat menjadi bagian dari keluarga Allah yang kekal (Yoh. 3:13-16).

Peringatan berupa perayaan atau monumen mengingatkan kita akan peristiwa sejarah dan kepahlawanan yang penting. Salib mengingatkan kita pada kematian Yesus yang penuh derita dan keindahan dari pengorbanan-Nya bagi keselamatan kita. —Marion Stroud

Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau begitu mengasihiku sehingga Engkau meninggalkan rumah-Mu di surga, datang ke dunia, dan rela disalibkan demi diriku. Terima kasih karena Engkau telah membayar hukuman atas dosa-dosaku dan mengampuniku.

Salib Yesus adalah bukti terbesar dari kasih Allah. —Oswald Chambers

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 16-18; 2 Korintus 6

Di dalam Taman

Jumat, 11 September 2015

Di dalam Taman

Baca: Matius 26:36-42

26:36 Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.”

26:37 Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar,

26:38 lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.”

26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

26:40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?

26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”

Ya Bapaku . . . jadilah kehendak-Mu! —Matius 26:42

Di dalam Taman

Nenek moyang saya adalah kaum perintis di Michigan. Mereka membuka lahan, bercocok tanam, dan mengolah kebun untuk menghasilkan makanan untuk keluarga mereka. Bakat bertani ini turun-temurun sepanjang beberapa generasi. Ayah saya dibesarkan di suatu perkebunan di Michigan dan sangat suka berkebun, dan itu salah satu alasan saya suka berkebun dan bau tanah yang subur. Mengolah tanaman yang menghasilkan bunga-bunga indah dan memelihara bunga mawar yang bau harumnya menghiasi kebun kami adalah pengisi waktu senggang yang sangat menyenangkan bagi saya. Andai saja tidak ada rumput liar, semuanya akan menjadi sempurna!

Ketika saya harus menghadapi rumput liar, saya teringat pada taman Eden; sebuah taman yang sempurna sebelum Adam dan Hawa melanggar perintah Allah. Akibat ketidaktaatan itu, duri dan onak pun harus dihadapi oleh mereka dan setiap orang yang mengolah tanah sejak saat itu (Kej. 3:17-18).

Alkitab juga menyebutkan taman lain, yaitu taman Getsemani tempat Kristus yang sedang begitu tertekan memohon kepada Bapa-Nya agar mencari jalan lain untuk memutarbalikkan akibat dosa yang berawal di taman Eden. Di Getsemani, Yesus berserah kepada Bapa-Nya dengan mengucapkan kata-kata yang menunjukkan ketaatan-Nya yang penuh dalam menghadapi kesengsaraan besar: “Jadilah kehendak-Mu!” (Mat. 26:42).

Karena Yesus berserah di taman itu, sekarang kita menuai berkat dari anugerah-Nya yang luar biasa. Kiranya anugerah itu menuntun kita untuk berserah kepada-Nya yang akan membersihkan dosa dari hidup kita. —Joe Stowell

Tuhan, terima kasih untuk harga luar biasa yang Engkau bayar demi membebaskanku dari dosa. Kiranya kesadaran akan kemenangan-Mu mendorongku untuk menolak dosa yang menghalangi kesanggupanku untuk hidup berbuah bagi-Mu.

Pertumbuhan rohani terjadi ketika iman dipupuk.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 10-12; 2 Korintus 4

Bersambung

Minggu, 6 September 2015

Bersambung

Baca: 1 Korintus 15:50-58

15:50 Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.

15:51 Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah,

15:52 dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.

15:53 Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.

15:54 Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: “Maut telah ditelan dalam kemenangan.

15:55 Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?”

15:56 Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.

15:57 Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Maut telah ditelan dalam kemenangan. —1 Korintus 15:54

Bersambung

Bertumbuh di era 1950-an, saya sering menonton film pada Sabtu siang di bioskop di wilayah kami. Selain tayangan kartun dan film utama, ada sebuah film seri petualangan yang selalu berujung dengan sang jagoan sedang berada di ujung tanduk. Di saat sepertinya tidak ada jalan keluar, setiap episode film seri itu akan ditutup dengan kata “Bersambung . . .”

Rasul Paulus tidak asing dengan keadaan-keadaan yang mengancam nyawanya. Ia pernah dipenjara, didera, dilempari dengan batu, dan mengalami karam kapal di dalam usahanya memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus kepada orang banyak. Paulus tahu bahwa suatu hari nanti, ia akan mati, tetapi ia tidak pernah menganggap hal itu sebagai akhir segalanya. Ia menulis kepada umat Tuhan di Korintus, “Sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: ‘Maut telah ditelan dalam kemenangan’” (1Kor. 15:54). Paulus begitu bersemangat memberi tahu sesamanya bahwa Yesus, Juruselamat kita telah menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib agar melalui iman di dalam Dia, kita dapat menerima pengampunan atas segala dosa kita dan memperoleh hidup kekal.

Kita tidaklah seperti jagoan dalam film yang selalu berhasil selamat dari kematian. Akan datang saatnya ketika nyawa kita di bumi ini akan berakhir, baik oleh kematian atau oleh kembalinya Kristus. Namun oleh anugerah dan kemurahan Allah, kisah hidupmu dan saya masih akan “bersambung”. —David McCasland

Bapa, kami memuliakan-Mu atas anugerah kehidupan kekal dari-Mu dan bersama-sama dengan Paulus, kami berseru, “Syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1Kor. 15:57).

Kristuslah harapan kita, baik dalam kehidupan maupun kematian.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 148-150; 1 Korintus 15:29-58

Photo credit: Hernan Piñera / Foter / CC BY-SA

Bukan Ucapan Selamat Jalan

Senin, 13 Juli 2015

Bukan Ucapan Selamat Jalan

Baca: Filipi 4:1-9

4:1 Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!

4:2 Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.

4:3 Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.

4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

4:5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!

4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

4:9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

Apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. —Filipi 4:9

Bukan Ucapan Selamat Jalan

Francis Allen pernah membimbing saya untuk mengenal Yesus, dan hampir tiba saatnya bagi Francis untuk berpulang dan bertemu Yesus muka dengan muka. Saya berada di rumahnya ketika waktunya makin dekat untuk mengucapkan selamat jalan. Saya ingin mengucapkan sesuatu yang berkesan dan berarti.

Hampir satu jam, saya berdiri di samping ranjangnya. Ia tertawa begitu lepas mendengar cerita saya. Setelah itu kami pun berbincang serius, dan dengan sisa-sisa tenaganya, ia membahas beberapa bagian dalam hidup saya yang menurutnya masih perlu diperbaiki. Saya mendengarkannya, sambil mencari cara untuk mengucapkan selamat jalan kepadanya.

Sebelum saya sempat bicara, ia berkata, “Randy, ingatlah apa yang selalu kukatakan kepadamu. Tak ada yang perlu kita takuti karena kita tahu akhir kisahnya. Aku tak takut. Lakukan saja apa yang kuajarkan padamu.” Kata-katanya yang menantang itu mengingatkan saya pada perintah Paulus kepada orang percaya di Filipi: “Apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu” (Flp. 4:9).

Mata Francis di pertemuan terakhir saya itu memancarkan semangat yang sama seperti ketika pertama kali saya bertemu dengannya. Rasa takut tidak ada sama sekali dalam hatinya.

Begitu besar pengaruh Francis dalam kata-kata yang saya tulis, kisah yang saya ceritakan, dan orang-orang yang saya layani. Di sepanjang jalan hidup kita, marilah kita mengingat orang-orang yang telah membimbing kita bertumbuh di dalam iman. —Randy Kilgore

Siapa yang menjadi pembimbingmu? Apakah kamu membimbing orang lain?

Hiduplah sedemikian rupa sehingga ketika orang mengenalmu, mereka ingin mengenal Kristus.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 7–9; Kisah Para Rasul 18