Posts

Iman yang Tabah

Jumat, 28 Februari 2020

Iman yang Tabah

Baca: Kisah Para Rasul 27:27-38

27:27 Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan.

27:28 Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa.

27:29 Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang.

27:30 Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan.

27:31 Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.”

27:32 Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut.

27:33 Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: “Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa.

27:34 Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.”

27:35 Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan.

27:36 Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga.

27:37 Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa.

27:38 Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu.

Kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan.—Roma 5:3

Iman yang Tabah

Ernest Shackleton (1874-1922) pernah gagal saat memimpin ekspedisi untuk melintasi Antartika pada tahun 1914. Ketika kapalnya yang diberi nama “Ketabahan” terperangkap es tebal di Laut Weddell, perjalanan tersebut berubah menjadi lomba untuk bertahan hidup. Tanpa dapat berkomunikasi sama sekali dengan dunia luar, Shackleton dan krunya menggunakan sejumlah sekoci untuk melakukan perjalanan ke pantai terdekat di Pulau Gajah. Sementara sebagian besar kru tetap bertahan di pulau tersebut, Shackleton dan lima awak kapal menempuh perjalanan sejauh 1.287 km selama dua minggu menyeberangi samudra sampai tiba di Georgia Selatan untuk meminta bantuan bagi mereka yang masih tertinggal di pulau. Ekspedisi “gagal” tersebut berubah menjadi catatan kemenangan dalam buku-buku sejarah ketika semua anak buah Schakleton selamat, berkat keberanian dan ketabahan mereka.

Rasul Paulus mengerti apa artinya tabah. Dalam pelayaran menuju Roma untuk menghadapi persidangan karena imannya kepada Yesus, Paulus mengetahui dari malaikat bahwa kapalnya yang diamuk badai akan tenggelam. Namun, Paulus tetap memberi semangat kepada semua orang yang bersamanya di kapal itu, karena Allah telah menjanjikan mereka semua akan selamat meskipun kapalnya karam (Kis. 27:23-24).

Ketika melapetaka datang, kita cenderung mengharapkan Allah akan segera membereskan semuanya. Namun, Allah memberikan iman agar kita tetap tabah, bertekun, dan bertumbuh. Paulus menulis kepada jemaat di Roma, “Kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan (ketabahan dalam terjemahan lain)” (Rm. 5:3). Kita yang mengetahui hal tersebut dapat menguatkan satu sama lain untuk tetap mempercayai Allah di masa-masa sulit.—LINDA WASHINGTON

WAWASAN
Perjalanan Paulus dari Yerusalem ke Roma menghabiskan waktu sekitar tiga tahun, dimulai dari penangkapannya di Yerusalem—yang terjadi jauh di Kisah Para Rasul 21:27! Penangkapan tersebut bukan disebabkan oleh kesalahan Paulus, tetapi karena sesama orang Yahudi yang membuat kerusuhan. Penangkapannya hampir berujung pada pencambukan (22:25-29) dan menyebabkan ia harus menjalani serangkaian persidangan oleh pejabat-pejabat Romawi—tetapi tidak satu pun yang berhasil menemukan kesalahan Paulus (26:30-32). Sebagai bagian dari hak warga negara Romawi, Paulus naik banding ke Kaisar, dan pilihan tersebut mengirimnya ke perjalanan yang di dalamnya termasuk peristiwa karam kapal dalam Kisah Para Rasul 27.—Bill Crowder

Bagaimana biasanya kamu menanggapi kesulitan yang terjadi? Bagaimana kamu dapat memberikan dorongan kepada seseorang yang sedang menghadapi masa-masa sulit?

Bapa Surgawi, aku membutuhkan pertolongan-Mu untuk tetap tabah, sekalipun aku merasa sulit untuk melakukannya.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 20-22; Markus 7:1-13

Handlettering oleh Catherine Tedjasaputra

Di Luar Konteks

Kamis, 14 Februari 2019

Di Luar Konteks

Baca: Yohanes 20:13-16

20:13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.”

20:14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.

20:15 Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.”

20:16 Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru.

Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. —Yohanes 20:14

Di Luar Konteks

Ketika sedang mengantre masuk ke pesawat, seseorang menepuk pundak saya. Saya pun menengok dan menerima sapaan hangat. “Elisa! Masih ingat aku? Aku Joan!” Saya berpikir keras mengingat-ingat sejumlah “Joan” yang saya kenal, tetapi yang ini tidak kunjung teringat. Apakah ia tetangga lama? Mantan rekan kerja? Oh tidak . . . saya benar-benar lupa.

Melihat kebingungan saya, Joan berkata, “Elisa, kita dulu teman SMA.” Sebuah kenangan muncul: pertandingan-pertandingan sepakbola Jumat malam, dan kami sama-sama menyoraki tim sekolah kami dari bangku penonton. Begitu konteksnya menjadi jelas, saya bisa mengenali Joan.

Setelah kematian Yesus, Maria Magdalena pergi ke kubur pagi-pagi, lalu mendapati batu sudah terguling dan jasad-Nya tidak ada (Yoh. 20:1-2). Maria berlari menemui Petrus dan Yohanes, lalu mereka ikut bersamanya untuk melihat kubur yang kosong (ay.3-10). Namun, Maria termenung di luar kubur dalam kesedihannya (ay.11). Ketika Yesus muncul di sana, “[Maria] tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus” (ay.14). Maria mengira Dia adalah tukang kebun (ay.15).

Bagaimana mungkin Maria tidak mengenali Yesus? Apakah tubuh kebangkitan-Nya telah jauh berubah sehingga sulit dikenali? Apakah kepedihan membutakannya untuk mengenali Yesus? Atau mungkin, seperti saya, karena Yesus telah berada “di luar konteks”, Dia hidup dan muncul di taman, sedangkan Maria berpikir Dia mati di dalam kubur, sehingga ia tidak mengenali-Nya?

Mungkinkah kita juga melewatkan Yesus ketika Dia datang di tengah keseharian kita—saat kita berdoa atau membaca Alkitab, atau saat Dia berbicara dalam hati kita? —Elisa Morgan

Tuhan, berilah kami mata untuk melihat Yesus, bagaimana pun caranya Dia datang—dalam konteks yang kami kenal maupun dengan cara-cara tak terduga.

Nantikanlah Yesus di tempat-tempat yang tak terduga.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 15-16; Matius 27:1-26

Takkan Dicengkeram

Rabu, 24 Oktober 2018

Takkan Dicengkeram

Baca: Kisah Para Rasul 2:22-36

2:22 Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.

2:23 Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.

2:24 Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.

2:25 Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.

2:26 Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,

2:27 sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.

2:28 Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.

2:29 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini.

2:30 Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya.

2:31 Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan.

2:32 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.

2:33 Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.

2:34 Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku:

2:35 Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.

2:36 Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.”

Karena tidak mungkin [Yesus] tetap berada dalam kuasa maut itu. —Kisah Para Rasul 2:24

Takkan Dicengkeram

Ketika berenang bersama teman-teman di Teluk Mexico, Caitlyn bertemu seekor hiu yang kemudian mencaplok kedua kakinya dan menarik tubuhnya. Caitlyn melawan dengan meninju hidung hiu tersebut. Ikan pemangsa itu pun melepaskan gigitannya dan akhirnya berenang menjauh. Ikan hiu itu tidak mampu untuk terus menahan Caitlyn dalam cengkeramannya, meskipun gigitan itu menimbulkan banyak luka dan membuat Caitlyn harus dirawat dengan lebih dari seratus jahitan.

Cerita itu mengingatkan saya pada fakta bahwa Yesus telah mengalahkan maut dengan telak dan menghabisi kuasanya yang mengintimidasi dan mengalahkan pengikut-pengikut-Nya. Petrus berkata, “Karena tidak mungkin [Yesus] tetap berada dalam kuasa maut itu” (Kis. 2:24).

Petrus menyampaikan kata-kata tersebut kepada orang banyak di Yerusalem. Mungkin banyak di antara mereka adalah orang yang sama yang pernah berteriak, “Salibkan Dia!” untuk mendakwa Yesus (Mat. 27:22). Akibatnya, para tentara Romawi memakukan Yesus pada kayu salib dan menggantung-Nya di sana sampai mereka yakin bahwa Dia sudah mati. Tubuh Yesus lalu dibawa ke makam tempat Dia dikuburkan selama tiga hari sampai Allah membangkitkan-Nya. Setelah kebangkitan Yesus, Petrus dan murid-murid lainnya berbincang dan makan bersama-Nya, dan setelah empat puluh hari, mereka melihat-Nya naik ke surga (Kis. 1:9).

Kehidupan Yesus di bumi berakhir dengan penderitaan fisik dan siksaan batin, tetapi akhirnya kuasa Allah menaklukkan maut. Karena itu, maut—atau pergumulan apa pun—tak mampu mencengkeram kita selamanya. Suatu hari nanti, semua orang percaya akan mengalami kehidupan kekal yang utuh di dalam hadirat-Nya. Perhatian yang kita pusatkan pada masa depan itulah yang akan menolong kita mengalami kemerdekaan pada masa kini. —Jennifer Benson Schuldt

Ya Tuhan Yesus, kemenangan-Mu atas kematian memberiku pengharapan! Aku memuji-Mu karena Engkau mati dan bangkit supaya aku beroleh hidup kekal.

Cengkeraman maut tidak akan sanggup mengalahkan kuasa Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 3-5; 1 Timotius 4

Jalan Kesengsaraan

Jumat, 30 Maret 2018

Jalan Kesengsaraan

Baca: Ibrani 10:1-10

10:1 Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.

10:2 Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya.

10:3 Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa.

10:4 Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.

10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki—tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku—.

10:6 Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.

10:7 Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.”

10:8 Di atas Ia berkata: “Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” —meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat—.

10:9 Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.

10:10 Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

Kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. —Ibrani 10:10

Jalan Kesengsaraan

Sepanjang Minggu Suci, kita mengenang hari-hari terakhir yang dijalani Yesus sebelum penyaliban-Nya. Jalan yang dilalui Yesus di antara jalanan kota Yerusalem untuk tiba di tempat penyaliban itu kini dikenal sebagai Via Dolorosa atau jalan kesengsaraan.

Namun, penulis kitab Ibrani melihat jalan yang ditempuh Yesus itu lebih dari sekadar jalan kesengsaraan. Jalan penderitaan yang ditanggung Yesus dengan rela hingga ke Golgota telah membuka “jalan yang baru dan yang hidup” bagi kita untuk datang kepada Allah (Ibr. 10:20).

Selama berabad-abad, orang Yahudi telah mencari cara untuk datang kepada Allah dengan mengorbankan binatang dan berusaha menaati hukum Taurat. Namun, di dalam hukum Taurat itu “hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang,” karena “tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa” (ay.1,4).

Perjalanan Yesus menapaki Via Dolorosa membawa-Nya kepada kematian dan kebangkitan. Karena pengorbanan-Nya, kita dapat dikuduskan ketika kita mempercayai-Nya untuk mengampuni dosa-dosa kita. Meskipun kita tidak dapat menaati hukum Taurat dengan sempurna, kita dapat mendekat kepada Allah tanpa rasa takut, dengan sepenuhnya yakin bahwa kita disambut dan dikasihi oleh-Nya (ay.10,22).

Jalan kesengsaraan yang dilalui Kristus telah membuka bagi kita jalan yang baru dan yang hidup bagi kita kepada Allah. —Amy Peterson

Yesus, terima kasih karena Engkau telah menapaki jalan sengsara dan memungkinkan kami untuk dipersatukan kembali dengan Allah.

Pengorbanan Kristus memuaskan tuntutan keadilan Allah sekaligus cukup untuk menebus kita dari hukuman dosa.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 9-10; Lukas 5:17-39

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Teguh Arianto

Damai Sejahtera yang Sempurna

Minggu, 4 Juni 2017

Damai Sejahtera yang Sempurna

Baca: Yohanes 14:25-31

14:25 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;

14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

14:27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.

14:28 Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.

14:29 Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi.

14:30 Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku.

14:31 Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini.”

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu. —Yohanes 14:27

Damai Sejahtera yang Sempurna

Seorang sahabat menceritakan kepada saya bahwa selama bertahun-tahun ia mencari kedamaian dan kepuasan hati. Ia dan suaminya membangun usaha yang sukses sehingga mampu membeli rumah besar, pakaian mewah, dan perhiasan mahal. Namun, semua harta dan pertemanannya dengan orang-orang yang berpengaruh tidak juga memuaskan kerinduan hatinya akan kedamaian. Lalu suatu hari, ketika ia merasa terpuruk dan putus asa, seorang teman membawakannya kabar baik tentang Yesus Kristus. Pada saat itulah ia bertemu dengan Sang Raja Damai, dan pemahamannya tentang arti kedamaian dan kepuasan yang sejati pun berubah selamanya.

Yesus berbicara tentang damai sejahtera yang sejati itu kepada para sahabat-Nya setelah perjamuan terakhir mereka bersama (Yoh. 14). Di sanalah Dia menyiapkan mereka untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang akan segera terjadi: kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan kedatangan Roh Kudus. Yesus menyatakan bahwa damai sejahtera yang diberikan-Nya tidak seperti yang diberikan dunia ini. Lewat pernyataan itu, Dia ingin para murid tetap mengalami damai sejahtera sekalipun kesulitan mendera mereka.

Kemudian, ketika Yesus yang telah bangkit muncul di hadapan para murid yang ketakutan setelah kematian-Nya, Dia menyapa mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yoh. 20:19). Pada saat itulah Yesus mengajak mereka, dan juga kita, untuk kembali mempercayai apa yang telah diperbuat-Nya bagi kita semua. Dengan mempercayai-Nya, kita pun menerima kepastian yang jauh lebih meyakinkan daripada perasaan kita yang selalu berubah-ubah. —Sheridan Voysey

Bapa Surgawi, Engkau memberikan damai sejahtera kepada orang yang hatinya percaya sepenuhnya kepada-Mu. Tolong kami untuk percaya kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah Gunung Batu kami yang kekal.

Yesus datang untuk memberikan damai sejahtera ke dalam hidup dan dunia kita.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 21-22 dan Yohanes 14

Artikel Terkait:

Penjara Bukan Penghalang

Dia Mengerti dan Peduli

Minggu, 16 April 2017

Dia Mengerti dan Peduli

Baca: Yesaya 53:1-8

53:1 Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?

53:2 Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.

53:3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.

53:4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.

53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

53:8 Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.

Sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya. —Yesaya 53:4

Dia Mengerti dan Peduli

Ketika ditanyai apakah sikap tidak peduli dan tidak mau tahu merupakan masalah manusia di zaman modern, seorang pria dengan bercanda menjawab, “Saya tidak peduli dan saya tidak mau tahu.”

Saya menduga ada banyak orang yang berkecil hati dan berpikiran seperti itu tentang dunia dan manusia di masa kini. Namun, Yesus sangat mengerti dan benar-benar peduli terhadap segala kekacauan dan pergumulan hidup kita. Yesaya pasal 53 berisi nubuat Perjanjian Lama tentang penyaliban Yesus dan di sana kita dapat melihat sekilas apa saja yang dialami-Nya demi kita. “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian” (ay.7). “Karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah” (ay.8). “Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana olehnya” (ay.10).

Di atas kayu salib, Yesus rela menanggung dosa dan kesalahan kita. Tidak seorang pun pernah mengalami penderitaan seperti yang dialami Tuhan demi kita. Dia tahu apa yang harus dikorbankan-Nya demi menyelamatkan kita dari dosa, dan karena kasih, Dia rela menjalani itu semua (ay.4-6).

Karena Tuhan Yesus telah bangkit dari kematian, Dia kini hidup dan selalu menyertai kita. Apa pun situasi yang kita hadapi, Yesus mengerti dan peduli. Dan Dia akan selalu menolong kita. —David McCasland

Tuhan, kami bersyukur karena Engkau mengetahui keadaan kami dan mempedulikan kami. Hari ini, kami ingin berjalan bersama-Mu dan memuliakan-Mu melalui setiap perbuatan kami.

Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit! —Lukas 24:6

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 30-31; Lukas 13:23-35

Yesus Menangis

Kamis, 21 April 2016

Yesus Menangis

Baca: Yohanes 11:1-4, 38-44

11:1 Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta.

11:2 Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya.

11:3 Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.”

11:4 Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”

11:38 Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.

11:39 Kata Yesus: “Angkat batu itu!” Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.”

11:40 Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”

11:41 Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.

11:42 Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

11:43 Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!”

11:44 Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.”

Sengat maut ialah dosa. . . . Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. —1 Korintus 15:56-57

Yesus Menangis

Saya sedang asyik membaca sebuah buku ketika seorang teman melongok untuk melihat apa yang sedang saya baca. Seketika itu juga ia terperanjat dan menatap saya dengan ngeri. “Judulnya suram sekali!” katanya. Saya sedang membaca “The Glass Coffin” (Peti Mati Kaca) dari Grimm’s Fairy Tales (Serial Dongeng karya Grimm), dan ia terganggu dengan kata peti mati. Banyak dari kita tidak suka diingatkan tentang kematian kita. Padahal kenyataannya, setiap manusia pasti akan menemui ajalnya.

Kematian selalu membangkitkan reaksi emosional yang sangat kuat. Di depan kuburan salah seorang sahabat-Nya, Yesus menunjukkan kesedihan yang mendalam. Ketika Dia melihat Maria, yang belum lama kehilangan saudara laki-lakinya, “masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu” (Yoh. 11:33). Ada yang menerjemahkannya seperti ini, “kemarahan yang besar lalu meluap dari dalam hati-Nya.”

Hati Yesus terharu—bahkan marah—tetapi terhadap apa? Sangat mungkin Dia marah terhadap dosa dan akibat yang ditimbulkannya. Allah tidak menciptakan dunia yang dipenuhi penyakit, penderitaan, dan kematian. Namun dosa masuk ke dalam dunia dan mencemari rencana Allah yang indah.

Tuhan menemani kita dalam dukacita kita dan menangis bersama kita dalam kesedihan kita (ay.35). Namun lebih dari itu, Kristus mengalahkan dosa dan kematian dengan mati menggantikan kita dan bangkit dari kematian (1Kor. 15:56-57).

Yesus berjanji, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh. 11:25). Sebagai orang percaya, kita menikmati persekutuan dengan Juruselamat kita sekarang, dan kita menantikan kekekalan bersama-Nya di mana kelak tidak akan ada lagi air mata, penderitaan, penyakit, dan kematian. —Poh Fang Chia

Kubur Kristus yang kosong menjadi jaminan kemenangan kita atas maut.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 12-13; Lukas 16

Kejutan!

Senin, 28 Maret 2016

Kejutan!

Baca: Lukas 24:13-35

24:13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem,

24:14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi.

24:15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.

24:16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.

24:17 Yesus berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” ??Maka berhentilah mereka dengan muka muram.

24:18 Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?”

24:19 Kata-Nya kepada mereka: “Apakah itu?” Jawab mereka: “Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami.

24:20 Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.

24:21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.

24:22 Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur,

24:23 dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup.

24:24 Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.”

24:25 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!

24:26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”

24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

24:28 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya.

24:29 Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.

24:30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.

24:31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.

24:32 Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”

24:33 Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka.

24:34 Kata mereka itu: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.”

24:35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.

Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia. —Lukas 24:31

Kejutan!

Michelangelo Merisi da Caravaggio (1571-1610) adalah seorang seniman asal Italia yang dikenal karena pembawaannya yang temperamental dan tekniknya yang tidak lazim. Ia suka memakai orang biasa sebagai model untuk tokoh Alkitab dalam lukisannya dan mampu membuat orang yang memandangi lukisannya merasa sebagai bagian dari lukisan itu. Lukisan Supper at Emmaus (Makan Malam di Emaus) menampilkan pemilik penginapan yang sedang berdiri, sementara Yesus dan kedua murid-Nya duduk di meja ketika mereka mengenali-Nya sebagai Tuhan yang telah bangkit (Luk. 24:31). Salah seorang murid itu sedang akan beranjak dari tempat duduknya, sedangkan murid yang lain membentangkan tangannya karena keheranan.

Lukas, yang mencatat kejadian tersebut dalam kitab Injilnya, mengatakan kepada kita bahwa kedua murid itu dengan segera kembali ke Yerusalem. Di sana mereka mendapati kesebelas murid Tuhan sedang berkumpul bersama teman-teman mereka dan berkata, “‘Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.’ Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti” (ay.33-35).

Oswald Chambers berkata, “Yesus jarang datang di saat kita mengharapkan-Nya; Dia muncul di saat yang paling tidak kita duga, dan selalu melalui cara-cara yang paling tidak masuk akal. Satu-satunya cara seorang pelayan tetap setia kepada Allah adalah dengan selalu siap menerima kunjungan-Nya yang mengejutkan.” Bagaimana pun perjalanan hidup yang kita tempuh saat ini, kiranya kita selalu siap menerima Yesus untuk menyatakan diri-Nya kepada kita dengan cara-cara yang baru dan mengejutkan. —David McCasland

Tuhan Yesus, bukalah mata kami untuk dapat melihat-Mu, Kristus yang telah bangkit, sedang menyertai kami dan berkarya dalam segala situasi kehidupan kami hari ini.

Untuk menemukan Tuhan Yesus Kristus, kita harus bersedia mencari-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 4-6; Lukas 4:31-44

Awal Paskah

Minggu, 27 Maret 2016

Awal Paskah

Baca: Yohanes 20:24-31

20:24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.

20:25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”

20:26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”

20:27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”

20:28 Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!”

20:29 Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

20:30 Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini,

20:31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.

Ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah. —Yohanes 20:27

Awal Paskah

Ada satu bagian dalam kisah Paskah yang selalu membuat saya bertanya-tanya. Mengapa Yesus membiarkan bekas-bekas luka dari penyaliban-Nya tetap ada? Yesus tentu dapat memiliki apa pun tubuh kebangkitan yang diinginkan-Nya, tetapi Dia memilih suatu tubuh yang mudah dikenali orang terutama melalui bekas luka-Nya yang dapat dilihat dan disentuh. Mengapa demikian?

Saya percaya bahwa kisah Paskah belumlah lengkap tanpa bekas-bekas luka pada tangan, kaki, dan lambung Yesus (Yoh. 20:27). Manusia memimpikan gigi seputih mutiara, kulit yang bebas keriput, dan bentuk tubuh yang ideal. Kita memimpikan kondisi yang tidak alami, yaitu tubuh yang sempurna. Namun bagi Yesus, dibatasi oleh tulang dan kulit manusia justru merupakan kondisi yang tidak alami. Bagi-Nya, bekas-bekas luka tersebut menjadi pengingat yang permanen terhadap keterbatasan dan penderitaan yang dialamiNya selama berada di planet kita.

Dari sudut pandang surga, bekas-bekas luka tersebut mewakili peristiwa paling mengerikan yang pernah terjadi dalam sejarah alam semesta. Meski kelam, peristiwa itu akan menjadi kenangan masa lalu. Oleh karena Paskah, kita dapat berharap bahwa setiap air mata yang kita cucurkan, penderitaan yang kita tanggung, luka batin, dan kesedihan yang dialami saat kehilangan sahabat dan orang yang kita kasihi— semua itu akan menjadi kenangan masa lalu, seperti halnya bekas luka Yesus. Bekas luka mungkin tidak akan pernah dapat dihapus, tetapi kepedihannya tidak akan terasa lagi. Kelak kita akan memiliki tubuh yang baru, surga dan bumi yang baru (Why. 21:4). Kita akan mengalami suatu awal yang baru layaknya Paskah. —Philip Yancey

Tuhan Yesus, terima kasih untuk pengharapan yang Engkau berikan lewat kebangkitan-Mu, dari masa sekarang sampai selamanya. Hari ini aku mau percaya kepada-Mu.

Kebangkitan Kristus menjadi jaminan bagi kebangkitan kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 1-3; Lukas 4:1-30