Posts

Kehadiran-Nya yang Penuh Kasih

Jumat, 24 Juni 2016

Kehadiran-Nya yang Penuh Kasih

Baca: Ibrani 13:1-6

13:1 Peliharalah kasih persaudaraan!

13:2 Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.

13:3 Ingatlah akan orang-orang hukuman, karena kamu sendiri juga adalah orang-orang hukuman. Dan ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini.

13:4 Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.

13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

13:6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”

Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau. —Ibrani 13:5

Kehadiran-Nya yang Penuh Kasih

Kami sangat sedih ketika mengetahui bahwa teman dekat kami, Cindy, didiagnosa mengidap penyakit kanker. Sebagai pribadi yang sangat bersemangat, hidup Cindy telah memberkati siapa saja yang bertemu dengannya. Saya dan istri senang sekali ketika ia ketika mengetahui bahwa teman dekat kami, sempat dinyatakan bebas kanker, tetapi beberapa bulan kemudian kankernya muncul lagi dalam kondisi yang lebih ganas. Kami sempat berpikir bahwa ia masih terlalu muda untuk meninggal dunia. Suaminya menceritakan kepada saya tentang waktu-waktu terakhir sebelum Cindy dipanggil Tuhan. Dalam keadaannya yang lemah dan sulit bicara, Cindy sempat berbisik kepada suaminya, “Tetaplah di dekatku.” Yang Cindy inginkan melebihi apa pun dalam masa-masa kekelaman tersebut adalah kehadiran suaminya yang penuh kasih.

Penulis kitab Ibrani menghibur para pembacanya dengan mengutip Ulangan 31:6, di mana Allah mengatakan kepada umat-Nya: “Aku sekalikali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibr. 13:5). Di masa-masa paling kelam dalam hidup kita, jaminan kehadiran-Nya yang penuh kasih memberi kita keyakinan bahwa kita tidak sendiri. Dia memberi kita anugerah untuk bertahan, hikmat untuk menyadari bahwa Dia terus berkarya, dan jaminan bahwa Kristus “turut merasakan kelemahan-kelemahan kita” (Ibr. 4:15).

Marilah kita sama-sama mengalami berkat dari kehadiran-Nya yang penuh kasih, sehingga dengan yakin kita dapat berkata, “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut” (Ibr. 13:6). —Joe Stowell

Tuhan, terima kasih karena Engkau berjanji tidak akan pernah meninggalkanku. Kiranya realitas kehadiran-Mu yang selalu menopangku terus membuat hatiku dipenuhi penghiburan, keyakinan, dan keberanian.

Kehadiran Allah mendatangkan damai sejahtera.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 1-2; Kisah Para Rasul 7:22-43

Artikel Terkait:

Mazmur di Tengah Meja Operasi

Adakah Mazmur yang memiliki arti istimewa bagimu? Mazmur 103 punya tempat khusus di hati Basar. Mazmur itu mengingatkannya akan siapa Pribadi yang ia imani di tengah situasi yang serba tak menentu. Temukan kisah lengkapnya di dalam artikel ini.

Hoo-ah!

Senin, 20 Juni 2016

Hoo-ah!

Baca: Mazmur 68:8-11, 20-21

68:8 Ya Allah, ketika Engkau maju berperang di depan umat-Mu, ketika Engkau melangkah di padang belantara, Sela

68:9 bergoncanglah bumi, bahkan langit mencurahkan hujan di hadapan Allah; Sinai bergoyang di hadapan Allah, Allah Israel.

68:10 Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; Engkau memulihkan tanah milik-Mu yang gersang,

68:11 sehingga kawanan hewan-Mu menetap di sana; dalam kebaikan-Mu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas, ya Allah.

68:20 Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita. Sela

68:21 Allah bagi kita adalah Allah yang menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan dari maut.

Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita. Sela. —Mazmur 68:20

Hoo-ah!

Seruan “hoo-ah” merupakan geraman yang disuarakan oleh para tentara Angkatan Darat Amerika Serikat ketika mereka menyatakan persetujuan bersama. Asal-usulnya tidak diketahui dengan jelas, tetapi konon ucapan itu diambil dari singkatan lama HUA—Heard, Understood, and Acknowledged (Dengar, Paham, dan Terima). Pertama kalinya saya mendengar kata itu adalah saat mengikuti pelatihan dasar militer.

Bertahun-tahun kemudian, kata itu kembali saya dengar ketika menghadiri pertemuan kelompok pemahaman Alkitab setiap Rabu pagi dengan beberapa rekan pria. Suatu pagi, salah seorang pria yang merupakan mantan anggota Divisi Lintas Udara ke-82 sedang membaca salah satu pasal dalam kitab Mazmur dan menjumpai kata sela yang terdapat di sepanjang kitab itu. Alih-alih membaca kata “sela” tersebut, ia justru menyerukan hoo-ah. Sejak saat itu, hoo-ah menjadi pengganti dari setiap kata sela yang kami temukan.

Tidak ada yang tahu pasti arti kata sela. Ada yang berpendapat bahwa itu hanyalah notasi musik. Kata sela sering muncul setelah suatu pernyataan kebenaran yang menuntut tanggapan tegas dan sungguh-sungguh. Karena itulah, bagi saya, ungkapan hoo-ah sangat tepat.

Pagi ini saya membaca Mazmur 68:20: “Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita. Sela.

Bayangkan! Setiap pagi Allah memikul kita di atas bahu-Nya dan menanggung kita sepanjang hari itu. Dialah keselamatan kita. Karena kita aman dan terjamin di dalam Dia, tiada lagi alasan untuk takut atau khawatir. “Hoo-ah!” —David Roper

Kekuatan serta penghiburan, diberikan Tuhan padaku. Tiap hari aku dibimbing-Nya, tiap jam dihibur hatiku. —Lina Sandell Berg [Kidung Jemaat, No. 332]

Ibadah berarti memberikan yang terbaik kepada Allah dengan apa yang sudah Dia berikan kepadamu. —Oswald Chambers

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 1-2; Kisah Para Rasul 5:1-21

Pengumuman

Hai sobat WarungSaTeKaMu. Bagi kamu pengguna aplikasi Android WarungSaTeKaMu yang tidak mendapatkan update renungan dan artikel terbaru di homepage aplikasi hari ini, kamu dapat melakukan langkah berikut untuk memperbaikinya:

1. Buka menu Settings di dalam ponselmu, lalu pilih pengaturan aplikasi (“Application Manager / Apps”).

2. Pilih aplikasi WarungSaTeKaMu dalam daftar tersebut.

3. Tekan tombol “Clear cache”.

Silakan hubungi kami melalui menu [Bantuan >> Kontak Kami] jika kamu masih menemui kendala. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati!

Artikel Terkait:

Ditolong Oleh Firman

Pikiran yang terlalu penuh dengan keluhan dan sakit hati membuat Helen Maria jadi tidak bisa melihat kebaikan Tuhan dan kesempatan-kesempatan yang Dia sediakan. Helen kecewa kepada Tuhan. Bagaimana Tuhan menolong Helen melewati masa-masa sulit ini? Baca cerita lengkapnya di dalam artikel ini.

Kalah atau Menang?

Sabtu, 18 Juni 2016

Kalah atau Menang?

Baca: 1 Yohanes 5:1-13

5:1 Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya.

5:2 Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.

5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,

5:4 sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.

5:5 Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?

5:6 Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.

5:7 Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.

5:8 Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.

5:9 Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

5:10 Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

5:11 Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.

5:12 Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.

5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.

Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. —1 Yohanes 5:4

Kalah atau Menang?

Setiap tahun pada tanggal 18 Juni di Belgia diadakan peringatan atas pertempuran besar Waterloo. Pada 18 Juni 1815, tentara Prancis yang dipimpin Napoleon ditaklukkan oleh kekuatan sekutu yang dipimpin oleh Duke of Wellington. Sejak saat itu, ungkapan “mengalami momen Waterloo” mempunyai arti “dikalahkan oleh seseorang yang lebih kuat atau ditumbangkan oleh masalah yang terlalu sulit”.

Demikan juga dengan kehidupan rohani kita. Ada orang-orang yang merasa bahwa kegagalan total tidak mungkin dihindari dan setiap orang, cepat atau lambat, pasti akan “mengalami momen Waterloo”. Namun Yohanes menolak pandangan pesimis itu ketika ia menulis kepada para pengikut Yesus: “Semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita” (1Yoh 5:4).

Yohanes menjalin tema kemenangan rohani itu di sepanjang suratnya yang pertama, di mana ia mendorong kita untuk tidak mengasihi segala sesuatu yang ada di dunia ini dan yang akan segera lenyap (2:15-17). Sebaliknya, kita harus mengasihi dan melakukan kehendak Allah, “dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal” (2:25).

Meskipun adakalanya kita mengalami pasang-surut dalam hidup ini, bahkan mungkin sesekali tumbang dan kalah, yakinlah bahwa kemenangan mutlak akan kita raih dalam Kristus ketika kita mengandalkan kuasa-Nya. —David McCasland

Tuhan Yesus, kemenangan-Mu yang mutlak atas dunia yang berdosa ini sudah terjamin, dan Engkau meminta kami untuk mengalami kemenangan itusetiap hari. Oleh anugerah-Mu, mampukanlah kami untuk mengalahkan dunia lewat iman dan ketaatan kami kepada-Mu.

Untuk mengatasi masalah, percayalah kepada Allah saat kamu melaluinya.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 10-11; Kisah Para Rasul 4:1-22

Pengumuman

Hai sobat WarungSaTeKaMu. Bagi kamu pengguna aplikasi Android WarungSaTeKaMu yang tidak mendapatkan update renungan dan artikel terbaru di homepage aplikasi hari ini, kamu dapat melakukan langkah berikut untuk memperbaikinya:

1. Buka menu Settings di dalam ponselmu, lalu pilih pengaturan aplikasi (“Application Manager / Apps”).

2. Pilih aplikasi WarungSaTeKaMu dalam daftar tersebut.

3. Tekan tombol “Clear cache”.

Silakan hubungi kami melalui menu [Bantuan >> Kontak Kami] jika kamu masih menemui kendala. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati!

Artikel Terkait:

Kegagalan yang Membawaku Kembali Kepada Tuhan

Habis sudah impian Chronika Febrianti untuk diliput sebagai orang sukses. Optimisme yang tadinya membakar semangatnya kini berganti dengan rasa ingin menyerah. Adakah pelajaran yang bisa diambil dari kegagalannya ini? Bagaimana dia bisa bangkit kembali?

Mengikuti Petunjuk

Kamis, 16 Juni 2016

Mengikuti Petunjuk

Baca: Hakim-Hakim 2:7-19

2:7 Dan bangsa itu beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang telah melihat segenap perbuatan yang besar, yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel.

2:8 Dan Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, mati pada umur seratus sepuluh tahun;

2:9 ia dikuburkan di daerah milik pusakanya di Timnat-Heres, di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung Gaas.

2:10 Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel.

2:11 Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.

2:12 Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.

2:13 Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret.

2:14 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. Ia menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka.

2:15 Setiap kali mereka maju, tangan TUHAN melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka, sesuai dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh TUHAN dengan sumpah, sehingga mereka sangat terdesak.

2:16 Maka TUHAN membangkitkan hakim-hakim, yang menyelamatkan mereka dari tangan perampok itu.

2:17 Tetapi juga para hakim itu tidak mereka hiraukan, karena mereka berzinah dengan mengikuti allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Mereka segera menyimpang dari jalan yang ditempuh oleh nenek moyangnya yang mendengarkan perintah TUHAN; mereka melakukan yang tidak patut.

2:18 Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka.

2:19 Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu.

Setiap kali apabila Tuhan membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka Tuhan menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh. —Hakim-Hakim 2:18

Mengikuti Petunjuk

Dalam keluarga kami, buku petunjuk produk telah menjadi sumber frustasi bagi saya dan olok-olok bagi keluarga saya. Ketika saya dan Cheryl baru menikah, usaha saya untuk melakukan perbaikan-perbaikan kecil di rumah selalu berakhir berantakan. Saya pernah mencoba untuk memperbaiki pancuran air, tetapi yang terjadi adalah air terus mengucur dan mengaliri dinding. Kegagalan saya berlanjut setelah kami mempunyai anak—salah satunya ketika saya coba meyakinkan Cheryl bahwa saya tidak butuh petunjuk untuk merakit mainan anak yang saya anggap sederhana. Salah besar!

Perlahan-lahan, saya pun jera dan mulai mengikuti petunjuk yang diberikan dengan saksama, dan segala sesuatu pun berjalan semestinya. Sayangnya, semakin sering saya berhasil, semakin saya merasa percaya diri, hingga kemudian saya kembali mengabaikan petunjuk yang ada. Hasilnya dapat diramalkan: semua jadi berantakan!

Bangsa Israel kuno bergumul dengan kecenderungan yang sama: mereka melupakan Allah dan mengabaikan perintah-Nya yang melarang mereka menyembah Baal serta allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka (Hak. 2:12). Tindakan mereka mendatangkan bencana, hingga Allah berbelaskasihan dan membangkitkan hakim-hakim untuk menyelamatkan bangsa itu dan membawa mereka kembali kepada-Nya (Hak. 2:18).

Ada maksud Allah atas semua perintah yang diberikan-Nya kepada kita agar kita tetap mengasihi-Nya. Hanya dengan menyadari kasih dan kehadiran-Nya setiap hari, kita akan sanggup melawan godaan untuk menjalani hidup kita menurut kehendak kita sendiri. Alangkah luar biasanya karunia yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita melalui firman-Nya dan hadirat-Nya! —Randy Kilgore

Tuhan, jagalah aku agar tetap dekat pada-Mu hari ini. Ingatkan aku bahwa Engkau selalu hadir lewat firman-Mu, dalam doa, dan pimpinan Roh Kudus.

Kita mempunyai hak teristimewa untuk menikmati hadirat Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Nehemia 4-6; Kisah Para Rasul 2:22-47

Artikel Terkait:

Haruskah Kita Mengikuti Kata Hati?

Banyak orang menasihati Kezia untuk mengikuti kata hati agar bahagia. Ia pun melakukannya. Namun, kenyataannya, kata hati justru membawanya menuju jurang kehancuran. Ia mulai bertanya, benarkah kata hati dapat dipercaya?

Hari-Hari Biasa Bersama Allah

Selasa, 14 Juni 2016

Hari-Hari Biasa Bersama Allah

Baca: Kejadian 12:1-4; 17:1-2

12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;

12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.

12:3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

12:4 Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.

17:1 Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: “Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.

17:2 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.”

Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. —1 Korintus 10:13

Hari-Hari Biasa Bersama Allah

Mendengarkan kesaksian orang-orang tentang karya luar biasa yang Allah perbuat dalam hidup mereka dapat membuat kita terusik. Meskipun kita mungkin ikut bersyukur ketika mendengar Allah menjawab doa-doa orang lain, bisa jadi kita sendiri bertanya-tanya mengapa Allah belum melakukan sesuatu yang luar biasa dalam hidup kita akhir-akhir ini.

Mudah untuk membayangkan andai saja Allah melakukan hal-hal yang ajaib bagi kita seperti yang dilakukan-Nya bagi Abraham, kita pun akan lebih termotivasi untuk menjadi hamba-Nya yang setia. Namun kita harus ingat bahwa Allah menampakkan diri kepada Abraham setiap 12 hingga 14 tahun sekali, sedangkan sebagian besar dari hidup Abraham dijalani dengan biasa-biasa saja (lihat Kej. 12:1-4; 15:1-6; 16:16-17:12).

Allah biasanya berkarya di belakang layar dalam kehidupan sehari-hari. Terlihat dari ayat kita hari ini, “Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar” (1Kor. 10:13). Setiap hari Allah bekerja melindungi kita dari serangan gencar si Iblis yang mengancam untuk membuat kita tak berdaya dan takLuk. Ketika pencobaan datang, Allah menyediakan jalan keluar agar kita dapat melepaskan diri.

Sebelum kita terlelap di malam hari, patutlah kita berhenti sejenak untuk bersyukur kepada Allah atas segala hal luar biasa yang telah dilakukan-Nya bagi kita di tengah hidup kita sehari-hari. Oleh karena itu, daripada merindukan Allah melakukan sesuatu yang spektakuler bagimu, bersyukurlah kepada-Nya! Karena sebenarnya Dia telah melakukan sesuatu yang luar biasa bagimu. —Jow Stowell

Tuhan, tolong aku untuk selalu menyadari bahwa kuasa dan kehadiran-Mu menyertaiku bahkan dalam hidupku sehari-hari. Aku bersyukur akan karya luar biasa yang tidak kusadari telah Kaulakukan bagiku.

Allah selalu memegang kendali di belakang layar, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari yang “biasa-biasa” saja.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 9-10; Kisah Para Rasul 1

Artikel Terkait:

“Tuhan Yesus, Terima Kasih Untuk Segalanya”

Walaupun hari ini terlihat “biasa-biasa” saja, kita tetap harus mengucap syukur kepada Allah. Mengucap syukur dalam setiap hal yang kita alami dan juga mengaku dosa kita di hadapan-Nya.

Anugerah yang Mutlak

Sabtu, 11 Juni 2016

Anugerah yang Mutlak

Baca: Matius 5:43-48

5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.

5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?

5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?

5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. —Matius 5:48

Anugerah yang Mutlak

Bertahun-tahun saya menganggap Khotbah di Bukit (Mat. 5-7) sebagai standar perilaku manusia yang tidak mungkin dicapai siapa pun. Saya telah salah paham. Yesus menyampaikan perkataan tersebut bukanlah untuk membuat kita frustrasi, melainkan untuk memberi tahu kita tentang diri Allah yang sebenarnya.

Mengapa kita mengasihi musuh kita? Karena Bapa kita yang penuh kasih menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan yang baik. Mengapa kita mengumpulkan harta di surga? Karena Bapa tinggal di sana dan akan memberikan upah yang berlimpah kepada kita. Mengapa harus bebas dari takut dan khawatir? Karena Allah yang mendandani bunga bakung dan rumput di ladang telah berjanji untuk memelihara kita. Mengapa kita berdoa? Jika bapa di dunia memberikan roti atau ikan kepada anaknya, bukankah Bapa di surga akan terlebih lagi memberikan yang baik kepada mereka yang memintanya?

Yesus menyampaikan Khotbah di Bukit (Mat. 5-7) tidak hanya untuk menjelaskan standar Allah yang harus selalu kita coba capai, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa dalam kehidupan ini tidak ada seorang pun dari kita yang akan dapat mencapai standar yang sempurna itu.

Di hadapan Allah, kita semua sama kedudukannya: pembunuh dan pemarah, orang yang berzina dan yang dikuasai nafsu, mereka yang mencuri dan yang mengingini milik orang lain. Kita semua tidak berdaya, dan itulah satu-satunya keadaan yang paling tepat bagi seseorang yang ingin mengenal Allah. Karena telah gagal mencapai standar Allah yang sempurna, kita tidak dapat mengandalkan apa pun kecuali bersandar pada anugerah-Nya yang mutlak. —Philip Yancey

Ya Tuhan, aku berdosa dan butuh pengampunan-Mu. Aku percaya Engkau mati di kayu salib untuk menebus hukuman dosaku. Engkau melakukan apa yang tak bisa kulakukan bagi diriku, dan dengan rela aku mau menerima kasih karunia-Mu. Tolong aku untuk hidup menyenangkan-Mu.

Hanya Allah yang dapat mengubah jiwa yang berdosa menjadi mahakarya kasih karunia.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 1-2; Yohanes 19:23-42

Artikel Terkait:

Apakah Kita Lebih Baik Daripada Duo Bali Nine?

Masih ingatkah kamu dengan eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan kepada Andrew Chan dan Myuran Sukumaran pada tanggal 29 April 2015? Ya, dua orang yang populer dengan sebutan “duo Bali Nine” itu menjalani 10 tahun terakhir mereka di penjara sembari menunggu hukuman dilaksanakan. Namun, tak disangka, mereka malah menemukan Tuhan ketika masa-masa penantian hukuman tersebut. Hidup mereka diubahkan. Bagaimana Tuhan mengubah hidup mereka? Apa yang bisa kita pelajari? Apakah kita lebih baik dari mereka?

Kekuatan bagi yang Lesu

Jumat, 3 Juni 2016

Kekuatan bagi yang Lesu

Baca: Yesaya 40:27-31

40:27 Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: “Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?”

40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.

40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru. —Yesaya 40:31

Kekuatan bagi yang Lesu

Pada suatu hari yang cerah dan indah, saya berjalan-jalan di taman dan merasa sangat tidak bersemangat. Saya merasa seakan-akan segala hal telah membebani saya. Ketika saya berhenti sejenak dan duduk di bangku taman, saya melihat sebuah plakat kecil yang terpasang di sana sebagai kenang-kenangan manis atas seorang “suami, ayah, saudara, dan sahabat yang setia.” Di plakat itu juga tertulis, “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes. 40:31).

Kata-kata yang begitu saya kenal itu terasa sebagai sentuhan pribadi dari Tuhan. Kelesuan fisik, jiwa, ataupun rohani dapat dialami oleh semua orang. Yesaya mengingatkan kita bahwa walaupun kita merasa lelah, Tuhan, Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung “tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu” (ay.28). Alangkah mudahnya saya melupakan bahwa dalam setiap keadaan “[Tuhan] memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya” (ay.29).

Seperti apakah perjalanan hidupmu hari ini? Jika kelelahan telah membuatmu lupa pada kehadiran dan kuasa Allah, cobalah berhenti sejenak dan mengingat kembali janji-Nya. “Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru” (ay.31). Saat ini juga, di mana pun kita berada. —David McCasland

Tuhan, terima kasih karena Engkau tidak pernah menjadi lesu. Berikanlah aku kekuatan untuk menghadapi keadaan apa pun yang kuhadapi hari ini.

Ketika pergumulan hidup membuatmu lesu, terimalah kekuatan baru di dalam Tuhan.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 19-20; Yohanes 13:21-38

Artikel Terkait:

Raksasa Bernama Patah Semangat

Di mana pun kita bekerja, kita semua akan menghadapi “raksasa” bernama patah semangat. Tentunya, kita membutuhkan senjata untuk melawannya. Yuk baca kesaksian Olivia tentang apa saja yang dia lakukan untuk melawan “raksasa” tersebut.

Tidak Sesederhana Itu

Rabu, 1 Juni 2016

Tidak Sesederhana Itu

Baca: 2 Tawarikh 16:7-14

16:7 Pada waktu itu datanglah Hanani, pelihat itu, kepada Asa, raja Yehuda, katanya kepadanya: “Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar kepada TUHAN Allahmu, oleh karena itu terluputlah tentara raja Aram dari tanganmu.

16:8 Bukankah tentara orang Etiopia dan Libia besar jumlahnya, kereta dan orang berkudanya sangat banyak? Namun TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, karena engkau bersandar kepada-Nya.

16:9 Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan.”

16:10 Maka sakit hatilah Asa karena perkataan pelihat itu, sehingga ia memasukkannya ke dalam penjara, sebab memang ia sangat marah terhadap dia karena perkara itu. Pada waktu itu Asa menganiaya juga beberapa orang dari rakyat.

16:11 Sesungguhnya riwayat Asa dari awal sampai akhir tertulis dalam kitab raja-raja Yehuda dan Israel.

16:12 Pada tahun ketiga puluh sembilan pemerintahannya Asa menderita sakit pada kakinya yang kemudian menjadi semakin parah. Namun dalam kesakitannya itu ia tidak mencari pertolongan TUHAN, tetapi pertolongan tabib-tabib.

16:13 Kemudian Asa mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya. Ia mati pada tahun keempat puluh satu pemerintahannya,

16:14 dan dikuburkan di kuburan yang telah digali baginya di kota Daud. Mereka membaringkannya di atas petiduran yang penuh dengan rempah-rempah dan segala macam rempah-rempah campuran yang dicampur menurut cara pencampur rempah-rempah, lalu menyalakan api yang sangat besar untuk menghormatinya.

 

Karena mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. —2 Tawarikh 16:9

Tidak Sesederhana Itu

Hidup tampaknya begitu sederhana di bawah hukum Taurat dalam Perjanjian Lama. Taat kepada Allah akan membawa pada berkat, sementara ketidaktaatan akan membawa pada masalah. Sebuah teologi yang cukup jelas. Namun apakah memang sesederhana itu?

Kisah hidup Raja Asa tampaknya cocok dengan pola tersebut. Ia memimpin rakyatnya menjauhi penyembahan berhala dan kerajaannya pun berkembang (2Taw. 15:1-19). Namun di ujung masa pemerintahannya, ia lebih mengandalkan dirinya sendiri daripada Allah (16:2-7), dan sisa hidupnya penuh dengan peperangan dan penyakit (ay.12).

Kita bisa melihat kisah tersebut lalu menarik kesimpulan yang naif, bahwa hidup memang sesederhana itu. Namun Nabi Hanani memperingatkan Asa, dengan mengatakan bahwa Allah akan “melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia” (16:9). Mengapa kita butuh kekuatan dari Allah? Karena untuk melakukan hal yang benar dibutuhkan keberanian dan ketekunan.

Ayub mengalami penderitaan yang luar biasa, justru karena ia “saleh dan jujur” (Ayb. 1:8). Karena dituduh hendak melakukan pemerkosaan, Yusuf mendekam di dalam penjara selama bertahun-tahun —demi menggenapi maksud baik Allah (Kej. 39:19-41:1). Nabi Yeremia dipukul dan dipasung (Yer. 20:2), karena ia menyatakan kebenaran kepada umat yang memberontak kepada Allah (Yer. 26:15).

Hidup ini tidaklah sederhana, dan jalan Allah bukanlah jalan kita. Membuat keputusan yang benar mungkin menuntut pengorbanan kita. Namun di dalam rencana Allah yang kekal, kita akan menerima berkat-berkat-Nya pada waktu yang dikehendaki-Nya. —Tim Gustafson

Tuhan, terima kasih untuk teladan keberanian dan ketaatan yang kami baca dalam firman-Mu. Tolonglah kami untuk belajar dari kesalahan dan keputusan mereka yang bijak, ketika kami telah memutuskan untuk melayani-Mu.

Allah menolong siapa saja yang bersandar kepada-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 15-16; Yohanes 12:27-50

Artikel Terkait:

Ketika Tuhan Menghancurkan Mimpiku Dua Kali

Dalam sekejap, mimpiku hancur berkeping-keping. Aku pun mengalami depresi berat. Tak hanya sekali, namun dua kali. Apa rencana Tuhan di balik ini semua? Temukan kisah selengkapnya dalam artikel ini.

Apakah Allah Baik?

Senin, 16 Mei 2016

Apakah Allah Baik?

Baca: Kejadian 3:1-8

3:1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”

3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,

3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”

3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati,

3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”

3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.

3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

3:8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.

Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman . . . ?” —Kejadian 3:1

Apakah Allah Baik?

“Aku tak yakin Allah itu baik,” kata seorang teman. Sudah bertahun-tahun ia mendoakan masalah-masalah dalam hidupnya, tetapi tidak ada perubahan. Ia semakin marah dan getir terhadap sikap Allah yang membisu. Saya mengenalnya dengan baik, karena itu saya dapat merasakan bahwa jauh di lubuk hatinya ia masih mempercayai Allah itu baik. Namun penderitaan yang terus menetap dalam hatinya dan perasaannya bahwa Allah tidak peduli telah menyebabkan dirinya ragu. Lebih mudah baginya untuk marah daripada terus-menerus bersedih.

Meragukan kebaikan Allah sudah terjadi sejak masa Adam dan Hawa (Kej. 3). Ular mempengaruhi pikiran Hawa ketika ia memberikan kesan bahwa Allah melarang Hawa makan buah itu karena “Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (ay.5). Dengan angkuhnya Adam dan Hawa berpikir bahwa mereka sendiri dan bukan Allah yang berhak untuk menentukan apa yang baik bagi mereka.

Bertahun-tahun setelah kematian putrinya, James Bryan Smith menyadari bahwa akhirnya ia harus mengakui kebaikan Allah. Dalam bukunya, The Good and Beautiful God (Allah yang Baik dan Indah), Smith menulis, “Kebaikan Allah tidaklah tergantung pada keputusan saya. Saya hanyalah manusia biasa dengan pengertian yang terbatas.” Pernyataan Smith yang mengagumkan itu bukanlah bentuk kepolosan, melainkan buah dari pergumulannya dengan dukacita dan pencariannya akan maksud hati Allah selama bertahun-tahun.

Dalam keputusasaan, baiklah kita saling melayani dan menolong untuk dapat melihat kebenaran bahwa Allah itu baik. —Anne Cetas

Tuhan, seperti pemazmur, kami hendak memuji-Mu di tengah kesulitan kami. Engkau mengenal kami, dan kami berharap kepada-Mu karena kami tahu Engkau baik.

Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. —Mazmur 145:9

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 24-25; Yohanes 5:1-24

Artikel Terkait:

Jika Allah itu Baik, Mengapa Ada Begitu Banyak Kejahatan dan Penderitaan?

Pertanyaan ini mungkin sudah begitu umum kita dengar. Dalam artikel ini, Adriel mengajak kita untuk melihat pertanyaan ini dari sisi yang berbeda, dengan memberikan sebuah pertanyaan lain yang mungkin tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.