Posts

Irama Kasih Karunia

Rabu, 14 Juni 2017

Irama Kasih Karunia

Baca: Matius 11:25-30

11:25 Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.

11:26 Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.

11:27 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.”

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. —Matius 11:29

Irama Kasih Karunia

Saya berteman dengan sepasang suami-istri yang sama-sama berusia 90-an dan telah menikah selama 66 tahun. Mereka mencatat sejarah keluarga mereka agar bisa dibaca oleh anak cucu dan generasi mendatang. Bab terakhir yang berjudul “A Letter from Mom and Dad” (Surat dari Ibu dan Ayah) berisi beragam hikmah yang pernah mereka terima dalam hidup. Salah satu hikmah yang mereka tulis membuat saya merenungi kehidupan saya sendiri: “Jika engkau merasa iman Kristen itu sangat melelahkan dan menguras tenagamu, mungkin selama ini engkau sekadar beragama dan bukan menikmati persekutuan pribadi dengan Yesus Kristus. Berjalan bersama Tuhan takkan membuatmu lelah. Engkau justru akan disegarkan, tenagamu dipulihkan, dan semangat hidupmu berkobar.”

Eugene Peterson menuturkan ulang undangan Yesus dalam Matius 11:28-29: “Apakah engkau lelah? Jenuh? Terbebani oleh segala tuntutan agama? . . . Berjalanlah bersama-Ku dan bekerjalah bersama-Ku. . . . Terimalah dari-Ku kasih karunia yang membuatmu mengalir bersama irama-Ku.”

Jika saya menganggap bahwa melayani Allah itu tergantung sepenuhnya pada diri saya, saya akan memandang pelayanan itu sebagai pekerjaan bagi-Nya dan bukan lagi perjalanan bersama-Nya. Keduanya sangat jauh berbeda. Jika saya tidak berjalan bersama Kristus, jiwa saya menjadi kering dan rapuh. Saya akan melihat orang lain hanya sebagai gangguan dan tidak lagi sebagai sesama manusia yang diciptakan dalam gambar Allah. Semuanya serba salah.

Ketika saya mulai merasa sekadar beragama daripada menikmati persekutuan pribadi dengan Yesus, itulah saatnya bagi saya untuk menyerahkan segala beban yang ada dan berjalan bersama-Nya dalam irama kasih karunia yang diberikan-Nya. —David McCasland

Tuhan Yesus, aku datang kepada-Mu hari ini untuk menukarkan bebanku yang berat dengan jalan kasih karunia-Mu.

Tuhan Yesus mau kita berjalan bersama-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 9-10 dan Kisah Para Rasul 1

Perhatikan Awan

Selasa, 13 Juni 2017

Perhatikan Awan

Baca: Ayub 37:1-16

37:1 “Sungguh, oleh karena itu hatiku berdebar-debar dan melonjak dari tempatnya.

37:2 Dengar, dengarlah gegap gempita suara-Nya, guruh yang keluar dari dalam mulut-Nya.

37:3 Ia melepaskannya ke seluruh kolong langit, dan juga kilat petir-Nya ke ujung-ujung bumi.

37:4 Kemudian suara-Nya menderu, Ia mengguntur dengan suara-Nya yang megah; Ia tidak menahan kilat petir, bila suara-Nya kedengaran.

37:5 Allah mengguntur dengan suara-Nya yang mengagumkan; Ia melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita;

37:6 karena kepada salju Ia berfirman: Jatuhlah ke bumi, dan kepada hujan lebat dan hujan deras: Jadilah deras!

37:7 Tangan setiap manusia diikat-Nya dengan dibubuhi meterai, agar semua orang mengetahui perbuatan-Nya.

37:8 Maka binatang liar masuk ke dalam tempat persembunyiannya dan tinggal dalam sarangnya.

37:9 Taufan keluar dari dalam perbendaharaan, dan hawa dingin dari sebelah utara.

37:10 Oleh nafas Allah terjadilah es, dan permukaan air yang luas membeku.

37:11 Awanpun dimuati-Nya dengan air, dan awan memencarkan kilat-Nya,

37:12 lalu kilat-Nya menyambar-nyambar ke seluruh penjuru menurut pimpinan-Nya untuk melakukan di permukaan bumi segala yang diperintahkan-Nya.

37:13 Ia membuatnya mencapai tujuannya, baik untuk menjadi pentung bagi isi bumi-Nya maupun untuk menyatakan kasih setia.

37:14 Berilah telinga kepada semuanya itu, hai Ayub, diamlah, dan perhatikanlah keajaiban-keajaiban Allah.

37:15 Tahukah engkau, bagaimana Allah memberi tugas kepadanya, dan menyinarkan cahaya dari awan-Nya?

37:16 Tahukah engkau tentang melayangnya awan-awan, tentang keajaiban-keajaiban dari Yang Mahatahu,

Tahukah engkau tentang melayangnya awan-awan? —Ayub 37:16

Perhatikan Awan

Suatu hari bertahun-tahun lalu, saya dan anak-anak saya sedang berbaring di halaman sambil melihat awan yang melayang. “Ayah,” kata salah satu anak saya, “mengapa awan itu melayang?” “Begini, Nak,” jawab saya, sambil bermaksud menunjukkan kepadanya pengetahuan saya yang sangat luas. Namun, seketika itu juga saya terdiam. “Maaf, Ayah tidak tahu,” jawab saya kemudian, “tetapi Ayah akan mencarikanmu jawabannya.”

Kemudian saya menemukan jawabannya. Kumpulan titik-titik air yang padat turun ke bumi karena pengaruh gravitasi, kemudian bertemu dengan temperatur udara bumi yang lebih hangat. Titik-titik air tersebut kemudian berubah menjadi uap air dan kembali naik ke udara. Itulah penjelasan ilmiah tentang fenomena awan tersebut.

Namun, penjelasan ilmiah itu bukanlah jawaban satu-satunya. Awan dapat melayang karena hikmat-Nya, Allah telah mengatur hukum alam sedemikian rupa untuk menyatakan “tentang keajaiban-keajaiban dari Yang Mahatahu” (Ayb. 37:16). Karena itulah awan dapat juga dipandang sebagai tanda kasatmata yang menyatakan kebaikan dan anugerah Allah di dalam alam ciptaan-Nya.

Jadi, jika nanti kamu melihat ke langit dan memandang awan-awan, ingatlah ini: Pribadi yang menciptakan segala sesuatu dengan indahnya itulah yang membuat awan-awan melayang di udara. Dia melakukan itu untuk menggugah kita agar mengagumi dan memuja-Nya. Langit—termasuk awan kumulus, stratus, maupun sirus—menceritakan kemuliaan Allah. —David Roper

Kami mengagumi Engkau, Pencipta Ajaib, saat kami memandang dunia-Mu. Engkau layak menerima segala pujian dari hati kami yang terdalam!

Alam ciptaan dipenuhi dengan tanda-tanda yang menunjukkan keagungan Sang Pencipta.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 6-8 dan Yohanes 21

Cincin dan Anugerah

Kamis, 8 Juni 2017

Cincin dan Anugerah

Baca: Ibrani 8:6-13

8:6 Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.

8:7 Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua.

8:8 Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: “Sesungguhnya, akan datang waktunya,” demikianlah firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda,

8:9 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak mereka,” demikian firman Tuhan.

8:10 “Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.

8:11 Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku.

8:12 Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”

8:13 Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.

Aku . . . tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka. —Ibrani 8:12

Cincin dan Anugerah

Setiap kali melihat tangan saya, saya pun teringat bahwa saya pernah menghilangkan cincin pernikahan dan pertunangan saya. Kehilangan itu terjadi ketika saya sedang sibuk berkemas-kemas, dan hingga saat ini saya masih belum tahu di mana kedua cincin itu berada.

Awalnya saya takut menceritakan kecerobohan saya kepada suami, karena saya khawatir bagaimana ia akan menanggapinya. Namun, suami saya justru memberikan tanggapan yang menunjukkan bahwa ia lebih peduli dan sayang kepada saya daripada mencemaskan dua cincin itu. Adakalanya saya masih merasa perlu melakukan sesuatu untuk mendapatkan kasih dan pengampunannya. Namun sebaliknya, ia tidak pernah mengungkitungkit peristiwa itu untuk menyalahkan saya.

Begitu sering kita teringat pada dosa-dosa kita dan merasa kita harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan pengampunan Allah. Namun, Allah telah mengatakan bahwa hanya karena anugerah kita diselamatkan, bukan karena jasa dan usaha kita (Ef. 2:8-9). Ketika berbicara tentang perjanjian yang baru, Allah berjanji kepada Israel, “Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka” (Yer. 31:34). Kita memiliki Allah yang mengampuni dan tidak lagi mengingat dosa-dosa yang pernah kita lakukan.

Mungkin saja kita masih menyesali masa lalu kita, tetapi kita harus mempercayai janji-Nya dan meyakini bahwa anugerah dan pengampunan-Nya kita terima melalui iman kepada Yesus Kristus. Kabar baik itu sepatutnya membuat kita bersyukur dan iman kita diteguhkan. Allah sungguh mengampuni dan tidak lagi mengingat dosa-dosa kita. —Keila Ochoa

Ya Tuhan, terima kasih untuk anugerah, keselamatan, dan pengampunan yang Engkau berikan melalui Kristus. Terima kasih atas pemberian-Mu yang cuma-cuma dan yang tidak mungkin kami peroleh dengan usaha kami sendiri.

Anugerah dan pengampunan merupakan pemberian yang sesungguhnya tidak layak kita terima.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 30-31 dan Yohanes 18:1-18

Allah Memanggil

Rabu, 7 Juni 2017

Allah Memanggil

Baca: Kejadian 3:1-10

3:1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”

3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,

3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”

3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati,

3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”

3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.

3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

3:8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.

3:9 Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”

3:10 Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”

Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan . . . Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. —1 Yohanes 4:9

Allah Memanggil

Suatu pagi putri saya memberikan telepon selulernya kepada putranya yang berusia 11 bulan supaya ia terhibur sejenak. Tak lama kemudian telepon saya berdering dan saat mengangkatnya saya mendengar suara mungil cucu saya. Entah bagaimana, ia menekan tombol “panggilan cepat” yang tersambung ke nomor saya, dan selanjutnya terjadilah “percakapan” yang akan terus saya ingat. Meski cucu saya hanya bisa mengucapkan beberapa kata, ia dapat mengenali dan merespons suara saya. Saya pun berbicara dengannya dan mengatakan betapa saya sayang kepadanya.

Sukacita yang saya rasakan saat mendengar suara cucu saya mengingatkan saya akan kerinduan Allah yang mendalam untuk berhubungan dengan kita. Sejak awal, Alkitab telah menunjukkan bagaimana Allah secara aktif mencari kita. Setelah Adam dan Hawa berdosa dengan melanggar perintah Allah dan kemudian bersembunyi dari-Nya di taman, “Tuhan Allah memanggil” Adam (Kej. 3:9).

Allah terus mencari manusia melalui Anak-Nya, Yesus. Karena Allah rindu berhubungan dengan kita, Dia mengutus Yesus ke dunia untuk menebus hukuman dosa kita melalui kematian-Nya di kayu salib. “Allah menyatakan bahwa Ia mengasihi kita dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia supaya kita memperoleh hidup melalui Anak-Nya itu” (1Yoh. 4:9-10 BIS). Yesus menyerahkan nyawa-Nya demi menyucikan kita dari dosa dan kerusakan yang telah memisahkan kita dari Allah.

Alangkah bahagianya mengetahui bahwa Allah mengasihi kita dan menginginkan kita membalas kasih-Nya dengan mempercayai Anak-Nya, Yesus Kristus. Bahkan di saat kita tidak tahu harus berkata apa, Bapa Surgawi tetap rindu mendengar suara kita! —James Banks

Bapa Surgawi, terima kasih Engkau mengasihiku dan rindu menjalin hubungan denganku. Tolong aku menyenangkan-Mu lewat kedekatanku dengan-Mu.

Kasih Allah kepada kita dinyatakan melalui Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 28-29 dan Yohanes 17

Penguasa Lautan

Selasa, 7 Maret 2017

Penguasa Lautan

Baca: Ayub 38:1-18

38:1 Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub:

38:2 “Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan?

38:3 Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.

38:4 Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!

38:5 Siapakah yang telah menetapkan ukurannya? Bukankah engkau mengetahuinya? –Atau siapakah yang telah merentangkan tali pengukur padanya?

38:6 Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya

38:7 pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?

38:8 Siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual ke luar dari dalam rahim? —

38:9 ketika Aku membuat awan menjadi pakaiannya dan kekelaman menjadi kain bedungnya;

38:10 ketika Aku menetapkan batasnya, dan memasang palang dan pintu;

38:11 ketika Aku berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan!

38:12 Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dinihari atau fajar kautunjukkan tempatnya

38:13 untuk memegang ujung-ujung bumi, sehingga orang-orang fasik dikebaskan dari padanya?

38:14 Bumi itu berubah seperti tanah liat yang dimeteraikan, segala sesuatu berwarna seperti kain.

38:15 Orang-orang fasik dirampas terangnya, dan dipatahkan lengan yang diacungkan.

38:16 Engkaukah yang turun sampai ke sumber laut, atau berjalan-jalan melalui dasar samudera raya?

38:17 Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu, atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?

38:18 Apakah engkau mengerti luasnya bumi? Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu.

[Tuhan] berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan! —Ayub 38:11

Penguasa Lautan

Raja Canute adalah salah satu manusia paling berkuasa yang hidup pada abad ke-11. Dikisahkan bahwa sang raja memerintahkan agar singgasananya diletakkan di tepi pantai ketika air pasang. “Gelombang laut, engkau harus tunduk pada perintahku,” sabda sang raja. “Karena itu, aku memerintahkan engkau untuk tak menyentuh daratan dan tidak membasahi jubah dan kaki tuanmu ini!” Namun, gelombang pasang terus naik hingga membasahi kedua kaki sang raja.

Kisah itu sering diceritakan untuk menyoroti keangkuhan Raja Canute. Namun sebenarnya, kisah tersebut berbicara tentang kerendahan hati. “Biarlah seluruh dunia tahu bahwa Raja-Raja tak berkuasa sama sekali,” lanjut sang raja, “kecuali Dia yang ditaati oleh langit, bumi, dan lautan.” Kisah Raja Canute itu menyatakan satu hal: Allah adalah satu-satunya Pribadi yang mahakuasa.

Ayub juga menemukan hal yang sama. Kita semua sangat kecil jika dibandingkan dengan Allah yang meletakkan dasar bumi (Ayb. 38:4-7), yang menyuruh fajar datang dan malam pergi (ay.12-13), yang menyimpan persediaan salju dan membimbing bintang-bintang (ay.22,31-33). Hanya ada satu Penguasa lautan, dan itu bukan kita (ay.11; Mat. 8:23-27).

Saat kita mulai merasa tinggi hati atau membanggakan diri, ingatlah pengalaman Raja Canute. Cobalah berjalan-jalan ke pantai, lalu katakanlah pada gelombang pasang untuk berhenti bergulung atau perintahkanlah matahari untuk berhenti bersinar, maka kita akan segera ingat siapa yang benar-benar berkuasa. Bersyukurlah kepada Allah yang menjadi Penguasa hidup kita. —Sheridan Voysey

Allah Mahabesar, Engkau termulia dari semua. Kusembah Kau, Penguasa hidupku.

Bersyukurlah karena meski kita kecil, Allah kita besar.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 3-4; Markus 10:32-52

Artikel Terkait:

Sebab Tuhan baik

Sebuah kesaksian sederhana tentang pengalaman Priscila saat berjualan nasi uduk yang memberikannya sebuah pelajaran berharga tentang pemeliharaan Tuhan.

Anugerah yang Sempurna

Rabu, 22 Februari 2017

Anugerah yang Sempurna

Baca: Matius 5:43-48; Yohanes 8:9-11

Matius 5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.

5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?

5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?

5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Yohanes 8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.

8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?”

8:11 Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau.” —Yohanes 8:11

Anugerah yang Sempurna

Pengajaran Yesus tentang idealisme yang mutlak dan anugerah yang mutlak terlihat saling bertentangan.

Yesus tidak pernah menurunkan idealisme Allah yang sempurna. Dalam tanggapannya kepada seorang muda yang kaya raya, Dia berkata, “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat. 5:48). Kepada seorang ahli Taurat yang bertanya tentang hukum yang terutama, Dia menjawab, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (22:37). Tidak ada seorang pun yang dapat memenuhi perintah-perintah itu dengan sempurna.

Namun oleh kasih-Nya, Yesus juga memberikan anugerah yang sempurna. Dia mengampuni wanita yang berbuat zina, pencuri yang disalib bersama-Nya, murid yang menyangkal pernah mengenal Yesus, dan pria bernama Paulus yang pernah membunuh para pengikut-Nya. Anugerah itu mutlak dan begitu luas, bahkan menjangkau mereka yang menyalibkan Yesus. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” adalah salah satu ucapan terakhir Yesus di muka bumi (Luk. 23:34).

Selama bertahun-tahun saya merasa begitu tidak layak ketika melihat idealisme Yesus yang mutlak hingga saya tidak memahami arti anugerah-Nya. Namun ketika saya memahami kedua hal yang saling melengkapi itu, saya pun kembali dan akhirnya menemukan bahwa kehidupan dan pengajaran Yesus berlimpah ruah dengan kabar anugerah.

Anugerah tersedia bagi mereka yang putus asa, yang membutuhkan pertolongan, yang merasa hancur, dan tidak lagi sanggup jalan sendiri. Anugerah Tuhan tersedia bagi kita semua. —Philip Yancey

Bapa, anugerah-Mu yang begitu luas menyucikan kami dan membuat kami takjub. Kiranya kami hidup hari ini sebagai orang-orang yang telah Engkau ampuni secara mutlak dan yang kembali dalam hubungan pribadi dengan-Mu.

Yesus menggenapi syarat mutlak dari hukum Taurat sehingga kita dapat menikmati damai sejahtera yang sempurna dari anugerah-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 4-6; Markus 4:1-20

Artikel Terkait:

3 Alasan Orang Kristen Harus Mendalami Imannya dengan Serius

“Saya sempat berpikir, salahkah bila saya serius mendalami iman saya? Namun, makin dipikirkan, makin saya yakin bahwa sebagai orang Kristen, kita perlu untuk terus mempelajari iman kita dengan serius. Setidaknya ada tiga alasan untuk melakukannya.”

Temukan 3 alasan tersebut di dalam artikel ini.

Lebih Baik dari Pinata

Minggu, 19 Februari 2017

Lebih Baik dari Pinata

Baca: Efesus 2:1-10

2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.

2:2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.

2:3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.

2:4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,

2:5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita–oleh kasih karunia kamu diselamatkan–

2:6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,

2:7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.

2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

2:9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Oleh kasih karunia kamu diselamatkan. —Efesus 2:5

Lebih Baik dari Pinata

Pesta ala Meksiko tidaklah lengkap tanpa piñata—sebuah wadah dari bahan karton atau tanah liat yang diisi permen atau mainan kecil. Anak-anak kemudian memukul piñata itu dengan tongkat sampai pecah agar dapat menikmati isinya.

Kaum biarawan menggunakan piñata pada abad ke-16 untuk mengajar para penduduk asli Meksiko. Dahulu piñata dibuat berbentuk bintang berujung tujuh yang melambangkan tujuh dosa mematikan. Memukul piñata menggambarkan pergumulan melawan kejahatan, dan ketika isi di dalam piñata itu berhasil ditumpahkan, orang boleh membawanya pulang untuk mengingatkan mereka atas upah kegigihan mereka mempertahankan iman.

Namun kita tidak dapat melawan kejahatan dengan kekuatan kita sendiri. Allah tidak menantikan upaya-upaya kita terlebih dahulu dan baru kemudian Dia menunjukkan belas kasihan-Nya. Kitab Efesus mengajarkan, “Karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (2:8). Kita tidakmengalahkan dosa, Kristuslah yang sudah melakukannya.

Anak-anak harus berebut untuk mendapatkan permen dari dalam piñata, tetapi karunia Allah diberikan kepada kita semua ketika kita percaya kepada Yesus. Allah “telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga” (1:3). Kita memperoleh pengampunan dosa, penebusan, pengangkatan menjadi anak, kehidupan baru, kebahagiaan, kasih, dan masih banyak lagi. Kita tidak memperoleh segala berkat rohani itu karena kita kuat dan setia dalam mempertahankan iman, melainkan karena kita percaya kepada Yesus. Berkat-berkat rohani hanya diterima melalui kasih karunia—kasih karunia yang sama sekali tidak layak kita terima! —Keila Ochoa

Terima kasih, Tuhan, atas kemurahan-Mu yang agung dan cuma-cuma!

Kita telah diselamatkan oleh kasih karunia. Kini kita menikmati kelimpahan berkat yang dikaruniakan Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 25; Markus 1:23-45

Artikel Terkait:

Mengapa Menikah Bukan Satu-Satunya Cara Mengalami Cinta Sejati

Bayangkan jika yang bisa mengalami kasih sejati, kasih tak bersyarat, hanyalah orang-orang yang menikah. Bukankah itu berarti orang-orang yang tidak menikah kurang penting di mata Allah? Apakah benar demikian?

Guntur dan Petir

Rabu, 25 Januari 2017

Guntur dan Petir

Baca: Mazmur 29

29:1 Mazmur Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan!

29:2 Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!

29:3 Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar.

29:4 Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak.

29:5 Suara TUHAN mematahkan pohon aras, bahkan, TUHAN menumbangkan pohon aras Libanon.

29:6 Ia membuat gunung Libanon melompat-lompat seperti anak lembu, dan gunung Siryon seperti anak banteng.

29:7 Suara TUHAN menyemburkan nyala api.

29:8 Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar, TUHAN membuat padang gurun Kadesh gemetar.

29:9 Suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya; dan di dalam bait-Nya setiap orang berseru: “Hormat!”

29:10 TUHAN bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.

29:11 TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!

Suara Tuhan membuat kilat menyambar. —Mazmur 29:7 BIS

Guntur dan Petir

Bertahun-tahun lalu ketika saya dan seorang teman sedang memancing, tiba-tiba hujan mulai turun. Kami berteduh di bawah pepohonan aspen dekat situ, tetapi hujan terus turun. Maka kami memutuskan untuk pulang dan berlari ke arah mobil. Saya baru saja membuka pintu mobil dan tiba-tiba petir menyambar pohon-pohon aspen tadi dengan bola api yang bergemuruh. Api itu menghanguskan daun-daun, mengelupas kulit pohon, dan meninggalkan asap pada beberapa cabangnya. Dan kemudian senyap.

Kami terguncang sekaligus terpesona.

Sangat sering petir menyambar dan guntur bergemuruh melintasi lembah di Idaho tempat kami tinggal. Saya menikmatinya—walau pernah nyaris tersambar. Saya menikmati kekuatannya yang dashyat. Kilatnya! Gemuruhnya! Sungguh mengguncang dan mempesona! Bumi dan segala sesuatu di sekitarnya bergetar dan terguncang. Lalu setelah itu ada kedamaian.

Saya sangat menyukai petir dan guntur terutama karena keduanya adalah simbol dari suara Allah (Ayb. 37:4) yang bersabda dengan kekuatan yang mengagumkan dan tak tertahankan melalui firman-Nya. “Suara Tuhan menyemburkan nyala api. . . . Tuhan kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, Tuhan kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!” (Mzm. 29:7,11). Dia memberikan kekuatan untuk bertahan, untuk bersabar, untuk berbuat baik, untuk duduk diam, untuk bangun dan melangkah, atau untuk tidak melakukan apa-apa.

Kiranya Allah sumber damai selalu menyertai kamu. —David Roper

Ya Tuhan, tenangkanlah hatiku di dalam badai. Berikan kepadaku damai-Mu dan kekuatan untuk menjalani hari ini.

Iman menghubungkan kelemahan kita dengan kekuatan Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 12-13; Matius 16

Artikel Terkait:

Tsunami yang Mengubah Hidupku

Tsunami dahsyat di tahun 2004 adalah peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan Kelty seumur hidup. Melalui peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya itu, Tuhan mengubahkan cara pandangnya tentang kehidupan.

Napas Hidup

Jumat, 20 Januari 2017

Napas Hidup

Baca: Kejadian 2:4-8

2:4 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, —

2:5 belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu;

2:6 tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu–

2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

2:8 Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.

Ketika itulah Tuhan Allah . . . menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. —Kejadian 2:7

Napas Hidup

Pada suatu pagi yang dingin dan membeku, saat saya dan putri saya berjalan bersama menuju sekolahnya, kami sangat senang melihat hembusan napas kami berubah menjadi uap. Kami tertawa geli melihat bermacam-macam bentuk uap yang dihasilkan dari hembusan napas kami. Saya mensyukuri momen itu, karena saya dapat menikmati kebersamaan dengan putri saya dan merasakan hidup.

Hembusan napas kami yang biasanya tidak terlihat itu tampak di udara dingin, dan itu membuat saya memikirkan tentang Sumber dari napas dan hidup kita—Allah Pencipta kita. Dia, yang menciptakan Adam dari debu tanah dan memberinya napas hidup, juga memberikan hidup kepada kita dan setiap makhluk ciptaan-Nya (Kej. 2:7). Segala sesuatu berasal dari-Nya, bahkan napas yang kita hirup tanpa memikirkannya.

Karena sekarang kita mempunyai banyak kemudahan dan teknologi, kita mungkin cenderung melupakan asal mula kita dan kenyataan bahwa Allah sebagai sumber hidup kita. Namun ketika kita berhenti sejenak untuk mengingat bahwa Allah adalah Pencipta kita, kita dapat menjadikan ucapan syukur sebagai kebiasaan kita sehari-hari. Kita dapat meminta pertolongan-Nya sambil menyadari dengan rendah hati dan penuh syukur bahwa hidup kita adalah anugerah. Kiranya ucapan syukur kita terus melimpah dan menyentuh hati orang lain, sehingga mereka juga akan bersyukur kepada Tuhan atas segala kebaikan dan kesetiaan-Nya. —Amy Boucher Pye

Bapa Surgawi, Engkau sungguh Allah yang dahsyat dan mengagumkan! Engkau menciptakan kehidupan dengan napas-Mu sendiri. Kami memuji-Mu dan mengagumi-Mu. Terima kasih untuk karya ciptaan-Mu.

Bersyukurlah kepada Allah, Pencipta kita, yang memberi kita napas hidup.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 49-50; Matius 13:31-58

Artikel Terkait:

Ketika Aku Kehilangan Orang yang Kukasihi

Bagaimana caramu memelihara kenangan tentang orang terkasih yang sudah meninggal dunia? Kenangan akan orang-orang yang terkasih ini membuat Peerapat merenungkan kembali mengapa kita harus menghadapi kematian.