Bahan renungan yang bisa menemani saat teduhmu dan menolongmu dalam membaca firman Tuhan.

Natal Yang Menyusup?

Kamis, 13 November 2014

Natal Yang Menyusup?

Baca: Galatia 4:1-7

4:1 Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;

4:2 tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.

4:3 Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia.

4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.

4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.

4:6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

4:7 Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.

Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu! —2 Korintus 9:15

Natal Yang Menyusup?

Saya menyukai Natal. Perayaan hari kelahiran Kristus dan suasananya yang indah dan mengagumkan membuat Natal menjadi “saat terindah di sepanjang tahun” bagi saya. Namun belakangan ini, suasana indah itu disertai dengan rasa jengkel yang makin menjadi-jadi. Setiap tahun “pernak-pernik Natal” muncul semakin awal—perlahan-lahan menyusup dari awal musim gugur.

Masa Natal biasanya hanya dirasakan pada bulan Desember, tetapi kini kita mendengar lagu Natal diputar stasiun-stasiun radio sejak awal November. Toko-toko mulai mengiklankan promosi spesial Natal di bulan Oktober, dan permen Natal dijual sejak akhir September. Jika kita tidak berhati-hati, semua kehebohan yang datang bertubi-tubi itu dapat membuat kita mati rasa—bahkan hati kita dapat dipenuhi rasa jengkel di tengah suasana yang seharusnya membangkitkan ucapan syukur dan kekaguman kita.

Ketika rasa jengkel tersebut mulai menguasai jiwa saya, saya berusaha melakukan satu hal: Mengingat. Saya mengingatkan diri saya akan makna Natal yang sejati, siapa diri Yesus, dan mengapa Dia lahir. Saya mengingat kasih dan anugerah Allah yang Maha Pengampun yang telah mengirimkan pertolongan bagi kita dalam diri Anak-Nya. Saya mengingat bahwa, pada akhirnya, hanya satu pemberian yang benar-benar berarti—“karunia [Allah] yang tak terkatakan itu!” (2Kor. 9:15). Saya mengingat bahwa keselamatan yang diberikan melalui kedatangan Kristus merupakan pemberian yang tidak dapat dipisahkan dari Allah yang memberikan keselamatan itu.

Yesus adalah hidup kita untuk sepanjang tahun, dan Dialah keajaiban yang terbesar. “Datang dan sembah Dia!” —WEC

Ya Allah yang hidup, aku bersyukur kepada-Mu atas Putra-Mu
sebagai karunia yang tak terkatakan. Dekatkan hatiku kepada
hati-Mu, sehingga ibadahku dan ucapan syukurku atas Putra-Mu
takkan pernah pudar oleh tawaran-tawaran dunia di sekelilingku.

Yesus adalah hidup kita untuk sepanjang tahun.

Gambaran Besarnya

Rabu, 12 November 2014

Gambaran Besarnya

Baca: Yesaya 40:21-31

40:21 Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar? Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya? Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan?

40:22 Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!

40:23 Dia yang membuat pembesar-pembesar menjadi tidak ada dan yang menjadikan hakim-hakim dunia sia-sia saja!

40:24 Baru saja mereka ditanam, baru saja mereka ditaburkan, baru saja cangkok mereka berakar di dalam tanah, sudah juga Ia meniup kepada mereka, sehingga mereka kering dan diterbangkan oleh badai seperti jerami.

40:25 Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.

40:26 Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat.

40:27 Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?"

40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.

40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu. —Yesaya 40:26

Gambaran Besarnya

Yang semula hanyalah sebuah tanah kosong seluas 4,5 hektar di kawasan Belfast, Irlandia Utara, akhirnya berubah menjadi lukisan tanah terbesar di Kepulauan Inggris. Lukisan bertajuk Wish, karya seniman Jorge Rodriguez-Gerada, dibuat dari 30.000 pasak kayu, 2.000 ton tanah, 2.000 ton pasir, dan beragam bahan seperti rumput, bebatuan, dan tali-temali.

Awalnya hanya sang seniman yang mengetahui hasil akhir dari karya seni tersebut nantinya. Ia lalu menyewa tenaga para pekerja dan merekrut para sukarelawan untuk mengangkat bahan-bahan tersebut dan menempatkannya pada posisinya masing-masing. Pada saat bekerja, mereka mungkin tidak menyangka bahwa sesuatu yang luar biasa akan muncul dari pekerjaan mereka. Namun akhirnya itulah yang terjadi. Dari atas tanah, karya itu tidak terlalu terlihat. Namun ketika dilihat dari atas, orang dapat melihat sebuah potret yang sangat besar—gambar wajah seorang gadis cilik yang sedang tersenyum.

Allah sedang mengerjakan sesuatu yang luar biasa agung di dunia ini. Dialah Sang Seniman yang telah melihat hasil akhirnya. Kita adalah “kawan sekerja Allah” (1Kor. 3:9) yang sedang menolong Dia mewujudkannya. Melalui Nabi Yesaya, Allah mengingatkan umat-Nya bahwa Dialah “yang bertakhta di atas bulatan bumi” dan “membentangkan langit seperti kain” (Yes. 40:22). Kita tidak dapat melihat gambaran akhirnya, tetapi kita terus melangkah dalam iman, dengan menyadari bahwa kita merupakan bagian dari suatu karya seni yang mengagumkan—karya yang sedang diciptakan di atas bumi tetapi yang kelak akan terlihat paling indah dari surga. —JAL

Saat terkadang aku berpikir bisa melihat seluruh maksud-Mu,
Tuhan, hatiku tahu aku hanya bisa melihat secuil saja.
Aku bersyukur karena Engkau sedang menggenapi kehendak-Mu
yang indah di dunia ini, dan aku bisa mempercayai-Mu.

Allah sedang memakai kita untuk menolong-Nya menciptakan suatu mahakarya.

The Drinking Gourd

Selasa, 11 November 2014

The Drinking Gourd

Baca: Filipi 2:12-18

2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,

2:13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

2:14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,

2:15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,

2:16 sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.

2:17 Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.

2:18 Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku.

Sehingga kamu bercahaya . . . seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan. —Filipi 2:15-16

The Drinking Gourd

Sebelum meletusnya Perang Saudara Amerika Serikat (1861-1865), para budak pelarian dapat menemukan kebebasan mereka dengan cara menelusuri “jalur kereta bawah tanah”, suatu istilah yang digunakan untuk menyebut rute-rute rahasia yang terbentang dari wilayah Selatan ke Utara serta kaum penentang perbudakan yang menolong mereka di sepanjang perjalanan. Para budak itu biasanya bepergian pada malam hari hingga berkilo-kilometer, dan mereka bertahan pada jalur tersebut dengan mengikuti cahaya yang terpancar dari “The Drinking Gourd”. Itulah nama sandi untuk suatu rasi bintang yang dikenal sebagai The Big Dipper, yang dapat menuntun kita kepada Bintang Utara. Sejumlah kalangan percaya bahwa para pelarian itu juga menggunakan petunjuk yang telah disandikan dalam lirik lagu Follow the Drinking Gourd (Ikuti The Drinking Gourd) supaya mereka tidak tersesat dalam perjalanan.

Para penentang perbudakan dan rasi bintang “The Drinking Gourd” sama-sama berfungsi sebagai titik terang yang membawa para budak tersebut menuju kebebasan. Rasul Paulus berkata bahwa orang percaya hendaknya bercahaya “seperti bintang-bintang di dunia” guna menunjukkan jalan bagi mereka yang sedang mencari kebenaran, penebusan, dan kebebasan rohani dari Allah (Flp. 2:15).

Kita tinggal di tengah kegelapan dunia yang sangat butuh untuk melihat terang Yesus Kristus. Kita dipanggil untuk memancarkan cahaya kebenaran Allah agar orang lain dapat diarahkan kepada satu Pribadi yang menebus manusia dan menjadi jalan menuju kebebasan dan kehidupan sejati. Kita menuntun mereka kepada Yesus yang merupakan jalan, kebenaran, dan hidup (Yoh. 14:6). —HDF

Ya Tuhanku, terima kasih Engkau telah menebusku dan memberikan
hidup baru bagiku. Beriku belas kasihan bagi mereka yang jiwanya
masih terhilang dalam kegelapan. Pakailah aku untuk menjadi terang
yang mengarahkan orang lain kepada-Mu, Sang Terang Dunia.

Terangi duniamu dengan memancarkan terang Yesus.

Kehormatan Untuk Mengikuti

Senin, 10 November 2014

Kehormatan Untuk Mengikuti

Baca: Matius 4:18-22

4:18 Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.

4:19 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

4:20 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.

4:21 Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka

4:22 dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

Yesus berkata kepada mereka: ”Mari, ikutlah Aku.” —Matius 4:19

Kehormatan Untuk Mengikuti

Dalam kunjungannya ke Yerusalem, seorang teman melihat seorang rabi yang telah lanjut usia sedang berjalan melewati Tembok Ratapan. Yang menarik dari sang rabi tua tersebut adalah adanya lima pemuda yang ikut berjalan di belakangnya. Mereka juga berjalan dengan membungkuk dan terseok-seok, sama seperti yang dilakukan oleh rabi mereka. Seorang penganut agama Yahudi Ortodoks yang memperhatikan mereka pasti segera tahu persis mengapa mereka meniru gerak-gerik guru mereka. Mereka adalah “para pengikut”.

Sepanjang sejarah agama Yahudi, salah satu kedudukan yang paling dijunjung oleh seorang pria Yahudi adalah hak istimewa untuk menjadi “pengikut” dari seorang rabi di daerahnya. Para pengikut biasanya duduk di kaki sang rabi saat ia mengajar. Mereka akan mempelajari kata-katanya dan memperhatikan bagaimana ia bertindak dan menanggapi hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Seorang pengikut melihat dirinya mendapat kehormatan besar apabila ia dapat melayani rabinya, sekalipun yang dilakukannya adalah sesuatu yang sepele. Karena kekaguman mereka, mereka pun bertekad untuk menjadi sama seperti sang rabi.

Ketika Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk mengikut Dia (Mat. 4:19), itulah undangan agar hidup mereka diubahkan oleh-Nya, menjadi sama seperti Dia, dan menghayati kerinduan-Nya untuk menyelamatkan orang-orang yang membutuhkan Juruselamat. Kehormatan besar untuk menjadi pengikut-Nya haruslah juga terlihat nyata dalam hidup kita. Kita pun telah dipanggil untuk menarik perhatian dunia melalui ucapan, pikiran, dan tindakan kita yang meneladan Yesus—Sang Rabi dan Guru bagi jiwa kita. —JMS

Terima kasih, Tuhan, atas kehormatan besar mendapat
panggilan untuk mengikut-Mu. Kiranya hidupku dapat
meneladan-Mu sehingga orang lain akan tahu bahwa
Engkaulah tujuan hidupku dan guru bagi jiwaku.

Ikutilah Yesus dan biarlah dunia tahu bahwa Dialah gurumu.

Merobohkan Tembok

Minggu, 9 November 2014

Merobohkan Tembok

Baca: Kejadian 50:15-21

50:15 Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya."

50:16 Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: "Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan:

50:17 Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu." Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya.

50:18 Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: "Kami datang untuk menjadi budakmu."

50:19 Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?

50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

50:21 Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.

Ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. —Kejadian 50:21

Merobohkan Tembok

Masa-masa setelah berakhirnya Perang Dunia II disebut sebagai masa Perang Dingin, dimana negara-negara saling melontarkan ancaman dan berebut kekuasaan. Tembok Berlin, yang dibangun pada bulan Agustus 1961, pernah berdiri selama hampir 3 dekade sebagai salah satu simbol yang paling kuat dari permusuhan yang membara. Kemudian, pada 9 November 1989, tersebar pengumuman bahwa warga Berlin Timur dapat menyeberang dengan bebas ke Berlin Barat. Seluruh tembok itu akhirnya dirobohkan pada tahun berikutnya.

Kisah Yusuf yang terkenal dalam Perjanjian Lama mengisahkan tentang seorang anak kesayangan yang dibenci oleh saudara-saudaranya (Kej. 37-50). Meski demikian, Yusuf menolak untuk mendirikan tembok kebencian yang memisahkan dirinya dengan saudara-saudaranya yang telah menjualnya sebagai budak. Ketika bertahun-tahun kemudian bencana kelaparan mempertemukan mereka, Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya dengan kebaikan hati, dan mengatakan, “Kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, . . . Ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya” (50:20-21), dan sikapnya itu menolong memulihkan hubungan kedua belah pihak.

Hari ini, dua puluh lima tahun yang lalu, sebuah tembok penindas buatan manusia telah dirobohkan, sehingga kemerdekaan bisa dirasakan dan para anggota keluarga serta sahabat dapat bersatu kembali.

Jika kita telah mendirikan tembok kemarahan yang memisahkan kita dari sesama, Tuhan bersedia dan sanggup menolong kita untuk mulai merobohkannya hari ini. —DCM

Bapa Surgawi, selidikilah hatiku; nyatakan padaku di mana saja
aku telah mendirikan tembok dalam semua relasiku dengan sesama.
Tunjukkanlah kepadaku cara untuk mulai merobohkannya
agar terjalin kembali perdamaian dengan mereka.

Amarah akan mendirikan tembok; tetapi kasih akan merobohkannya.

Jeruk Atau Susu?

Sabtu, 8 November 2014

Jeruk Atau Susu?

Baca: Ibrani 5:5-14

5:5 Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini",

5:6 sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek."

5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,

5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,

5:10 dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.

5:11 Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.

5:12 Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.

5:13 Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.

5:14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.

Makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa. —Ibrani 5:14

Jeruk Atau Susu?

Saat saya memberi tahu putri saya yang masih kecil bahwa seorang bayi laki-laki berusia 3 bulan akan datang berkunjung ke rumah kami, ia merasa sangat gembira. Dalam kepolosannya, putri saya menyarankan agar kami menyajikan makanan yang kami punya untuk bayi tersebut; dan ia mengira si bayi akan menyukai jus jeruk dari mangkuk yang ada di atas meja dapur kami. Saya menjelaskan kepadanya bahwa untuk saat ini bayi itu hanya dapat minum susu, tetapi mungkin ia akan menyukai jus jeruk ketika sudah lebih besar nanti.

Alkitab menggunakan konsep yang serupa untuk menjelaskan tentang kebutuhan orang percaya akan makanan rohani. Kebenaran-kebenaran dasar dari Kitab Suci adalah seperti susu—berguna untuk menolong orang-orang yang baru percaya supaya bertumbuh dan berkembang (1Ptr. 2:2-3). Sebaliknya, “Makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa” (Ibr. 5:14). Orang percaya yang sudah memiliki waktu untuk mencerna dan memahami kebenaran-kebenaran dasar dapat beranjak untuk mencermati konsep-konsep alkitabiah lainnya dan mulai mengajarkan kebenaran itu kepada orang lain. Buah dari kedewasaan rohani adalah kebijaksanaan untuk membedakan yang baik dan yang jahat (ay.14), hikmat ilahi (1Kor. 2:6), dan kemampuan untuk menyampaikan kebenaran Allah kepada sesama (Ibr. 5:12).

Seperti orangtua yang penuh kasih, Allah ingin supaya iman kita bertumbuh. Dia tahu bahwa menikmati susu rohani saja tidak akan membawa kebaikan untuk kita. Allah menghendaki kita untuk terus melangkah maju agar kita dapat menikmati santapan rohani yang lebih keras. —JBS

Ya Tuhanku, tolong aku untuk memperdalam pemahamanku
akan firman-Mu. Biarlah Roh Kudus menuntunku
dan menerangi hatiku pada saat aku mencari kebenaran-Mu
sehingga aku dapat hidup menurut kehendak-Mu.

Pertumbuhan rohani terjadi ketika iman dipupuk.

Gandakan

Jumat, 7 November 2014

Gandakan

Baca: Wahyu 22:1-5

22:1 Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.

22:2 Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.

22:3 Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya,

22:4 dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.

22:5 Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.

Maka tidak akan ada lagi laknat. —Wahyu 22:3

Gandakan

Amy telah berjuang melawan kanker selama 5 tahun. Suatu hari dokter memberitahunya bahwa pengobatan yang dijalaninya tidak berhasil dan ia pun hanya mempunyai sisa waktu beberapa minggu untuk hidup. Karena rindu untuk mengerti beberapa hal dan mendapatkan jaminan mengenai kehidupan kekal, Amy bertanya kepada pendetanya, “Akan seperti apakah surga itu?”

Sang pendeta bertanya kepada Amy tentang hal-hal yang paling ia sukai dalam hidupnya di dunia ini. Amy menyebutkan bahwa ia suka berjalan-jalan, pelangi, teman-teman yang penuh perhatian serta suara tawa anak-anak. “Jadi, apakah maksud Bapak aku akan mendapatkan semua itu di surga nanti?” tanya Amy dengan penasaran.

Sang pendeta mennjawab, “Aku percaya hidupmu di surga akan jauh lebih indah dan menakjubkan daripada semua hal yang pernah kau cintai dan alami di dunia ini. Pikirkan tentang apa yang terbaik bagimu di sini, lalu gandakan itu berulang-ulang. Menurutku, seperti itulah surga.”

Alkitab tidak menjabarkan secara detail tentang bagaimana kehidupan kekal itu kelak, tetapi di dalamnya disebutkan bahwa hidup bersama Kristus di surga akan “jauh lebih baik” daripada keadaan kita saat ini (Flp. 1:23). “Maka tidak ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya.”

Yang terbaik dari semua itu adalah kita akan bertatap muka langsung dengan Tuhan Yesus. Segala kerinduan kita yang terdalam akan sepenuhnya terpuaskan di dalam Dia. —AMC

Ya Tuhan, kami bersyukur atas kehadiran-Mu saat ini dalam
hidup kami. Walau demikian, alangkah menakjubkannya ketika
kelak kami bertemu langsung dengan-Mu! Hidup bersama-Mu
di surga akan menjadi pengalaman yang jauh lebih indah.

Hidup bersama Yesus selamanya adalah puncak dari segala kebahagiaan.

Tenaga Kuda

Kamis, 6 November 2014

Tenaga Kuda

Baca: Ayub 39:22-28

39:22 Engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda? Engkaukah yang mengenakan surai pada tengkuknya?

39:23 Engkaukah yang membuat dia melompat seperti belalang? Ringkiknya yang dahsyat mengerikan.

39:24 Ia menggaruk tanah lembah dengan gembira, dengan kekuatan ia maju menghadapi senjata.

39:25 Kedahsyatan ditertawakannya, ia tidak pernah kecut hati, dan ia pantang mundur menghadapi pedang.

39:26 Di atas dia tabung panah gemerencing, tombak dan lembing gemerlapan;

39:27 dengan garang dan galak dilulurnya tanah, dan ia meronta-ronta kalau kedengaran bunyi sangkakala;

39:28 ia meringkik setiap kali sangkakala ditiup; dan dari jauh sudah diciumnya perang, gertak para panglima dan pekik.

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib. —Mazmur 139:14

Tenaga Kuda

Bayangkanlah sejenak tentang kekuatan, keindahan, dan keanggunan dari seekor kuda yang sedang berderap. Bayangkanlah kepala sang kuda yang terangkat tinggi, surai pada tengkuknya yang melambai tertiup angin, dan kaki-kaki yang bergerak serentak untuk memberikan kecepatan, tenaga, dan kebebasan.

Kuda merupakan contoh yang menakjubkan dari makhluk ciptaan Allah yang luar biasa! Allah menciptakan kuda bukan hanya untuk kita kagumi dan nikmati, tetapi juga untuk menjadi pelengkap hidup umat manusia (Ayb. 39). Kuda yang terlatih dengan sangat baik tidak akan mengenal rasa takut, sehingga sangat berguna pada saat kita membutuhkan pendamping yang berani. Kuda digunakan sebagai sarana yang handal untuk membawa seorang prajurit maju ke medan perang dengan semangat menyala-nyala (ay.27) dan penuh kesigapan (ay.28).

Walaupun Allah menggunakan makhluk ciptaan-Nya untuk mengajar Ayub mengenai kedaulatan-Nya, melalui bagian Alkitab tersebut kita juga diingatkan tentang nilai diri kita sebagai manusia di dalam dunia milik Allah ini. Kita diciptakan tidak hanya sebagai makhluk indah yang menyandang mandat ilahi, namun juga sebagai makhluk yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Tenaga seekor kuda memang menakjubkan, tetapi nilai diri setiap manusia melampaui segala makhluk ciptaan Allah lainnya.

Allah menciptakan kita secara unik untuk menjalin hubungan dengan-Nya dan untuk tinggal bersama Dia selamanya. Ketika kita memuji Allah atas keindahan segala makhluk ciptaan-Nya, kita juga dibuat terkagum karena “kejadian [kita] dahsyat dan ajaib”. —JDB

Ya Allah dan Bapa kami yang Mahabesar, terima kasih atas karya
ciptaan-Mu. Engkau telah menyediakan begitu banyak makhluk luar
biasa untuk kami nikmati, tetapi tolonglah kami untuk menyadari
keunikan kami di antara semua ciptaan dengan ucapan syukur.

Dari segala makhluk ciptaan Allah, hanya manusia yang dapat mengalami kelahiran baru.

Tidak Layak

Rabu, 5 November 2014

Tidak Layak

Baca: Kejadian 32:3-12

32:3 Sesudah itu Yakub menyuruh utusannya berjalan lebih dahulu mendapatkan Esau, kakaknya, ke tanah Seir, daerah Edom.

32:4 Ia memerintahkan kepada mereka: "Beginilah kamu katakan kepada tuanku, kepada Esau: Beginilah kata hambamu Yakub: Aku telah tinggal pada Laban sebagai orang asing dan diam di situ selama ini.

32:5 Aku telah mempunyai lembu sapi, keledai dan kambing domba, budak laki-laki dan perempuan, dan aku menyuruh memberitahukan hal ini kepada tuanku, supaya aku mendapat kasihmu."

32:6 Kemudian pulanglah para utusan itu kepada Yakub dan berkata: "Kami telah sampai kepada kakakmu, kepada Esau, dan iapun sedang di jalan menemui engkau, diiringi oleh empat ratus orang."

32:7 Lalu sangat takutlah Yakub dan merasa sesak hati; maka dibaginyalah orang-orangnya yang bersama-sama dengan dia, kambing dombanya, lembu sapi dan untanya menjadi dua pasukan.

32:8 Sebab pikirnya: "Jika Esau datang menyerang pasukan yang satu, sehingga terpukul kalah, maka pasukan yang tinggal akan terluput."

32:9 Kemudian berkatalah Yakub: "Ya Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak, ya TUHAN, yang telah berfirman kepadaku: Pulanglah ke negerimu serta kepada sanak saudaramu dan Aku akan berbuat baik kepadamu–

32:10 sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang Engkau tunjukkan kepada hamba-Mu ini, sebab aku membawa hanya tongkatku ini waktu aku menyeberangi sungai Yordan ini, tetapi sekarang telah menjadi dua pasukan.

32:11 Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya.

32:12 Bukankah Engkau telah berfirman: Tentu Aku akan berbuat baik kepadamu dan menjadikan keturunanmu sebagai pasir di laut, yang karena banyaknya tidak dapat dihitung."

Sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang Engkau tunjukkan kepada hamba-Mu ini. —Kejadian 32:10

Tidak Layak

Tidak seperti orang-orang yang meninggikan diri mereka, Yakub sadar bahwa hidupnya telah dirusak oleh dosa (Kej. 32:10). Ia memandang dirinya tidak layak untuk menerima kasih karunia Allah. Ia telah menipu kakaknya Esau untuk mendapatkan hak kesulungan (psl.27), dan sang kakak pun membencinya karena hal itu. Sekarang, bertahun-tahun kemudian, Yakub harus kembali berhadapan dengan Esau.

Yakub berdoa, “Sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang Engkau tunjukkan . . . . Lepaskanlah kiranya aku” (Kej. 32:10-11).

Alangkah janggal melihat kedua frasa ini saling berdampingan: Aku tidak layak untuk menerima segala kasih-Mu . . . . Lepaskanlah aku! Namun Yakub dapat berdoa memohon belas kasihan Allah karena pengharapannya tidak digantungkan pada keadaan dirinya, tetapi pada janji Allah. Allah berjanji bahwa Dia berkenan kepada siapa saja yang merendahkan diri di hadapan- Nya. Kerendahan hati dan penyesalan merupakan kunci yang membuka pintu hati Allah. Seseorang berkata bahwa sikap hati yang terbaik untuk berdoa dimiliki ketika kita telah kehilangan segalanya. Pada saat itu, doa menjadi seruan yang keluar dari lubuk hati yang terdalam. Doa itu berasal dari jiwa yang menyadari kebobrokan dirinya.

Doa-doa seperti itu dipanjatkan oleh orang-orang yang sadar sepenuhnya akan dosa dan aib mereka, tetapi, pada saat yang sama, mereka juga diyakinkan akan anugerah Allah yang tercurah kepada manusia berdosa yang tidak layak menerimanya. Allah menyimak seruan mereka yang berdoa: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini!” (Luk. 18:13) —DHR

Ya Tuhan, aku ini seperti Yakub, yang membutuhkan belas kasih-Mu.
Aku telah berdosa kepada-Mu, dan kini kubersujud di kaki-Mu.
Terima kasih, Engkaulah Allah yang penuh belas kasih, yang selalu
siap dan sanggup untuk mengampuni dan memulihkanku.

Layaklah Allah yang agung mengampuni para pendosa besar.