Butuh Diselamatkan

Minggu, 7 Juni 2020

Butuh Diselamatkan

Baca: Lukas 10:30-37

10:30 Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.

10:31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.

10:32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.

10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

10:36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”

10:37 Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.—Lukas 10:33

Butuh Diselamatkan

Aldi adalah seorang remaja yang bekerja sendirian di sebuah jermal, gubuk kayu yang didirikan di tengah laut untuk menangkap ikan. Lokasinya sekitar 125 kilometer dari lepas pantai Sulawesi, Indonesia. Suatu hari, angin kencang mengguncang gubuk itu hingga terlepas dari tiang-tiang penyangganya dan terhanyut ke laut. Selama empat puluh sembilan hari, Aldi terombang-ambing di lautan. Setiap kali ada kapal lewat, ia menyalakan lampu untuk menarik perhatian para pelaut, tetapi mereka tidak melihatnya dan terus melewatinya. Sekitar sepuluh kapal melewati remaja yang kekurangan gizi itu sebelum akhirnya ia diselamatkan.

Yesus menceritakan perumpamaan kepada seorang “ahli Taurat” (Luk. 10:25) tentang seseorang yang perlu diselamatkan. Dua orang—seorang imam dan seorang Lewi—melihat ada orang yang terluka dan tergeletak di tengah perjalanan mereka. Namun, alih-alih menolong orang yang terluka itu, keduanya justru “melewatinya dari seberang jalan” (ay.31-32). Apa alasannya, kita tidak tahu. Padahal, keduanya taat beragama dan seharusnya tidak asing lagi dengan hukum Allah yang memerintahkan mereka untuk mengasihi sesama (Im. 19:17-18). Mungkin mereka menganggap itu terlalu berbahaya. Mungkin juga mereka tidak ingin melanggar hukum Yahudi tentang menyentuh jenazah, yang dapat membuat mereka tidak tahir sehingga tidak dapat melayani di Bait Suci. Sebaliknya, seorang Samaria—yang dianggap rendah oleh orang Yahudi—melakukan perbuatan yang mulia. Ia melihat ada orang yang membutuhkan bantuan dan merawatnya tanpa pamrih.

Yesus mengakhiri pengajaran-Nya dengan perintah kepada pengikut-pengikut-Nya, “pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Luk. 10:37). Kiranya Allah memberikan kita kerelaan untuk mengambil risiko demi menolong sesama yang membutuhkan dengan penuh kasih.—Poh Fang Chia

WAWASAN
Sesi tanya jawab dalam Lukas 10:25-37 merupakan hasil inisiatif dari seorang “ahli Taurat” (ay.25,37). Dalam beberapa versi istilah ini diterjemahkan sebagai pengacara dan berasal dari kata Yunani nomikos (“yang berkaitan dengan perkara-perkara hukum”). Fokusnya adalah hukum Musa. Para ahli Taurat juga dikenal sebagai “ahli hukum” atau “guru agama”; mereka menduduki posisi otoritas (Matius 23:2) dan oleh karenanya disegani. Para ahli agama ini, teolog-teolog zaman itu, adalah yang melestarikan, menafsirkan, dan menghakimi dalam perkara-perkara hukum. Di awal Injil Lukas, ketika Yesus baru berusia 12 tahun, Ia terpisah dari orang tua-Nya selama 3 hari. Mereka menemukan dia di pelataran Bait Suci sedang duduk di antara alim ulama, berinteraksi dengan mereka dan membuat para ahli itu bingung (Lukas 2:46). Belakangan setelah Yesus dewasa, orang-orang seperti merekalah yang menjadi sasaran teguran-Nya (11:45-54). —Arthur Jackson

Siapa orang yang ditempatkan Tuhan di sekitarmu untuk kamu tolong? Bagaimana kamu dapat mempraktikkan kasih hari ini?

Ya Allah, bukalah mataku untuk melihat kebutuhan orang-orang di sekitarku dan berilah aku hati-Mu yang berbelas kasih kepada sesama.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 28–29; Yohanes 17

Kontribusi handlettering oleh Novia Jonatan.

Bagikan Konten Ini
24 replies
  1. Feodora Judith
    Feodora Judith says:

    Bapa, ajar aku untuk selalu dpt melihat dan menolong org di sekitar ku. 🙏

  2. Dewi Ros Simanjuntak
    Dewi Ros Simanjuntak says:

    Kasih.
    Ajari kami Tuhan untuk saling mengasihi dalam namaMu, amin 😇

  3. sherly
    sherly says:

    Ajari kami untuk saling mengasihi ya Tuhan. Terpujilah nama Tuhan skarang dan sampai slamaNya. Amin

  4. Erfa
    Erfa says:

    Bapa ajar kami untuk bisa lebih mengasihi dan berbagi ke sesama kami manusia tanpa melihat SARA ataupun ekonominya. Amen 🙏

  5. Johannes Aritonang
    Johannes Aritonang says:

    Amin..sesama umat saling menolong, mengasihi.. bahwa kasih Tuhan Yesus ada didalam kita percaya..jangan pernah jauh dari Tuhan., terpujilah nama Tuhan untuk selamanya..

  6. Renato
    Renato says:

    Ya Allah ,ajarkan kami tentang kasih dan dpt mempratikkan kasih terhadap sesama kami. Amien

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *