Pada Waktunya
Kamis, 18 April 2019
Baca: Lukas 23:32-46
23:32 Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.
23:33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.
23:34 Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.
23:35 Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.”
23:36 Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya
23:37 dan berkata: “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!”
23:38 Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: “Inilah raja orang Yahudi”.
23:39 Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!”
23:40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?
23:41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”
23:42 Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”
23:43 Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
23:44 Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga,
23:45 sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua.
23:46 Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. —Yohanes 10:17-18
Pintu mobil ambulans hampir tertutup—dan saya ada di dalamnya. Di luar, anak lelaki saya sedang menelepon istri saya. Dengan penglihatan yang mulai kabur karena kondisi gegar otak, saya memanggil nama anak saya. Menurut ceritanya, saat itu saya sempat berkata kepadanya dengan suara lirih, “Beri tahu ibumu aku sangat mencintainya.”
Rupanya saya mengira saya akan berpisah dengannya, dan saya ingin kalimat itu menjadi kata-kata terakhir saya. Hal itulah yang terpenting bagi saya waktu itu.
Ketika Yesus memasuki masa tergelap dalam hidup-Nya, Dia tidak hanya memberi tahu kita bahwa Dia mengasihi kita; Dia menunjukkannya dengan cara-cara yang spesifik. Dia menunjukkannya kepada prajurit-prajurit yang memaku tangan-Nya ke kayu salib: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34). Dia memberikan harapan kepada penjahat yang disalibkan bersama-sama dengan Dia: “Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (ay.43). Menjelang saat-saat terakhir, Dia menatap ibu-Nya. “Ibu, inilah, anakmu,” kata-Nya kepada Maria, dan kepada sahabat karib-Nya Yohanes, Dia berkata, “Inilah ibumu” (Yoh. 19:26-27). Lalu, ketika nyawa-Nya hendak meninggalkan raga-Nya, tindakan kasih terakhir dari Yesus adalah mempercayai Bapa-Nya: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk. 23:46).
Yesus sengaja memilih jalan salib untuk menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya—dan kedalaman kasih-Nya kepada kita. Sampai akhir, Dia menunjukkan kasih-Nya yang tak menyerah. —Tim Gustafson
WAWASAN
Kematian Yesus mengubahkan orang-orang yang hadir menyaksikannya. Salah satu dari dua penjahat yang disalibkan bersama Dia berkata, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Lukas 23:39-43). Kepala pasukan yang ditugaskan untuk menghukum Yesus berseru, “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Markus 15:39). —Tim Gustafson
Apa yang paling berarti bagi Anda? Bagaimana kasih dan ketaatan saling melengkapi?
Setiap perkataan Yesus diucapkan-Nya dengan penuh kasih.
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 3–5; Lukas 14:25-35
Handlettering oleh Catherine Tedjasaputra
Amen..
Amin,, terpujilah Tuhan yg sungguh mengasihi kita,, sehingga dia rela mengorbankan diri nya utk menebus dosa manusia di kayu salib,, God Bless..
amin
Tks Yesus.
Ajarku taat kepadaMu, Bapa amin.
Ajar kami untuk taat ya Bapa. Terpujilah nama Tuhan. amin
amin haleluyah
terberkatilah aku. haleluya Amin
Amin….
Tuhan lindungi Indonesia
Amin.. Tuhan memberkat
so blessing ❤️
Terima kasih Tuhan untuk pengorbanan-Mu menebus dosa-dosa kami melalui wafat-Mu di kayu salib. Ajarilah kami agar tetap setia kepada-Mu dalam hidup kami.
Amin
Tuhan Yesus, sungguh besar pengorbanan_Mu dalam hidup kami.
Engkau rela merendahkan diri menebus kami yang hina ini yang tak layak dihadapan-Mu dengan segala dosa pelanggaran kami
Tak mampu kami membalas semua kemurahan Mu
Hanya ungkapan syukur kami panjatkan kehadirat Mu
Ajarkan kami hidup seturut kehendak Mu…
amin
Terpujilah Engkau Bapa. apapun yg menjadi perkataanMu itulah kasih, itulah kebenaran yg sejati. Ijinkan aku menjadi bagian dalam menjakankan kebenaran itu. amin
amen
Amin, haleluya
amin
Amen
#GBu n fam
Amin Tuhan berserta kita
Trimakasih Tuhan Yesus karna Engkau rela mengorbankan diriMu bagi kami manusia yang berdosa di atas kayu salib,Amin..
ajar aku seturut kehendakmu Tuhan
amin, terimakasih Tuhan Yesus buat anugrahMu
Amin..Terpujilah Tuhan yg Mengasihi kita umat pilihan Tuhan yg rela berkorban utk menghapus dosa2 kita.Sungguh Engkau Tuhan Allahku yg Ajaib..KuasaMu nyata dlm hidupku.Amin.