Bagi Sahabat-Sahabat Kita

Senin, 1 Oktober 2018

Bagi Sahabat-Sahabat Kita

Baca: Yohanes 15:5-17

15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

15:9 “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.

15:10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

15:11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.

15:12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.

15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

15:14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.

15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.

15:17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. —Yohanes 15:12

Bagi Sahabat-Sahabat Kita

Dalam novel Wuthering Heights karya Emily Bronte, seorang tokoh pemarah yang sering mengutip ayat Alkitab untuk mengkritik orang lain digambarkan seperti “orang Farisi yang merasa paling benar, yang selalu menyelidiki Alkitab untuk mengumpulkan janji-janji di dalamnya bagi dirinya sendiri, tetapi melontarkan kutuk kepada orang-orang di sekitarnya.”

Penggambaran yang kritis itu mungkin mengingatkan kita pada orang-orang tertentu. Namun, bukankah kita semua juga bisa bersikap seperti tokoh itu? Bukankah kita cenderung cepat menghakimi kegagalan orang lain, tetapi berusaha membenarkan kegagalan kita sendiri?

Dalam Kitab Suci, ada tokoh-tokoh luar biasa yang bertindak sebaliknya. Mereka rela melepaskan janji-janji Allah bagi mereka, bahkan rela dikutuk demi keselamatan orang lain. Contohnya, Musa berkata bahwa lebih baik namanya dihapus dari kitab yang telah ditulis Allah daripada melihat orang Israel tidak diampuni (Kel. 32:32). Atau Paulus, yang berkata bahwa ia rela “terkutuk dan terpisah dari Kristus” jika itu dapat membuat bangsanya mengenal Kristus (Rm. 9:3).

Berbeda dari kecenderungan kita yang suka membenarkan diri sendiri, Kitab Suci menyoroti orang-orang yang mengasihi sesamanya lebih daripada diri mereka sendiri. Pada puncaknya, kasih seperti itu membawa kita kepada Yesus, yang mengajarkan, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13). Bahkan sebelum kita mengenal-Nya, Yesus mengasihi kita “sampai kepada kesudahannya” (Yoh. 13:1)—dengan memilih kematian agar kita dapat menerima kehidupan.

Kini kita diundang menjadi anggota keluarga Allah, untuk mengasihi dan dikasihi dengan kasih itu (Yoh. 15:9-12). Saat kita membagikan keajaiban kasih Kristus kepada sesama, dunia akan melihat Dia. —Monica Brands

Tuhan, terima kasih karena Engkau telah menunjukkan kepada kami apa artinya mengasihi. Tolonglah kami untuk mengasihi seturut dengan teladan-Mu.

Bila kita mengasihi Kristus, kita juga akan mengasihi sesama.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 11-13; Efesus 4

Artikel Terkait:

Mengasihi Itu Tidak Mudah

Bagikan Konten Ini
10 replies
  1. Bayu Suwandi
    Bayu Suwandi says:

    dengan mempraktekan kasih …( mengasihi manusia ) , seperti menolong, memberi semangat, mencegah orang lain berbuat salah ,,,,memberikan pengertian yang benar,,,menurut saya itu sudah sesuai dengan perintah Tuhan

  2. Amel
    Amel says:

    kesimpulannya, Tuhan saia sudah mengasihi kita dari sejak dulu.
    masak’an kita ga bisa mengasihi sesama kita? padahal Tuhan sudah menetapkan dalan Firman ttg mengasihi,
    Tuhan mau kita untuk mengasihi,spt Tuhan mengasihi kita pribadi anak”Nya.
    belajar memberkati org lain dengan kasih .
    krn kasih diatas dari segala perbuatan tangan .
    thank you for share this SATE
    AMIN.

  3. Gilbert
    Gilbert says:

    Saat membaca renungan di atas, di dalam pikiran saya langsung terlintas kembali, kisah heroik seorang petugas ATC Bandara Palu bernama Anthonius Agung yang menurut hemat saya, sungguh amat luar biasa dan sangat mengharukan. Di mana beliau dengan penuh tanggung jawab tetap memilih untuk bertahan di tempat, demi menyelesaikan terlebih dulu tugas memandu pesawat Batik Air agar dapat take off meninggalkan kota Palu dengan selamat.

    Meskipun tepat pada saat itu sedang terjadi gempa bumi besar.

    Sehingga konsekuensi yang harus dibayar, sungguh sangat mahal.. di mana pada akhirnya sang petugas ATC tsb HARUS kehilangan nyawanya sendiri demi menyelamatkan nyawa 148 orang yang berada di dalam pesawat Batik Air tsb.

    “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13)

    Tiba-tiba saja makna dari ayat di atas menjadi sangat jelas untuk saya. Ketimbang mendengarkan suatu khotbah berdurasi panjang yang mencoba menguraikan apa arti dari kasih.

    Jika Paulus berkata bahwa ia rela “terkutuk dan terpisah dari Kristus” jika itu dapat membuat bangsanya mengenal Kristus (mengutip isi renungan di atas), mungkin Anthonius Agung pun akan menjelaskan (seandainya masih sempat) bahwa beliau rela dan ikhlas “mengalah” (baca: kehilangan nyawa), jika hal itu dapat menyelamatkan nyawa 148 orang di dalam pesawat tsb agar dapat pergi dengan selamat sentosa.

    Dan memang tindakan mulia dan gagah berani itulah yang beliau BENAR-BENAR lakukan.

    Selamat jalan Anthonius Agung, pahlawan dan saudara seiman kita di dalam Kristus.
    God be with you till we meet again..

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *