Posts

Hidup Yang Tekun

Jumat, 27 Februari 2015

Hidup Yang Tekun

Baca: Daniel 6:2-11

6:2 Lalu berkenanlah Darius mengangkat seratus dua puluh wakil-wakil raja atas kerajaannya; mereka akan ditempatkan di seluruh kerajaan;

6:3 membawahi mereka diangkat pula tiga pejabat tinggi, dan Daniel adalah salah satu dari ketiga orang itu; kepada merekalah para wakil-wakil raja harus memberi pertanggungan jawab, supaya raja jangan dirugikan.

6:4 Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya.

6:5 Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya.

6:6 Maka berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!"

6:7 Kemudian bergegas-gegaslah para pejabat tinggi dan wakil raja itu menghadap raja serta berkata kepadanya: "Ya raja Darius, kekallah hidup tuanku!

6:8 Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa.

6:9 Oleh sebab itu, ya raja, keluarkanlah larangan itu dan buatlah suatu surat perintah yang tidak dapat diubah, menurut undang-undang orang Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali."

6:10 Sebab itu raja Darius membuat surat perintah dengan larangan itu.

6:11 Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.

Tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. —Daniel 6:11

Hidup Yang Tekun

Ketika sedang mempelajari kitab Daniel, saya terkesan saat mengetahui bahwa Daniel sebenarnya dapat dengan mudah meluputkan dirinya supaya tidak dilemparkan ke dalam gua singa. Para pejabat tinggi dalam pemerintahan Babel yang merasa iri hati kepada Daniel telah mengatur sebuah jebakan yang dipicu oleh ketekunan Daniel dalam berdoa kepada Allah setiap hari (Dan. 6:2-10). Daniel sepenuhnya telah menyadari rencana jebakan yang mereka siapkan itu. Sebenarnya ia bisa saja memutuskan untuk berdoa secara sembunyi-sembunyi selama satu bulan sampai keadaan tenang kembali. Namun Daniel bukanlah orang seperti itu.

“Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya” (ay.11). Daniel tidak menjadi panik ataupun melakukan tawar-menawar dengan Allah. Sebaliknya, ia melanjutkan kegiatan ibadahnya “seperti yang biasa dilakukannya” (ay.11). Daniel sama sekali tidak terintimidasi oleh ancaman penganiayaan.

Saya belajar tentang kuasa dari kehidupan ibadah Daniel yang tekun kepada Tuhan. Kekuatan Daniel berasal dari Allah—Allah yang ingin disenangkannya setiap hari. Ketika krisis menerpa hidupnya, Daniel tidak perlu mengubah kebiasaannya sehari-hari untuk menghadapi pergumulan itu. Ia hanya perlu untuk tetap bertekun dalam ibadahnya kepada Allah. —DCM

Bapa, aku ingin tetap beriman kepada-Mu saat penganiayaan datang
seperti yang Daniel lakukan. Beriku keberanian yang sama untuk
tekun berdoa dan tidak merasa malu karena mengenal-Mu.
Tolonglah aku untuk menghidupi imanku secara terbuka.

Allah memberi kita kesanggupan untuk tetap beriman kepada-Nya saat kita tekun beribadah kepada-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 17-19; Markus 6:30-56

Photo credit: Tambako the Jaguar / Foter / CC BY

Kuatkanlah Aku

Senin, 26 Januari 2015

Kuatkanlah Aku

Baca: Nehemia 6:1-9,15

6:1 Ketika Sanbalat dan Tobia dan Gesyem, orang Arab itu dan musuh-musuh kami yang lain mendengar, bahwa aku telah selesai membangun kembali tembok, sehingga tidak ada lagi lobang, walaupun sampai waktu itu di pintu-pintu gerbang belum kupasang pintunya,

6:2 maka Sanbalat dan Gesyem mengutus orang kepadaku dengan pesan: "Mari, kita mengadakan pertemuan bersama di Kefirim, di lembah Ono!" Tetapi mereka berniat mencelakakan aku.

6:3 Lalu aku mengirim utusan kepada mereka dengan balasan: "Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar. Aku tidak bisa datang! Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!"

6:4 Sampai empat kali mereka mengirim pesan semacam itu kepadaku dan setiap kali aku berikan jawaban yang sama kepada mereka.

6:5 Lalu dengan cara yang sama untuk kelima kalinya Sanbalat mengirim seorang anak buahnya kepadaku yang membawa surat yang terbuka.

6:6 Dalam surat itu tertulis: "Ada desas-desus di antara bangsa-bangsa dan Gasymu membenarkannya, bahwa engkau dan orang-orang Yahudi berniat untuk memberontak, dan oleh sebab itu membangun kembali tembok. Lagipula, menurut kabar itu, engkau mau menjadi raja mereka.

6:7 Bahkan engkau telah menunjuk nabi-nabi yang harus memberitakan tentang dirimu di Yerusalem, demikian: Ada seorang raja di Yehuda! Sekarang, berita seperti itu akan didengar raja. Oleh sebab itu, mari, kita sama-sama berunding!"

6:8 Tetapi aku mengirim orang kepadanya dengan balasan: "Hal seperti yang kausebut itu tidak pernah ada. Itu isapan jempolmu belaka!"

6:9 Karena mereka semua mau menakut-nakutkan kami, pikirnya: "Mereka akan membiarkan pekerjaan itu, sehingga tak dapat diselesaikan." Tetapi aku justru berusaha sekuat tenaga.

6:15 Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari.

Aku berdoa, “Ya Allah, kuatkanlah aku!” —Nehemia 6:9 BIS

Kuatkanlah Aku

Perdana Menteri pertama Singapura, Lee Kuan Yew, adalah tokoh yang dipuji karena telah membawa Singapura hingga menjadi seperti sekarang ini. Di bawah kepemimpinannya, Singapura bertumbuh menjadi kaya dan makmur serta menjadi salah satu negara yang paling maju di Asia. Ketika ditanya apakah ia pernah merasa ingin menyerah ketika dihadapkan pada kritik dan tantangan selama bertahun-tahun melayani masyarakat, ia pun menjawab, “Semua ini adalah komitmen seumur hidup.”

Nehemia, yang memimpin pembangunan kembali tembok Yerusalem, juga menolak untuk menyerah. Ia menghadapi penghinaan dan intimidasi dari musuh-musuh di sekelilingnya serta ketidakadilan dari bangsanya sendiri (Neh. 4-5). Para musuhnya bahkan secara tidak langsung menuduh bahwa Nehemia mempunyai kepentingan pribadi (6:6-7). Nehemia mencari pertolongan Allah sembari mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan diri.

Meski menghadapi banyak tantangan, tembok Yerusalem selesai dikerjakan dalam 52 hari (6:15). Namun pekerjaan Nehemia belumlah selesai. Ia mendorong bangsa Israel untuk mempelajari Kitab Suci, beribadah, dan memelihara hukum Allah. Setelah menyelesaikan 12 tahun jabatannya sebagai gubernur (5:14 BIS), ia datang kembali untuk memastikan bahwa perubahan yang dibawanya terus berlanjut (13:6). Nehemia berkomitmen seumur hidup untuk memimpin bangsanya.

Kita semua menghadapi beragam tantangan dan kesulitan dalam hidup. Namun sama seperti Allah menolong Nehemia, Dia juga akan menguatkan kita (6:9) di sepanjang hidup kita dalam tugas apa pun yang dipercayakan-Nya kepada kita. —CPH

Ya Tuhan, terkadang aku mudah menjadi kecewa ketika aku
menghadapi kritik atau tantangan. Tolong aku untuk bertahan
dan berikanlah kepadaku kekuatan untuk tetap setia dan taat
pada panggilan yang Engkau mau untuk kulakukan.

Tantangan hidup tidaklah untuk menghancurkan kita, melainkan untuk menuntun kita kepada Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 14-15, Matius 17

Photo credit: Sharon Drummond / Foter / CC BY-NC-SA

Meninggalkan

Sabtu, 17 Januari 2015

Meninggalkan

Baca: Yohanes 4:9-14,27-29

4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)

4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?

4:12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"

4:13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,

4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

4:27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?"

4:28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ:

4:29 "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?"

Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ . . . [dan berkata]: “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” —Yohanes 4:28-29

Meninggalkan

Kira-kira satu tahun setelah putra kami memperoleh SIM-nya dan mulai membawa dompet, kami mulai menerima beberapa kabar melalui telepon dari orang-orang yang menemukan dompet tersebut di suatu tempat. Kami pun mengingatkan putra kami untuk lebih berhati-hati dan tidak meninggalkan dompetnya di sembarang tempat.

Terkadang meninggalkan sesuatu, bukanlah hal yang buruk. Dalam Yohanes 4, kita membaca tentang seorang perempuan yang telah datang untuk menimba air dari sumur. Namun setelah bertemu Yesus pada hari itu, tiba-tiba ia mengubah niatnya. Perempuan itu segera meninggalkan tempayannya dan bergegas menceritakan kepada orang-orang tentang apa yang Yesus katakan kepadanya (ay.28-29). Bahkan kebutuhan fisiknya untuk mendapatkan air telah dikesampingkan oleh semangatnya untuk bercerita kepada orang banyak tentang Pribadi yang baru saja ditemuinya.

Petrus dan Andreas juga melakukan hal serupa ketika Yesus memanggil mereka. Mereka berdua segera meninggalkan jala mereka (yang merupakan sumber mata pencaharian mereka) untuk pergi mengikuti Yesus (Mat. 4:18-20). Yakobus dan Yohanes juga meninggalkan jala, perahu, bahkan ayah mereka pada saat Yesus memanggil mereka berdua (ay.21-22).

Kehidupan baru kita dalam mengikuti Yesus Kristus bisa jadi membuat kita harus meninggalkan sejumlah hal, termasuk segala sesuatu yang tidak memberi kita kepuasan abadi. Apa yang sebelumnya sangat kita dambakan kini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan hidup dan “air hidup” yang Yesus tawarkan. —CHK

Selain Kristus, tiada yang bisa memuaskan,
Kini tiada nama lain bagiku;
Segala kasih dan hidup dan sukacita abadi,
Kutemukan dalam Tuhan Yesus saja. —McGranahan

Kristus menunjukkan kasih-Nya dengan mati bagi kita; kita menunjukkan kasih kita dengan hidup bagi Dia.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 41-42, Matius 12:1-23

Photo credit: GuySie / Foter / CC BY-SA

Hari-H

Jumat, 6 Juni 2014

Hari-H

Baca: Yosua 24:2,13-18

24:2 Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.

24:13 Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya.

24:14 Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.

24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"

24:16 Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!

24:17 Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui,

24:18 TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita."

Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah . . . . Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN! —Yosua 24:15

Hari-H

Baru-baru ini saya bertanya kepada kakak perempuan saya, Mary Ann, apakah ia mengingat peristiwa saat keluarga kami pindah ke rumah yang kemudian kami tempati selama bertahun-tahun. Ia menjawab, “Umurmu baru sekitar 9 bulan pada saat itu. Aku ingat Ibu dan Ayah tak tidur sepanjang malam untuk mengepak barang dalam kardus sembari mendengarkan siaran radio. Hari itu tanggal 6 Juni 1944, dan mereka sedang mendengarkan siaran langsung tentang Invasi Normandia.”

Hari ini menandai peringatan 70 tahun dari peristiwa invasi yang kemudian dikenal sebagai D-Day (Hari-H)—suatu istilah militer untuk hari dimulainya suatu operasi yang telah direncanakan. Di kemudian hari, istilah Hari-H juga diartikan sebagai momen pengambilan keputusan atau komitmen dalam kehidupan pribadi kita.

Pada satu masa dalam sejarah bangsa Israel kuno, Yosua, pemimpin mereka yang sudah tua, menantang bangsanya untuk menentukan Hari-H yang lain. Setelah bertahun-tahun berjuang untuk merebut tanah warisan yang dijanjikan Allah kepada bangsa itu, Yosua mendesak mereka untuk terus setia melayani Dia yang telah begitu setia kepada mereka (Yos. 24). “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah,” kata Yosua. “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN” (ay.15).

Hari di saat kita memutuskan untuk mengikut Sang Juruselamat merupakan titik balik terpenting dalam hidup kita. Dan setiap hari setelah keputusan tersebut, dengan sukacita kita bisa memperbarui komitmen kita untuk setia melayani-Nya. —DCM

Tuhan, sungguh suatu kehormatan bagiku untuk taat mengikuti
panggilan-Mu setiap hari. Terima kasih karena Engkau mengasihi
dan mengampuniku. Bimbing aku dalam segala keputusanku hari ini
dan tolonglah aku agar bisa melayani-Mu dengan setia.

Keputusan terbesar dalam hidup adalah apakah kita mau mengikut atau menolak Yesus.

Pilih Allahmu

Selasa, 22 Januari 2013

Pilih Allahmu

Baca: Yosua 24:14-18

“ . . . pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah . . . Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan. —Yosua 24:15

Baru-baru ini, saya melihat sebuah iklan dari permainan online yang didasarkan pada kisah mitologi Yunani. Di dalamnya terdapat bala tentara, para dewa mitologi, para pahlawan, dan petualangan. Yang menarik perhatian saya adalah penjelasan tentang cara memulai permainannya. Anda harus mendaftar secara online, memilih dewa Anda, lalu membangun kerajaan Anda.

Wow! “Pilih dewa Anda.” Kata-kata itu, walaupun disampaikan dengan ringan dalam iklan, menyentak saya karena hal itu menjadi karakteristik dari salah satu hal yang paling berbahaya di zaman kita ini. Dalam suatu permainan, mungkin tidak begitu penting “dewa/allah” mana yang Anda pilih. Namun dalam dunia nyata, pilihan itu memiliki akibat yang sifatnya kekal.

Kepada suatu generasi bangsa Israel yang dikelilingi oleh beragam jenis allah pada zamannya, Yosua menegaskan bahwa mereka harus memilih allah mereka—tetapi hal itu tidak boleh dilakukan dengan sikap yang sembarangan. Ia memberi teladan dengan mengatakan, “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan” (Yos. 24:15).

Hari ini, sama seperti pada zaman Yosua, kita dihadapkan pada banyak pilihan. Namun hanya ada satu pilihan yang bijaksana—Allah yang sejati. Yosua sudah membuat pilihan yang benar. “Kami akan beribadah kepada Tuhan.” —WEC

Semua ilah dalam dunia ini hampa dan sia-sia,
Mereka tak bisa memberi damai di hati manusia;
Allah yang hidup dan sejati layak terima kasih kita—
Hingga kita takkan pernah terpisah dari-Nya. —D. De Haan

Tak ada yang dapat mengisi kekosongan hati Anda kecuali Allah.

Setiap Hari

Jumat, 16 November 2012

Setiap Hari

Baca: Matius 6:5-15

Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. —Matius 6:11

Pada tahun 1924, Johnny, seorang anak lelaki yang suka bermain bola basket, berhasil lulus dari sebuah sekolah kecil di desanya. Ayahnya yang penuh kasih, tetapi tak punya banyak uang untuk membelikan hadiah kelulusan, memberi Johnny selembar kartu ucapan yang ia tulis dengan 7 tuntunan hidup yang diyakininya sendiri. Ia mendorong Johnny untuk mulai mengikuti tuntunan itu setiap hari. Tiga dari ke-7 tuntunan itu adalah: Nikmatilah hikmat dari buku-buku yang bagus, terutama dari Alkitab. Jadikan setiap hari sebagai mahakaryamu. Berdoalah untuk bimbingan Tuhan dan bersyukurlah atas berkat yang kau terima setiap hari.

Tuhan Yesus, dalam doa yang kita kenal sebagai Doa Bapa Kami (Mat. 6:9-13), mengajar kita untuk menghampiri Bapa surgawi kita setiap hari; karena ini bukanlah sesuatu yang hanya diucapkan sekali, lalu dilupakan. Melalui doa ini, kita menaikkan pujian kepada Allah (ay.9); mencari kerajaan-Nya dan kehendak-Nya (ay.10); mempercayai pemeliharaan-Nya (ay.11); dan meminta pengampunan, kuasa dan penyelamatan-Nya (ay.12-13).

Sepanjang hidupnya, Johnny mengandalkan kekuatan Tuhan untuk menjalani hidup hari demi hari bagi-Nya. Ia kemudian berhasil menjadi pemain basket terbaik tingkat mahasiswa di Purdue University sebanyak tiga kali, lalu menjadi salah satu pelatih basket kampus terbaik di sepanjang masa. Ketika pelatih John Wooden meninggal pada usia 99 tahun, ia dihormati terutama karena kepribadiannya, imannya, dan pengaruh yang ia tularkan kepada banyak orang.

Oleh kasih karunia Allah, mari kita jadikan setiap hari sebagai mahakarya kita bagi-Nya. —DCM

Bapa surgawi, terima kasih atas berkat dan hak istimewa dari-Mu
sehingga aku bisa menikmati limpah hikmat dari firman-Mu.
Bimbing aku di saat aku mencari-Mu. Aku ingin mengenal-Mu
dan kiranya hidupku membuat-Mu tersenyum.

Setiap hari, kita dipanggil untuk hidup dalam komitmen teguh kepada Kristus.

Dipanggil Untuk Berkomitmen

Jumat, 27 April 2012

Dipanggil Untuk Berkomitmen

Baca: Lukas 9:57-62

Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah. —Lukas 9:62

Banyak pusat kebugaran menyadari bahwa setiap kali bulan Januari tiba, mereka akan kebanjiran orang yang bergabung menjadi anggota, tetapi yang hanya akan datang beberapa kali. Dan banyak dari pusat kebugaran itu tidak keberatan jika orang-orang membayar biaya pendaftaran tetapi tidak pernah datang lagi. Namun Jesse Jones, seorang pelatih kebugaran, memiliki pendekatan yang berbeda. Jika Anda mendaftar sebagai anggota dan tidak pernah muncul, Jones akan menghentikan keanggotaan Anda. Jones mengatakan, “Simpan uang Anda. Temui saya beberapa bulan lagi ketika Anda sudah mau serius berlatih. Yang saya mau bukanlah uang iuran tiga bulannya . . . melainkan kami ingin membuat orang bertanggung jawab dalam mencapai tujuan mereka.”

Dalam Lukas 9:57-62, kita menjumpai tiga orang yang mengatakan kepada Yesus bahwa mereka ingin mengikut-Nya, dan ketiganya menerima apa yang terlihat seperti jawaban yang keras dari Tuhan: “Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (ay.58). “Biarlah orang mati menguburkan orang mati” (ay.60). “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (ay.62). Untuk setiap mereka, Yesus menegaskan pengorbanan dan komitmen yang dibutuhkan untuk menjadi murid-Nya.

Ada seseorang yang saya kagumi sebagai pengikut Kristus yang taat dan penuh dedikasi mengatakan bahwa orang Kristen harus “siap untuk berkomitmen dan berubah secara radikal”. Tuhan memanggil kita tidak hanya untuk meninggalkan hidup yang lama, tetapi agar kita secara serius menanggapi panggilan itu dengan mengikut-Nya. —DCM

Tuhan, aku ingin mengikut-Mu sepenuhnya. Aku ingin mengasihi-Mu
dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatanku.
Beriku kuasa untuk menjadi seperti yang Kau kehendaki,
dan untuk melangkah dalam jalan-Mu.

Mengikut Yesus menuntut diri kita seluruhnya.