Berduka dan Bersyukur

Rabu, 5 Oktober 2022

Baca: Ayub 1:13-22

1:13 Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,

1:14 datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: “Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,

1:15 datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.”

1:16 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.”

1:17 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.”

1:18 Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: “Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,

1:19 maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.”

1:20 Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,

1:21 katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”

1:22 Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.

Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan! —Ayub 1:21

Setelah ibu saya meninggal, seorang temannya yang juga menderita kanker menghampiri saya. “Ibumu baik sekali padaku,” katanya, sambil menangis. “Aku sedih mengapa ibumu yang meninggal, . . . bukan aku.”

“Ibuku mengasihimu,” ujar saya. “Kami berdoa agar Allah memberimu kesempatan untuk melihat anak-anakmu tumbuh dewasa.” Sambil menggenggam tangannya, saya menangis bersamanya dan berdoa agar Allah menolongnya menanggung rasa duka dengan hati damai. Saya juga bersyukur kepada Allah karena ia telah sembuh dari kanker, sehingga dapat terus mengasihi suami dan kedua anaknya yang sedang bertumbuh dewasa.

Alkitab mengungkapkan tentang peliknya duka ketika Ayub harus kehilangan hampir semua yang ia miliki, termasuk anak-anaknya. Ayub berduka dan “sujudlah ia dan menyembah” (Ayb. 1:20). Dengan hati remuk dan tindakan penyerahan diri yang penuh harap sekaligus syukur, Ayub berkata, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (ay.21). Ayub masih akan bergumul berat dengan rasa duka dan pekerjaan Allah membangun kembali hidupnya, tetapi pada momen ini Ayub menerima, bahkan bersukacita, dalam kedaulatan Allah atas situasi yang baik maupun buruk.

Allah memahami berbagai cara kita mengolah dan bergumul dengan emosi kita. Dia mengajak kita berduka dengan kejujuran dan keterbukaan. Bahkan ketika duka seolah-olah tiada habisnya dan tidak tertahankan, Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan pernah berubah. Dengan janji ini, Allah memberi kita penghiburan dan kekuatan untuk bersyukur atas kehadiran-Nya. —XOCHITL DIXON

WAWASAN
Shakespeare menulis dalam Hamlet, “Ketika duka datang, datangnya tidak satu per satu tetapi sekaligus.” Ayub pasti sangat mengerti akan hal ini. Mungkin masing-masing percobaan itu sendiri sudah terasa memilukan, tetapi Ayub mengalami beberapa percobaan sekaligus, seperti digambarkan dalam frasa berikut berulang-ulang, “sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata” (ay.16-18). Sebelum memproses satu tragedi yang telah terjadi, tragedi berikut sudah mengintainya. Percobaan yang digambarkan dalam kejadian-kejadian tersebut menggambarkan kehidupan manusia dalam dunia yang telah berdosa. —Bill Crowder

Berduka dan Bersyukur

Kapan kamu pernah bersyukur kepada Allah sekalipun sedang berduka? Bagaimana Allah menyatakan kehadiran-Nya saat kamu merasa sendirian atau tidak dimengerti dalam kesedihan kamu?

Allah yang penuh belas kasih, terima kasih, karena Engkau mengenal dan menopangku dalam setiap jengkal kedukaanku.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 23-25; Filipi 1

Bagikan Konten Ini
59 replies
Newer Comments »
  1. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    amin saya perc dlm setiap pencobaan tuhan mau apakah kita mau msh beriman dan selalu dlm berhrp kpd tuhan tuhan mau untk kita lebih dkt lagi dlm situasi senang mau pun sulit untk tetap bersamanya amin,,,,

  2. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan serta beri kekuatan kepada yang terkena be ncana , kami menyerah kan segala rencana Kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  3. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    amin tetap bersykr dlm setiap mslhbuntk kita bisa beriman dan berpenghrp kpd tuhan yesus amin

  4. anastesia suwu
    anastesia suwu says:

    amin..
    terimakasih buat renungan hari ini..yang menguatkan saya..
    kemaren saya baru saja kehilangan mama saya

Newer Comments »

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *