Video/Musik: Five Loaves and Two Fishes

A little boy of thirteen was on his way to school
He heard a crowd of people laughing and he went to take a look
Thousands were listening to the stories of one man
He spoke with such wisdom, even the kids could understand

The hours passed so quickly, the day turned to night
Everyone was hungry but there was no food in sight
The boy looked in his lunchbox at the little that he had
He wasn’t sure what good it’d do, there were thousands to be fed

But he saw the twinkling eyes of Jesus
The kindness in His smile
And the boy cried out
With the trust of a child
he said:

“Take my five loaves and two fishes
Do with it as you will
I surrender
Take my fears and my inhibitions
All my burdens, my ambitions
You can use it all to feed them all”

I often think about that boy when I’m feeling small
And I worry that the work I do means nothing at all

But every single tear I cry is a diamond in His hands
And every door that slams in my face, I will offer up in prayer

So I’ll give you every breath that I have
Oh Lord, you can work miracles
All that you need is my “Amen”

So take my five loaves and two fishes
Do with it as you will
I surrender
Take my fears and my inhibitions
All my burdens, my ambitions
You can use it all
I hope it’s not too small

I trust in you
I trust in you

So take my five loaves and two fishes
Do with it as you will
I surrender
Take my fears and my inhibitions
All my burdens, my ambitions
You can use it all
No gift is too small

Menjadi Utuh

Selasa, 25 Mei 2010

Baca: Yohanes 5:1-9

Maukah engkau sembuh? —Yohanes 5:6

Novel dari John Steinbeck yang memenangkan hadiah Pulitzer, The Grapes of Wrath (Anggur Kemurkaan), dimulai dengan adegan di Oklahoma yang dilanda kekeringan selama terjadinya Great Depression (Depresi Besar yang menghancurkan ekonomi negara termasuk Amerika). Ketika panen sekarat dan lahan pertanian tertutup debu, para wanita memperhatikan para suami mereka untuk melihat apakah mereka akan hancur di bawah tekanan. Ketika melihat semangat juang suami mereka, para wanita ini pun dikuatkan. Steinback menuliskan, para wanita dan anak-anak tahu di dalam hati mereka bahwa tidak ada kemalangan yang terlalu besar untuk ditanggung, jika suami mereka punya keutuhan hati. Masalahnya bukan pada kebahagiaan, kemakmuran, atau kepuasan, tetapi keutuhan. Ini merupakan kebutuhan yang sangat besar bagi kita semua.

Di Alkitab King James Version, kata “keutuhan hati” sering digunakan untuk menggambarkan pekerjaan Yesus tentang penyembuhan jasmani. Saat Yesus bertemu pria yang telah lumpuh selama 38 tahun, Dia bertanya “Maukah engkau menjadi sembuh?” (Yoh. 5:6). Setelah menyembuhkan pria itu, Yesus menantangnya juga supaya ia mengalami keutuhan rohani. “Engkau telah sembuh: jangan berbuat dosa lagi. Supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk” (ay.14).

Jika kita hanya menginginkan sesuatu yang dapat dilakukan Yesus bagi kita, hubungan kita dengan-Nya akan menjadi terbatas. Saat kita menginginkan Yesus, Dia akan memberikan kesempurnaan ke dalam hidup kita. Yang terutama, Kristus ingin membentuk kita menjadi pribadi yang utuh. —DCM

Aku bersyukur pada-Mu untuk firman-Mu yang berharga
Dimana Engkau membuatku melihat
Diriku yang berdosa, jiwaku yang tak berdaya,
Yang diutuhkan kembali dengan mempercayai-Mu. —Sper

Hanya Yesus yang mampu memberikan keutuhan terhadap hidup yang mengalami kehancuran.